HaiBunda

MOM'S LIFE

3 Hal Tentang Vaksin HPV yang Bunda Perlu Tahu

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Senin, 12 Nov 2018 19:00 WIB
3 Hal Tentang Vaksin HPV yang Bunda Perlu Tahu/ Foto: Istock
Jakarta -

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim akibat Human Papilloma Virus (HPV). Tak heran banyak wanita yang dihantui perasaan cemas akan kesehatan miss V-nya.

Karena itu, upaya pencegahan kanker mulut rahim (serviks) saat ini terus digiatkan. Kini telah ditemukan vaksin Human Papillomavirus (HPV) jenis baru yang sangat efektif mencegah prakanker serviks yang dapat menyebabkan kanker serviks.

Nah, melihat pentingnya vaksin HPV untuk para kaum perempuan, yuk simak beberapa hal tentang vaksin HPV yang perlu diketahui Bunda.



1. Masih kurang kesadaran

Foto: Istock

Kesadaran wanita Indonesia melakukan pencegahan kanker serviks dengan vaksin HPV masih sangat kurang. Pengalaman ini salah satunya dirasakan sendiri oleh dr Venita dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI).

"Beberapa ibu enggan melakukan vaksin HPV pada anak-anaknya, apalagi anak perempuannya yang berusia remaja. Karena mereka rasa, toh anak-anak mereka nggak sakit dan tak melakukan hubungan seksual di luar nikah, jadi buat apa? Tidak. Tanpa judging siapapun semua perempuan berpotensi kena kanker serviks. Pencegahan ini untuk semua perempuan terlepas dari faktor apapun itu," kata dr Venita di tengah acara sosialisasi dan edukasi tentang bahaya kanker payudara dan serviks 'Pink Ribbon Campaign' di Mal Ciputra, Grogol Jakarta Barat beberapa waktu lalu.

Berbeda dengan survivor kanker payudara, menurut dr Venita survivor kanker servis lebih malu-malu menunjukkan dirinya. Sehingga, orang tahunya survivor kanker serviks sedikit, padahal sebenarnya banyak sekali survivor kanker serviks di luar sana.

"Saya ingin lewat acara ini, kita semua mengedukasi masyarakat bahwa semua perempuan tanpa terkecuali harus dilindungi dari kanker serviks," tambah dr Venita.

2. Waktu yang tepat untuk vaksin


Foto: Istock

Pemberian vaksin human papilloma virus (HPV) untuk mencegah kanker serviks dilakukan pemerintah pada wanita sejak usia 9 sampai 45 tahun. Itu berarti, mulai dari anak sekolah dasar kelas 5 sudah bisa diberi vaksin HPV.

Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) mengatakan, pemerian vaksin HPV untuk anak kelas 5 SD merupakan rekomendasi IDAI, Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (KPAIN), Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia (POGI) serta Kementerian Kesehatan.

"Rekomendasi aslinya diberikan pada anak usia 9 sampai 12 tahun. Kami menimbang usia 10 tahun cukup sedang dan biasanya anak-anak usia 10 tahun itu kan kelas 5 SD. Nah, dosis kedua diberikan selang 6 bulan berikutnya yakni saat mereka semestar awal kelas 6 SD," tutur dr Piprim seperti dilansir detikcom.

dr Piprim mengatakan pertimbangan pemberian vaksinasi HPV untuk mencegah kanker serviks pada anak tingkat sekolah dasar dilihat dari sisi kepraktisan. Saat perempuan sudah menikah atau aktif secara seksual, rekomendasi vaksinasi HPV yang diberikan adalah 3 kali. Namun jika anak belum aktif dan masih tahap remaja awal, vaksin cukup diberikan 2 kali saja.

3. Fungsi vaksin HPV pada wanita di atas 45 tahun?

Foto: Istock


Dikatakan bahwa vaksin perlu dilakukan pada wanita usia 9 sampai 45 tahun. Lantas, apakah vaksin ini akan berefek sama pada wanita yang usianya di atas 45 tahun?

"Kalau di atas 45 tahun, bukan nggak akan kena kanker serviks. Tapi efektivitasnya udah di bawah 80 persen," kata Prof Dr dr Andrijono SpOG KFER seperti dikutip dari detikcom.

Dijelaskan Prof Andri, jika vaksin HPV diberi saat anak berusia 9-13 tahun, efektivitas proteksi terhadap kanker serviks sebesar 90 persen. Namun, ketika diberi di usia yang lebih tua, efektivitas vaksin akan menurun. Misalnya saat diberi di usia 40 tahun, efektivitas proteksinya turun menjadi 80 persen.

"Wanita berumur 45 tahun, masih bisa divaksin. Asal diskrining HPV negatif, boleh langsung divaksin. Karena dulu, kanker serviks kebanyakan dialami mereka yang berusia 47 tahun, nah sekarang menurun rata-rata pasiennya usia 30 tahun. Jadi saat kita divaksin di usia lebih muda, antibodi yang terbentuk lebih baik," tutur Prof Andri.

(aml/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

7 Doa Jimak, Berhubungan Badan Suami dan Istri dalam Islam

Kehamilan Asri Ediyati

Jangan Ucap 'Tenang', Ini 10 Kalimat yang Justru Membuat Orang Cemas Makin Tertekan

Mom's Life Amira Salsabila

JakCare, Layanan Psikologi Gratis dari Pemerintah: Fitur & Cara Konsultasi untuk Kesehatan Mental

Mom's Life Amira Salsabila

5 Tips Parenting Ibunda Lutfi Bima CoC, Anak Berprestasi Kuliah di Kampus Top Korea

Parenting Nadhifa Fitrina

Putri & Cucu Sultan HB X Datang Melayat ke Rumah Mahasiwa Yogyakarta yang Meninggal saat Demo

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Percakapan Terakhir Putri Diana dengan 2 Anaknya yang Bikin Pangeran William-Harry Menyesal

JakCare, Layanan Psikologi Gratis dari Pemerintah: Fitur & Cara Konsultasi untuk Kesehatan Mental

7 Doa Jimak, Berhubungan Badan Suami dan Istri dalam Islam

Jangan Ucap 'Tenang', Ini 10 Kalimat yang Justru Membuat Orang Cemas Makin Tertekan

7 Drama Korea Lee Chae Min Terbaik Rating Tertinggi, Terbaru Bon Appetit, Your Majesty

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK