menyusui

Deteksi Dini Kanker Payudara Ditanggung BPJS, Ini Cara & Syaratnya

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Rabu, 06 Sep 2023 07:25 WIB

Jakarta -

Penyakit kanker menjadi salah satu penyakit yang menghabiskan biaya tertinggi kedua berdasarkan data BPJS Kesehatan 2022. Peserta JKN pun diimbau untuk mengoptimalkan pelayanan skrining yang ada di JKN termasuk deteksi dini kanker payudara ditanggung BPJS.

Deteksi dini menjadi kunci penting pencegahan suatu penyakit termasuk kanker payudara. Kemenkes melalui Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin pun mengimbau agar seluruh lapisan masyarakat melakukan deteksi dini atua skrining kesehatan secara berkala, seperti dikutip dari laman Kemenkes.

Deteksi dini, lanjut Menkes, berpeluang besar untuk meningkatkan kesempatan seseorang menjadi penyintas untuk penyakit tidak menular seperti kanker. Dengan demikian, biaya perawatan, tingkat keparahan, kecacatan, bahkan kematian bisa dikendalikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


''Kanker itu dapat dikendalikan, angka survival ratenya tinggi tapi syaratnya harus deteksi dini. Sekitar 90% bisa dikendalikan, kalau ditemukan pada stadium lanjut maka 90 persen akan meninggal,'' kata Menkes.

Deteksi dini kanker payudara ditanggung BPJS

Faktor penyebabnya beragam. Pertama, masyarakat takut untuk melakukan pemeriksaan karena khawatir karena keterbatasan dana, kedua keterbatasan peralatan sehingga belum banyak fasilitas kesehatan utamanya di daerah yang mampu melakukan skrining kanker dan ketiga kurangnya tenaga kesehatan yang berkompeten.

Ketiga faktor tersebut kini tengah menjadi fokus Kementerian Kesehatan untuk direformasi. Reformasi dilakukan dengan melakukan transformasi kesehatan layanan rujukan yang merupakan pilar kedua transformasi kesehatan.

Dari sisi pembiayaan, Menkes menyebutkan bahwa saat ini skrining kanker sudah ditanggung BPJS Kesehatan, sehingga masyarakat bisa memanfaatkanya secara gratis di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kemudia, dari segi peralatan medis, Kemenkes juga berupaya memenuhinya berdasarkan jenis kanker yang paling banyak diderita masyarakat. Menkes membeberkan bahwa saat ini Kemenkes berupaya memenuhi alat deteksi dini untuk penanganan kanker pada wanita, pria maupun anak.

Diantaranya ada mammografi dan USG di 514 kabupaten/kota untuk deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan, pemenuhan CT Scan di 514 kabupaten/kota untuk deteksi dini kanker kolorektoral pada laki-laki, serta pemenuhan 10.000 hematoanalyser untuk mendeteksi kelainan darah putih pada anak-anak.

''Kanker payudara paling banyak diderita perempuan, kita sudah memasang 6000 USG, mudah-mudahan 10.000 USG bisa kita penuhi tahun ini. Kedua ada serviks, kita sudah wajibkan vaksinasi HPV. Testingnya nanti kita geser dari tes IVA dan papsmear ke HPV DNA, ini untuk pencegahan,'' jelas Menkes.

Selain upaya preventif melalui skrining kesehatan, Kemenkes juga mendorong seluruh daerah mampu melakukan perawatan dan pengobatan kanker. Hal ini mengingat banyak pasien kanker yang melakukan pemeriksaan sudah dalam stadium lanjut.

''Kami mendorong agar 514 kabupaten/kota mampu melakukan bedah onkologi dan kemoterapi serta 34 provinsi bisa melakukan radioterapi''.

Selanjutnya dari segi tenaga kesehatan, Menkes berupaya mempercepat pemenuhan tenaga kesehatan yang bermutu dan berkualitas di seluruh fasyankes di Indonesia melalui beberapa program khusus seperti pengiriman dokter spesialis adaptan luar negeri, penugasan khusus, dan program pengampuan.

Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) sebagai salah satu organisasi profesi yang dekat dengan layanan ini diminta Menkes untuk membantu pemerintah dalam penyediaan tenaga kesehatan yang dibutuhkan.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), Cosphiadi Irawan mengatakan di tahun 2020 setidaknya ada sekitar 10 juta penduduk dunia yang meninggal akibat kanker. Dari tahun ke tahun, jumlah ini dilaporkan terus meningkat dan di tahun 2023 diperkirakan ada sekitar 13 juta kematian akibat penyakit berbahaya ini.

Cosphiadi membeberkan tingginya angka kematian kanker tersebut disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat seperti konsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, merokok, dan minum alkohol.

Kebiasaan buruk ini, lanjutnya, diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini. Pada stadium awal, kanker tidak menunjukkan gejala, sehingga seringkali tidak disadari oleh penderita. Akibatnya banyak kasus kanker yang terdeteksi pada stadium lanjut.

''Kebiasaan ini menyumbang hingga 30 persen karena itu deteksi dini sangat penting untuk pencegahan,'' katanya.

Ia pun berharap upaya pemerintah untuk memperkuat deteksi dini penyakit kanker, dapat menekan jumlah kesakitan dan kematian akibat kanker.

''Di Puskesmas nantinya akan ada 10 ribu USG yang akan digunakan untuk deteksi dini kanker payudara, sehingga delay of diagnosis harapannya bisa kita kurangi,'' kata Cosphiadi.

Ini tentunya tidak terlepas dari peran teman-teman di rumah sakit dan saatnya kita duduk bersama untuk mendukung pemerintah melakukan reformasi layanan kanker yang lebih baik.

Perlu diketahui bahwa pada pasien dengan penyakit kanker, BPJS menanggung biaya kemoterapi standar dan atau radioterapi. Kemoterapi adalah penggunaan obat kimia untuk memperlambat pembelahan sel kanker, baik yang disuntikkan lewat infus maupun lewat obat-obatan yang bisa diminum.

Sementara itu, radioterapi menggunakan radiasi dari energi radioaktif (terapi sinar-X) untuk menghancurkan jaringan kanker. BPJS juga menanggung biaya obat-obatan yang diperlukan pasien sesuai dengan Formularium Nasional (daftar penyediaan jenis dan harga obat untuk acuan layanan jaminan kesehatan nasional).

Syarat administrasi

Untuk mendapatkan penanganan kanker (pengobatan rawat jalan) dengan BPJS, berikut ini adalah syarat administrasi yang diperlukan:

1. Surat rujukan asli dan 1 lembar fotokopi

2. Kartu peserta BPJS asli dan 1 lembar fotokopi

3. KTP asli dan 1 lembar fotokopi untuk pasien baru

4. Kartu berobat dan 1 lembar fotokopi untuk pasien lama

5. Tambahan fotokopi jadwal/protokol kemoterapi dan atau radioterapi 

Mengingat besarnya biaya pengobatan penyakit kanker serta besarnya risiko kesehatan yang harus ditanggung pasien, BPJS juga menanggung biaya deteksi dini khusus untuk kanker serviks. Pap smear atau IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dapat dilakukan gratis di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat I atau klinik yang bekerja sama dengan BPJS dengan menyertakan surat rujukan. 

Untuk kanker payudara, deteksi dini dilakukan melalui program Sadari yaitu pemeriksaan payudara sendiri, serta Sadani atau pemeriksaan payudara klinis. Bagi masyarakat yang ingin melakukan skrining kesehatan termasuk penyakit kanker dapat mengunjungi faskes tingkat pertama terlebih dahulu.

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT