Jakarta -
Pernah lihat fenomena di mana
suami dan istri bertukar peran, Bun? Ya, sang suami ada di rumah menjaga anak dan menyelesaikan urusan rumah tangga, sementara itu, istrilah yang bekerja.
Mungkin fenomena ini masih dianggap tabu bahkan dianggap kurang cocok bagi beberapa orang. Tapi bagaimanapun, tiap pasangan pasti punya pertimbangan masing-masing hingga akhirnya memutuskan apa saja peran suami dan apa saja peran istri dalam sebuah rumah tangga.
Terkait hal ini, psikolog dari Tiga Generasi, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, bilang sebenarnya banyak kejadian seperti ini. Kemudian, nggak masalah kok jika suami atau si ayah yang ada di rumah dan mengerjakan tugas rumah tangga sedangkan istri bekerja. Dengan kata lain, terjadi pertukaran peran.
"Dengan catatan selama itu disepakati oleh pasangan tersebut. Jadi, antara kedua belah pihak, suami dan istri harus ada kesepakatan. Ada diskusi, ada ngobrol in deep, terutama buat tugas-tugas rumah. Jadi ketika ada masalah kecil di rumah nggak dibesar-besarkan," kata Vera dalam diskusi 'Tantangan Ibu Baru Sekaligus Sambut Big Baby Fair' yang diadakan Lazada di Lalla Restaurant Hotel Four Seasons, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Vera menambahkan, suami dan istri juga perlu membicarakan kemungkinan respons dari pihak lain terutama orang tua dan anggota keluarga lain. Karena pada dasarnya apa yang kita lakukan akan jadi bahan komentar pihak lain termasuk tetangga atau teman.
Vera berpesan bicarakan dengan pasangan bagaimana kita dan dia harus menanggapi berbagai respons atau komentar yang mungkin muncul. Jangan lupa bagi
suami dan istri untuk saling dukung dan meyakini apapun yang terjadi, yang tahu keadaan rumah adalah kita dan pasangan.
"Ada beberapa contoh yang mungkin nggak selalu harus kita ikutin, apalagi di zaman maju seperti sekarang. Misal nih, katanya anak lelaki nggak boleh masak di dapur, padahal nyatanya sekarang chef kebanyakan laki-laki bahkan ada beberapa anak laki-laki yang cita-citanya menjadi chef," kata Vera.
(rdn)