Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Menyikapi Perbedaan Pola Asuh Anak Antara Kita dan si Eyang

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Minggu, 27 Aug 2017 10:12 WIB

Perbedaan pola asuh untuk anak antara kita dan si eyang kadang bisa jadi masalah tersendiri.
Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: dok.HaiBunda
Jakarta - Kalau kita masih tinggal satu rumah sama orang tua, kadang perbedaan pola asuh untuk anak kita bisa jadi isu tersendiri ya, Bun. Terlebih kalau ada beberapa pola asuh yang dianggap orang tua atau mertua kita nggak cocok. Waduh, bisa jadi masalah tersendiri nih.

Kayak yang dialami sahabat HaiBunda, Yanna, yang sekarang masih tinggal bareng orang tuanya. Sehari-hari, anak Yanna diurus sama kakek neneknya. Beberapa perbedaan soal pola asuh, misalnya pemakaian diaper si anak bisa jadi isu tersendiri buat Yanna dan orang tuanya.

"Kalau ibu saya kebetulan orangnya santai, dia nyerahin ke saya dan suami soal mengurus anak. Tapi justru ayah nih yang lebih 'cerewet'. Makanya kadang kita ngalah, habis saya kan juga masih tinggal sama mereka ya," kata Yanna.

Memang ya, Bun. Soal perbedaan pola asuh terlebih kalau kita masih tinggal seatap sama orang tua atau mertua kadang bisa bikin pusing. Soal ini, psikolog anak Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog bilang memang idealnya sebelum si anak lahir, kita udah ngomong-ngomong dulu ke orang tua atau mertua.

Jadi, ibu dan bapak mau terlibatnya kayak gimana sih nanti dalam mengasuh cucunya. Kata Anas, kan ada nih kakek nenek yang udah pensiun dan happy kalau ditemani cucu, atau sebaliknya, mereka udah capek dan ingin menikmati masa tuanya dengan jalan-jalan, misalkan.

"Jadi kita juga tahu ekspektasi orang tua tuh apa. Tapi, kalau anaknya udah lahir ya kita juga bisa ngomong kalau memang kakek dan nenek mau membantu, membantunya gimana," kata Anas waktu ngobrol sama HaiBunda di sela-sela Konsulteatime yang digelar Tiga Generasi.

Baca juga: Agar Anak Disiplin dan Mandiri, Begini Pola Asuh Anak di Jepang

Soal pengasuhan anak juga perlu kita diskusiin lho, Bun. Makanya nih, diibaratkan Anas, pas kita jadi orang tua, kita juga perlu berdiplomasi. Caranya, kita diskusiin bareng gimana sih perkembangan si anak dan gimana selama ini pola asuh yang diterapkan. Kalau memang dibutuhkan, diskusi ini bisa dijembatani sama profesional misalnya psikolog.

"Tujuannya kan sama, sayang sama anak ini dan kita pengen dia berkembang dengan baik. Kita open question. Contoh, anaknya umur 5 tahun kok belum bisa makan sendiri, kenapa ya. Kalau sekali diajak ngomong kakek neneknya bisa ngerti, bagus. Tapi kalau belum bisa, kita ulang lagi minggu depannya," kata Anas.

Jangan lupa ya, Bun. Pas berdiplomasi sama si eyang kita juga mesti hati-hati dan ngejaga banget kalimat yang dipakai, supaya orang tua kita nggak tersinggung. Setelah itu, kita bisa paparin fakta soal si kecil saat ini terus buka pertanyaan supaya bisa diskusi. Kalau yang diajak ngomong orang tua kita, Anas bilang bisa kita yang ngajak ngomong lebih dulu. Tapi, kalau itu mertua, coba minta pasangan yang ngajak ngomong orang tuanya.

Baca juga: Pola Asuh Seperti Ini Disebut Bisa Picu Masalah pada Kejiwaan Anak (rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda