Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Alergi ASI pada Bayi, Bisakah Terjadi? Ketahui Ciri dan Cara Mengatasinya

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Minggu, 18 Feb 2024 12:20 WIB

Suara Bayi Serak, Apakah Berbahaya? Kenali 5 Penyebab & Cara Mengatasinya
Alergi ASI pada Bayi, Bisakah Terjadi? Ketahu Ciri dan Cara Mengatasinya/Foto: Getty Images/hxyume
Daftar Isi
Jakarta -

Risiko alergi pada bayi bisa terjadi kapan pun karena berbagai penyebab. Lantas, apakah alergi ASI pada bayi juga bisa terjadi ya, Bunda? Ketahui ciri dan cara mengatasinya agar tidak panik yuk.

Alergi ASI pada bayi merupakan masalah yang kerap dialami busui. Terkadang, bayi jadi mengalami penumpukan gas dan mudah tersinggung. Gejala ini merupakan salah satu reaksi negatif usai mereka mengonsumsi ASI. Hal ini pun menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para ibu menyusui.

Bisakah bayi alami alergi ASI?

Risiko alergi karena ASI memang seharusnya tidak terjadi ya, Bunda. Sebab, protein alami dalam ASI sangat lembut sehingga tidak menimbulkan alergi pada bayi. Itu sebabnya The American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan bahwa ASI biasanya tidak menimbulkan reaksi alergi pada bayi yang menyusu. 

Di sisi lain, penelitian terbaru menunjukkan bahwa menyusui mempengaruhi perkembangan sistem kekebalan bayi dan membantu mencegah alergi makanan di masa depan. Lantas, bagaimana kita mengetahui bahwa bayi tidak alergi ASI ya, Bunda?

Pada tahun 1980-an, para ilmuwan Swedia membuktikan bahwa bayi yang menderita kolik pun akan baik-baik saja jika diberi ASI. Mereka juga menemukan bahwa bayi-bayi tersebut mungkin alergi terhadap protein yang melewati usus ibu ke dalam aliran darah dan kemudian ke dalam ASI.

Meskipun bayi tidak alergi terhadap ASI, mereka bisa saja alergi terhadap partikel kecil makanan yang masuk ke dalam ASI melalui makanan yang Bunda konsumsi seperti dikutip dari laman Happiestbaby.

Makanan penyebab alergi pada bayi ASI

Bayi terkadang memiliki kepekaan terhadap partikel makanan mikroskopis yang menyelinap ke dalam ASI dalam waktu 30 menit setelah makan (dan bertahan selama berjam-jam). Sensitivitas tersebut terkadang dapat menimbulkan masalah besar. 

Misalnya, AAP melaporkan bahwa kepekaan terhadap makanan dalam pola makan ibu dapat menyebabkan eksim dan kolik. Namun kenyataannya, fenomena ini tidak terlalu umum. Laporan menunjukkan bahwa hanya dua atau tiga dari setiap 100 bayi yang mendapat ASI eksklusif menunjukkan reaksi alergi. 

Meskipun jarang terjadi, alergi dan sensitivitas makanan pada bayi merupakan masalah yang harus ditanggapi dengan serius. Itu sebabnya penting untuk mengetahui tanda-tanda reaksi alergi.

Bayi sama sekali tidak alergi terhadap ASI, seperti dikatakan ahli alergi anak, Jackie Bjelac, MD. Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, sebagian kecil bayi bisa alergi terhadap potongan mikroskopis protein makanan yang melewati ASI.

Demikian pula, sejumlah kecil bayi mungkin memiliki intoleransi terhadap protein makanan tertentu yang terdapat dalam ASI seperti dikutip dari laman Clevelandclinic.

Beberapa alergen umum yang mungkin dapat menyebabkan bayi alergi usai menyusu karena makanan yang Bunda konsumsi di antaranya:

  • Susu
  • Telur
  • Ikan
  • Kerang
  • Kacang tanah
  • Oat
  • Kedelai

Jika Bunda mencurigai bayi alergi terhadap sesuatu yang Bunda makan, Bunda dapat mencoba menghentikan makanan tersebut, satu per satu, dan lihat apakah kesehatan bayi membaik.

Mungkin diperlukan waktu hingga 10 hari untuk menghilangkannya dari sistem bayi Bunda. Jika Bunda mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral, atau memberikannya kepada bayi, bayi mungkin sensitif terhadap vitamin atau mineral tersebut, bahan pengawet atau pewarna di dalamnya.

Kafein, meskipun bukan merupakan alergen, dapat menyebabkan bayi mudah tersinggung dan sulit tidur. Bunda dapat memilih untuk mengurangi asupan kopi, teh, dan cokelat dan lihatlah apakah hal tersebut cukup membantu, seperti dikutip dari laman La Leche League.

Ilustrasi Bayi MenangisIlustrasi Bayi Menangis/ Foto: iStockphoto

Ciri-ciri alergi pada bayi setelah minum ASI

Intoleransi makanan ((juga disebut sensitivitas makanan) adalah masalah pencernaan, bukan serangan sistem kekebalan. Intoleransi makanan berarti tubuh kecil bayi kesulitan memecah enzim dalam makanan tertentu. Intoleransi makanan akan mengakibatkan gejala gastrointestinal, seperti kotoran berdarah, diare, dan sakit perut.

Alergi makanan, di sisi lain, adalah respons sistem kekebalan terhadap makanan (atau makanan) tertentu. Alergi makanan terjadi ketika tubuh salah mengira makanan tertentu sebagai makanan berbahaya. Sistem kekebalan mengerahkan pasukan untuk menghancurkannya. Hasilnya adalah reaksi alergi. Tubuh akan memberikan kompensasi berlebihan atas apa yang dianggapnya sebagai ancaman. Gejala reaksi alergi meliputi:

1. Muntah yang ekstrim.
2. Biduran atau bekas luka.
3. Pembengkakan pada wajah dan tenggorokan.
4. Kesulitan bernapas.
5. Mengi dan sesak napas.

Cara mengatasi alergi setelah bayi minum ASI

Jika Bunda mencurigai bayi alergi terhadap sesuatu dalam ASI, penting untuk mengamati perilakunya dan mencari tanda atau gejala apa pun. Berikut beberapa langkah yang dapat Bunda lakukan untuk mengetahui apakah bayi Bunda memiliki alergi.

1. Amati perilaku bayi 

Perhatikan perubahan apa pun yang tidak biasa pada perilaku bayi setelah menyusu. Perhatikan tanda-tanda seperti rewel berlebihan, gejala seperti kolik, sering menangis, mudah tersinggung, atau sulit tidur.

2. Periksa gejala fisik

Periksa apakah bayi mengalami gejala fisik seperti ruam kulit, gatal-gatal, eksim, ruam popok terus-menerus, atau hidung tersumbat. Ini bisa menjadi indikasi reaksi alergi.

3. Pantau pergerakan usus

Perhatikan pergerakan usus bayi. Jika mereka sering buang air besar encer, diare, ada darah pada tinja, atau jika mereka menunjukkan tanda-tanda rasa tidak nyaman saat buang air besar, itu bisa jadi merupakan tanda alergi.

4. Perhatikan masalah pernapasan

Perhatikan apakah bayi Bunda mengi, batuk, atau kesulitan bernapas setelah menyusu. Gejala pernafasan ini mungkin berhubungan dengan reaksi alergi.

5. Konsultasikan dengan ahli kesehatan

Jika Bunda mencurigai bayi memiliki alergi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli alergi. Mereka akan dapat menilai situasi dan memberikan panduan khusus sesuai kebutuhan bayi.

Apakah perlu berhenti menyusui bila bayi alergi setelah minum ASI?

ASI memberikan manfaat kesehatan yang penting bagi bayi termasuk perlindungan dari infeksi dan skor IQ yang lebih tinggi, serta pengurangan penyakit kronis seperti diabetes dan obesitas.

Selain itu, menyusui menciptakan ikatan khusus antara ibu dan bayi dan banyak bayi menikmati menyusui hingga tahun kedua kehidupannya. Tidak ada alasan untuk menghentikan menyusui dari payudara jika bayi Bunda menunjukkan tanda-tanda alergi makanan. Jika Bunda mengubah pola makan, Bunda dan bayi akan dapat menikmati menyusui.

Makanan lain yang perlu dihindari ibu saat menyusui

Sebagian makanan mungkin bisa berpotensi menimbulkan reaksi alergi ASI pada bayi. Untuk itu, sebaiknya Bunda perlu menghindari beberapa makanan berikut agar bayi tetap aman:

1. Keju
2. Krim
3. Susu
4. Produk olahan susu
5. Cokelat
6. Perasa
7. Tepung berprotein tinggi

Sebagai asupan yang lebih aman, Bunda dapat mengonsumsi makanan bergizi seimbang tanpa mengonsumsi produk susu apa pun. Bunda bisa mendapatkan banyak protein dari ikan, daging sapi, ayam, telur, dan kacang-kacangan. Bunda juga dapat menggunakan susu kedelai yang diperkaya kalsium, santan, atau jus jeruk yang diperkaya untuk memberikan Bunda 1.000 mg kalsium setia harinya.

Bunda  juga sebaiknya terus mengonsumsi multivitamin. Pastikan untuk membaca label vitamin dan obat apa pun yang dipakai. Bahan-bahan tersebut mungkin juga mengandung alergen tersembunyi seperti dikutip dari laman Chop.edu.

Diperlukan waktu satu bulan atau lebih hingga gejala bayi membaik. Jika bayi tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan atau gejalanya memburuk setelah sebulan menjalani diet bebas susu, Bunda mungkin perlu menghilangkan makanan lain seperti gandum, telur, kedelai, kacang tanah, atau kacang-kacangan.

Terkadang bayi alergi terhadap lebih dari satu makanan. Bunda mungkin perlu tetap menjalani diet terbatas ini selama menyusui, atau sampai bayi berusia 1 tahun. Banyak bayi yang mengatasi alergi makanannya pada ulang tahun pertama mereka.

Ada baiknya, konsultasikan dengan dokter ataupun konselor laktasi untuk mendapatkan solusi lebih lanjut. Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda