HaiBunda

MENYUSUI

ASI Tidak Keluar Setelah 3 Hari Melahirkan, Apakah Normal Terjadi?

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Selasa, 23 Jul 2024 15:25 WIB
ASI Tidak Keluar Setelah 3 Hari Melahirkan, Apakah Normal Terjadi?/Foto: Getty Images/FatCamera
Jakarta -

Setelah melahirkan, sebagian ibu menyusui mengalami keterlambatan keluarnya ASI. Bahkan, ASI tidak keluar setelah 3 hari melahirkan, apakah ini normal terjadi ya, Bunda?

Menyusui tidaklah selalu berjalan lancar. Beberapa ibu kerap mengalami kendala termasuk belum keluarnya ASI meski sudah beberapa pasca persalinan. Sementara, bayi membutuhkan nutrisi dari ASI. Tentu saja kepanikan pada ibu menyusui sulit dihindari.

Normalkah ASI tidak keluar setelah melahirkan?

Pasokan ASI memang bergantung pada supply & demand. Dengan menyusui lebih sering, tentunya ASI akan memproduksi lebih banyak. Permasalahannya, para busui sudah terlebih dahulu panik ketika ASI tidak keluar. Mereka berpikir bahwa ketika bayi menyusu dan ASI belum keluar, hal tersebut justru membuat masalah baru.


Sebenarnya, sangat wajar kondisi tersebut dialami busui pasca persalinan kok, Bunda. Selama 2 hingga 5 hari pertama setelah bayi lahir, Bunda memang hanya akan memproduksi sejumlah kecil kolostrum, yang merupakan kebutuhan bayi cukup bulan yang sehat. Kolostrum adalah susu kental dan kaya nutrisi yang tinggi. Sekitar hari ke 3 sampai hari ke 5, ASI Bunda akan keluar, seperti dikutip dari laman Hopkins Medicine.

Penyebab terlambatnya ASI keluar

Berbagai penyebab memang bisa turut memengaruhi lambatnya ASI keluar setelah melahirkan. Beberapa kondisi berikut ini di antaranya yang menjadi penyebabnya:

1. Stres yang parah.
2. Persalinan dengan operasi caesar.
3. Perdarahan berlebihan setelah lahir.
4. Terlalu gemuk.
5. Infeksi atau penyakit demam.
6. Terkena diabetes.
7. Kondisi tiroid.
8. Istirahat di tempat tidur yang berkepanjangan selama kehamilan.

Perlu diingat bahwa pasokan ASI bergantung pada permintaan dan pengeluaran ASI dari payudara. Cara terbaik untuk menyeimbangkan keduanya ialah dengan sering menyusui bayi, terutama saat bayi menunjukkan tanda-tanda lapar.

Bunda mungkin mengalami masalah dengan produksi ASI yang tertunda atau berkurang. Jika demikian, perhatikan dulu jumlah dan lamanya Bunda menyusui. Pastikan bayi Bunda dapat meletakkan mulutnya di sekitar puting dan areola Bunda untuk menyusu (latch on). Pastikan bayi dapat memindahkan ASI dari payudara Bunda. Jika Bunda ragu mengenai hal ini, dapatkan bantuan dari konsultan laktasi (spesialis menyusui). 

Bagaimana cara mengatasi keterlambatan keluarnya ASI?

Jika Bunda mengalami keterlambatan dalam keluarnya ASI, jangan menyerah. Lanjutkan memeras ASI. Itu berarti mengeluarkan ASI dari payudara Bunda dengan pompa payudara atau dengan tangan. Sering-seringlah menyusui.

Lakukan ini bahkan jika Bunda sedang mengonsumsi susu formula selama beberapa hari. Bayi yang prematur atau mengalami penyakit kuning kemungkinan besar akan membutuhkan susu formula untuk waktu yang singkat.

Terkadang kondisi kesehatan dapat menyebabkan masalah pada produksi ASI. Hal ini mungkin menunda peningkatan produksi ASI dalam jumlah besar yang sering terjadi 3 hingga 5 hari setelah kelahiran. Hal ini mungkin menyebabkan tertundanya produksi ASI dalam jumlah besar hingga 7 hingga 14 hari setelah melahirkan. Jika ini terjadi pada Bunda, jangan menyerah. Carilah dukungan dan bimbingan dari konsultan laktasi seperti dikutip dari laman Nationwidechildrens.

Tips membuat ASI keluar dengan cepat

Produksi ASI biasanya meningkat dua hingga tiga hari setelah kelahiran, tetapi setiap ibu berbeda-beda. Untuk membantu Bunda merasa percaya diri dalam menyusui bayi Bunda sejak hari pertama dan seterusnya, berikut beberapa tips berguna tentang cara agar ASI Bunda keluar lebih cepat:

1. Manfaatkan golden hour

Menyusui dalam satu jam pertama setelah kelahiran, yang sering disebut golden hour, akan memungkinkan Bunda memanfaatkan tingginya kadar oksitosin dalam tubuh dan mendorong hormon laktasi untuk bekerja. Ini juga memberi bayi Bunda kolostrum kaya nutrisi yang mereka butuhkan pada tahap ini. 

Kolostrum adalah bentuk ASI pertama yang Bunda produksi dan berfungsi sebagai antibiotik alami yang membantu melindungi bayi dari penyakit sekaligus mendorong pertumbuhan dan perkembangan awal mereka.

Meskipun kolostrum mungkin tampak keluar secara perlahan dan dalam jumlah kecil, percayalah pada tubuh. Payudara Bunda akan menghasilkan jumlah yang tepat yang dibutuhkan perut kecil bayi selama beberapa hari pertama setelah melahirkan.

2. Buat kontak kulit ke kulit

Untuk membantu produksi ASI dan meningkatkan suplai ASI sejak awal, segera dan seringlah melakukan kontak kulit dengan bayi. Rata-rata, ibu yang melakukan skin-to-skin pada satu jam pertama setelah melahirkan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menyusui dalam satu jam pertama dan terus menyusui selama enam minggu lebih lama dibandingkan ibu yang tidak melakukannya.

Selain itu, kontak kulit meningkatkan ikatan ibu dan bayi, menurunkan risiko ibu mengalami depresi pasca persalinan, dan mengurangi tangisan bayi. Setelah Bunda pulang dari rumah sakit, Bunda dan bayi masih mendapatkan manfaat dari kontak kulit sehari-hari ini.

3. Kenali isyarat kelaparan bayi

Menanggapi isyarat lapar bayi sebelum ia menjadi terlalu rewel tidak hanya membuat proses menyusui menjadi lebih mudah tetapi juga berarti menyusu lebih sering (dan produksi ASI lebih banyak!).

Pada tahap awal rasa lapar, bayi mungkin akan memainkan bibirnya, membuka dan menutup mulutnya, serta mengisap tangannya. Jika Bunda melihat tanda-tanda kelaparan ini, inilah saatnya untuk mulai menyusui.

4. Tetap terhidrasi

ASI mengandung sekitar 90 persen air, jadi tubuh Bunda membutuhkan air untuk membuatnya. Meskipun kelebihan cairan tidak selalu menyebabkan peningkatan produksi ASI, dehidrasi akan memengaruhi tingkat energi, suasana hati, dan produksi ASI.

Minumlah kapan pun Bunda haus dan targetkan sekitar 128 ons per hari, tergantung pada suhu di luar dan tingkat aktivitas Bunda. Ingat, minum terlalu banyak air bisa membuat Bunda merasa kembung dan tidak nyaman, jadi perhatikan tubuh. Hindari juga minum terlalu banyak minuman manis atau berkafein, karena dapat menyebabkan dehidrasi seperti dikutip dari laman Lactation Network.

5. Makan dengan baik

Sama seperti ASI yang membutuhkan cairan, tubuh juga membutuhkan energi. Menyusui membakar sekitar 500 kalori per hari. Merawat bayi yang baru lahir, memulihkan diri dari kehamilan, dan menyusui berarti Bunda memerlukan banyak energi untuk terus memproduksi emas cair untuk bayi Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

Busui, Ini 8 Cara Mengurangi Risiko Bayi Tersedak ASI

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Terpopuler: Cerita Haru Marshanda yang Sudah Tinggal bersama Sang Putri

Mom's Life Amira Salsabila

Ketahui Efek Samping Kondom Bergerigi dan Cara Mencegahnya saat Berhubungan Intim

Kehamilan Dwi Indah Nurcahyani

Peneliti Ungkap Buah Paling Sehat di Dunia, Mudah Ditemukan di RI

Mom's Life Amira Salsabila

Momen Keseruan Eks Member JKT48 Gen 1 Liburan Bareng di Bali, Tetep Kompak Bun

Mom's Life Annisa Karnesyia

Belum Genap 2 Tahun, Sisca Kohl & Jess No Limit Masukkan Anak ke Sekolah Internasional

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Terpopuler: Cerita Haru Marshanda yang Sudah Tinggal bersama Sang Putri

Momen Keseruan Eks Member JKT48 Gen 1 Liburan Bareng di Bali, Tetep Kompak Bun

Ketahui Efek Samping Kondom Bergerigi dan Cara Mencegahnya saat Berhubungan Intim

Peneliti Ungkap Buah Paling Sehat di Dunia, Mudah Ditemukan di RI

Belum Genap 2 Tahun, Sisca Kohl & Jess No Limit Masukkan Anak ke Sekolah Internasional

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK