HaiBunda

MENYUSUI

Kabar Baik, Obat Baru Kanker Payudara Ini Tunjukkan Hasil Menjanjikan

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Kamis, 11 Sep 2025 08:50 WIB
Kabar Baik, Obat Baru Kanker Payudara Ini Tunjukkan Hasil Menjanjikan/Foto: Getty Images/iStockphoto/pondsaksit
Jakarta -

Kanker payudara masih menjadi salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dikutip dari laporan WHO,  kanker payudara adalah kanker tersering pada perempuan: 66.271 kasus baru dan 22.598 kematian (2022). Usia distandardized incidence rate perempuan 41,8/100.000. Kanker payudara menyumbang ±11–12 persen dari seluruh kasus kanker global.   

Dikutip dari NIH, salah satu analisis menyebutkan bahwa di tahun 2020–2022, insidensi kanker payudara adalah yang tertinggi di antara kanker pada perempuan di Indonesia, yaitu 66.300 kasus baru kanker payudara dan 22.600 kematian akibat kanker payudara (2022). 

Meski terdengar menakutkan, kabar baiknya saat ini sudah ada banyak pilihan obat kanker payudara yang bisa membantu memperlambat, mengontrol, bahkan menyembuhkan penyakit ini sesuai dengan stadium dan kondisi pasien.


Dilansir dari New York Post, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa terapi baru untuk kanker payudara agresif mampu memberikan tingkat kelangsungan hidup 100 persen pada pasien yang diteliti.

Ya, Bunda, semua pasien dalam penelitian tersebut berhasil bertahan hidup selama 3 tahun penuh!

Harapan baru dari terapi kombinasi

Sebuah uji klinis baru-baru ini, yang dipimpin oleh para peneliti di Universitas Cambridge, mengeksplorasi efek kombinasi kemoterapi dengan obat kanker target olaparib yang menyasar pasien dengan mutasi genetik BRCA1/2 sebelum operasi. Mutasi gen ini diketahui meningkatkan risiko kanker payudara yang lebih agresif. Setiap pasien yang menerima protokol ini berhasil melewati masa kritis tiga tahun pasca-perawatan.

Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications menunjukkan bahwa pendekatan preemptif dua bagian ini dapat menjadi rencana pengobatan paling efektif untuk kanker payudara stadium awal yang terkait dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2. Kanker payudara atau gen BRCA terdapat di setiap sel tubuh manusia. Saat berfungsi, BRCA1 dan BRCA2 memperbaiki DNA dan mencegah perubahan kanker.

Hasil penelitian awal ini menunjukkan kelangsungan hidup 3 tahun penuh pada semua pasien yang menerima kombinasi tersebut, sementara kelompok kontrol yang hanya mendapat kemoterapi bertahan hidup sekitar 88 persen.

Mengapa ini sangat menjanjikan?

Gen BRCA1 atau BRCA2 lebih umum terjadi pada perempuan muda, dan mutasi ini meningkatkan risiko kanker hingga 84 persen. Enam persen dari semua pasien kanker payudara membawa mutasi gen BRCA, tetapi pada pasien di bawah usia 45 tahun, sekitar 12 persen membawa gen tersebut. 

Hasil penelitian ini menunjukkan harapan yang luar biasa, terutama untuk jenis kanker yang biasanya sulit diobati.

1. Efektivitas luar biasa

Bayangkan, dari riset ini, 100 persen pasien selamat selama 3 tahun, angka ini sangat memukau, terutama untuk kanker jenis agresif.

2. Pendekatan personal dan cermat

Target mutasi genetik BRCA dalam pengobatan membawa harapan baru: pengobatan modern semakin gusar pada detail genetik pasien, bukan sekadar pendekatan umum.

3. Harapan hidup & kualitas hidup yang lebih baik

Bila protokol ini terus menunjukkan hasil positif, kita bisa berharap kelangsungan hidup pasien meningkat secara signifikan serta kemungkinan efek samping yang bisa lebih terkontrol dibanding kemoterapi tradisional saja.

Ilustrasi Kanker Payudara/ Foto: iStock

Dampak bagi pasien dan keluarga

Bagi pasien, hasil penelitian ini memberikan semangat baru untuk terus berjuang. Angka kelangsungan hidup yang meningkat menjadi bukti nyata bahwa selalu ada harapan dalam perjalanan melawan kanker.

Sementara itu, bagi keluarga, temuan ini membawa kelegaan dan rasa optimis. Harapan bahwa orang tercinta dapat bertahan hidup lebih lama membuat dukungan emosional menjadi semakin kuat. Kabar baik seperti ini juga bisa mengurangi beban psikologis yang selama ini dirasakan keluarga saat mendampingi pasien kanker.

Kendati demikian, penelitian ini masih dalam tahap awal. Hasilnya perlu diuji lebih lanjut dengan jumlah pasien yang lebih banyak dan periode pengamatan yang lebih lama. Selain itu, tidak semua pasien kanker payudara memiliki mutasiBRCA, sehingga terapi ini tidak bisa serta merta diterapkan untuk semua kasus.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!







(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

5 Penyebab Produksi ASI Berlebih & Cara Mengatasinya

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Intip 7 Potret Artis yang Kini Pindah Luar Kota, Tinggalkan Hiruk-Pikuk Jakarta

Mom's Life Annisa Karnesyia

Bali Dilanda Banjir Parah, Nana Mirdad hingga Jennifer Bachdim Ungkap Kondisi Prihatin Bencana

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Curhat Bunda Alami Respons 'Mengecewakan' dari Keluarga Usai Umumkan Kehamilan

Kehamilan Annisa Karnesyia

Viktoriya Kolesnaya Hamil Anak Pertama, Ini Ungkapan Hati Billy Syahputra untuk Sang Istri

Kehamilan Annisa Karnesyia

20 Contoh Kalimat Tanya untuk Anak SD untuk Pemahaman Materi Bahasa Indonesia

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Intip 7 Potret Artis yang Kini Pindah Luar Kota, Tinggalkan Hiruk-Pikuk Jakarta

Curhat Bunda Alami Respons 'Mengecewakan' dari Keluarga Usai Umumkan Kehamilan

20 Contoh Kalimat Tanya untuk Anak SD untuk Pemahaman Materi Bahasa Indonesia

Bali Dilanda Banjir Parah, Nana Mirdad hingga Jennifer Bachdim Ungkap Kondisi Prihatin Bencana

Viktoriya Kolesnaya Hamil Anak Pertama, Ini Ungkapan Hati Billy Syahputra untuk Sang Istri

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK