Jakarta -
Dulu, saat kita masih bayi, mendapat air susu ibu dari ibu kita kan, Bun? Meski
menyusui sudah dilakukan sejak dulu, tapi ada beberapa perbedaan yang kental terasa lho.
Berikut ini perbedaan menyusui anak pada zaman dulu dan zaman sekarang yang perlu Bunda simak.
1. Informasi Menyusui Zaman Dulu Nggak BanyakVice President Mothercare Indonesia, Lina Paulina, menuturkan pengalaman menyusuinya zaman dulu. 15 tahun yang lalu dia memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.
Namun karena informasi tentang
menyusui belum sebanyak sekarang, Paulina pun nggak punya cukup banyak 'pegangan'. "15 Tahun yang lalu belum ada informasi tentang ASI. Saya juga hanya 5 bulan bisa ASI eksklusif," ujar Paulina, baru-baru ini.
Sedangkan zaman sekarang, seiring berkembangan teknologi dan informasi, informasi tentang menyusui mudah sekali didapat. Nah, tantangannya ibu-ibu 'jaman now' harus benar-benar memfilter informasi yang didapat karena bisa saja mitos dan fakta sudah begitu bercampur.
Sebagai ibu zaman sekarang, penyanyi Widi Mulia zaman juga mengakui dirinya mudah mendapatkan informasi tentang menyusui di media sosial seperti Twitter dan Facebook. Dia juga banyak baca dari berbagai sumber.
"Tapi informasi menyusui harus di-upgrade. Nggak perlu lihat kanan kiri, yang penting rasa nyaman kita saja gimana," tutur Widi.
2. Sekarang Ada Dukungan Perlengkapan Menyusui Lebih LengkapSelain itu ibu-ibu zaman dulu biasanya menyusui anak tanpa tambahan 'perlengkapan'. Sedangkan ibu-ibu zaman sekarang dimudahkan dengan hadirnya bantal menyusui, apron menyusui, bahkan alat pumping ASI elektrik yang bisa langsung digunakan bersamaan untuk dua payudara.
3. Sekarang Ada Kelas-kelas MenyusuiIbu-ibu zaman sekarang bisa ikut kelas menyusui karena memang banyak yang menggelar. Widi adalah salah satu ibu yang mengikuti kelas private bersama salah satu pakar ASI sebelum melahirkan anak pertamanya.
Sayangnya, kata Widi, sebelum melahirkan dia tidak berkenalan terlebih dulu dengan dokter anak. Hal itu menurutnya bikin program ASI-nya tidak sesuai yang diinginkannya.
Belajar dari pengalaman itu, pada kehamilan kedua, Widi berkenalan terlebih dulu dengan dokter anak yang nantinya akan menangani anaknya saat melahirkan. Akhirnya program ASI-nya berjalan seperti keinginan Widi.
Ketua Satgas ASI Indonesia, dr Elizabeth Yohmi, SpA, menyatakan hal terpenting yang harus dilakukan ibu-ibu yang akan menyusui anaknya adalah niat. Setelah punya niat, ibu-ibu yang akan menyusui perlu mengumpukan informasi sebanyak-banyaknya, antara lain dengan mengikuti kelas laktas.
(nwy)