Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kenangan Dewi Yull Jalani 10 Ramadhan Tanpa Almarhum Si Sulung

Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Kamis, 09 May 2019 15:31 WIB

Dewi Yull membawa cucunya untuk berziarah ke makam almarhumah Gisca. Ada cerita haru yang dikenangnya.
Kenangan Dewi Yull pada almarhum anak/ Foto: Instagram @dewiyullofficial
Jakarta - Bunda, masih ada yang ingat dengan artis lawas Dewi Yull? Ramadhan tahun ini, Dewi Yull berbagi kisah haru ketika mengenang almarhum anak pertamanya, Gisca Putri.

Ya, Gisca meninggal dunia pada Juni 2010 akibat virus meningitis. Saat itu, almarhumah meninggalkan anak laki-laki berusia dua tahun. Hampir 10 tahun berlalu, kini sang anak, Ramiza, tumbuh menjadi remaja yang sehat, Bun.


Satu dekade berlalu, kenangan tentang si sulung masih membekas di hati Dewi. Lewat Instagram, Dewi mencurahkan kerinduan pada Gisca. Sehari jelang Ramadhan, dia mengajak Ramiza berziarah ke makam bundanya.

Nenek dan cucu itu nampak memandang pusara dan batu nisan Gisca dengan penuh kenangan. Tak lupa, Dewi memohon doa untuk almarhum yang telah lama meninggalkannya.

"Tak terasa waktu cepat berlalu..waktu begitu nisbi...sudah hampir 10 kali Ramadhan tak berkumpul bersama kesayangan ku, bidadariku.Almh Gisca Putri..Al Fatihah. Maaf lahir bathin sahabat semua..selamat menyongsong Bulan Suci Ramadhan," kata Dewi.

Kenangan pada anak yang telah tiada memang tak bisa dilupakan begitu saja. Meski sudah bertahun-tahun berlalu, pasti ada kenangan indah yang akan selalu disimpan di hati.

Menyimpan kenangan seperti dilakukan Dewi Yull bermanfaat untuk menceritakan tentang sosok Gisca pada anak semata wayangnya. Bagi Ramiza yang saat itu masih berusia dua tahun, dia belum mengerti kesedihan melepas kepergian sang bunda.

Namun, lewat kenangan seperti benda peninggalan dan cerita dia bisa membayangkan sosok ibunya. Cerita mengenai kenangan orang tua bisa membantu anak memahami tentang kematian dan alasan mengapa sang ibu tidak hadir di sampingnya.

[Gambas:Instagram]

Hal itu membawa banyak manfaat, Bun, karena menurut sebuah ulasan The Conversation, masyarakat kita pada umumnya fobia kematian. Kemudian, tak jarang masyarakat kesulitan ketika memberi tahu anak-anak mengenai kabar kematian orang terdekatnya.

Orang dewasa sering merasa tidak nyaman mendiskusikan kematian dengan anak-anak. Mereka mungkin secara sadar atau tidak menahan air mata dan emosi dengan asumsi melindungi anak-anak dari kesedihan.

Tapi kenyataannya, diskusi mengenai kematian akan membantu anak berbagi pemikiran dan perasaan kehilangan. Kemudian, membantu mereka menormalkan suasana hati dengan memahami pengertian mereka mengenai duka sesuai tahap usianya.

Psikolog Maria Nagy mengatakan, sebuah penelitian menunjukkan tiga tahap berbeda pada anak-anak mengenai pemahaman kematian.

"Anak-anak antara usia 3 dan 5 tahun, cenderung menolak kematian sebagai proses akhir tetapi menghubungkannya dengan perjalanan dari mana seseorang akan kembali," ungkap Nagy.

Pada tahap kedua, antara usia 5 - 9 tahun anak-anak mengerti bahwa kematian adalah akhir. Mereka juga berpikir mengetahui hal itu sehingga bisa memanipulasi pikiran dan menghindari kenyataan.

Terakhir, ketika anak-anak berusia 9 - 10 tahun mereka memahami bahwa kematian tidak dapat dihindari dan memengaruhi setiap orang, termasuk diri mereka sendiri.


Itu artinya, sangat penting membantu anak-anak menempatkan hubungan mereka dengan almarhum orang tuanya dalam perspektif baru, daripada mendorong mereka untuk berpisah darinya. Berikan dukungan dengan merekonstruksi pikiran anak menggunakan benda-benda peninggalan untuk menceritakan tentang sosok orang tuanya.

[Gambas:Video 20detik]

(rap/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda