Jakarta -
Sebagian
orang yang berpuasa berat badannya malah naik. Bunda juga mengalaminya? Kalau seperti itu berarti ada yang salah nih dengan pola makan kita. Menurut ahli gizi Emilia Achmadi, puasa itu memiliki esensi menjadikan tubuh kita lebih sehat, sebuah restart.
"Kayak mobil, kan harus turun mesin ke bengkel
and then it becomes a new car, kita juga seperti itu. Sayangnya, karena kebiasaan makan kita, cara memasak yang paling favorit adalah menggoreng. Kita menggunakan minyaknya itu enggak baik, esensi beribadah puasa itu menjadi backfired. Kita enggak dapat apa-apa," kata Emilia di sebuah acara di bilangan Senayan, Jakarta, baru-baru ini.
Kata Emilia, kebiasaan masyarakat Indonesia adalah terlalu banyak mengonsumsi makanan yang digoreng. Dari sahur, buka puasa, hingga makan besar setelah salat tarawih ada saja sajian makanan yang digoreng.
"Buka puasanya apa? 'Tahu goreng isi!'' Terus, setelah tarawih makan apa? 'Ayam goreng'. Terus sahurnya tempe goreng mendoan. Pilihan pertama adalah kalau bisa jangan makan yang digoreng-goreng. Tapi sayangnya enggak bisa karena itu sudah jadi kebiasaan," kata Emilia.
"Saya selalu mengatakan gini, kalau Anda enggak bisa melupakan menggoreng,
it's fine goreng yang Anda mau. Tapi, mbok ya cari minyak yang tak membahayakan kesehatan, seperti minyak zaitun," lanjutnya.
Kalau minyak zaitun kemahalan, cara ideal lainnya adalah jangan menggoreng tiap hari, Bunda. Jadi, Emilia bilang, boleh menggoreng, tapi jenis lemaknya yang harus diperhatikan.
 Foto: ilustrasi/thinkstock |
"Lalu, ada satu lagi yang sering dilupakan, kita tuh terlalu fokus dengan
buka puasa. Salah, di situ bukan tempat kita fokus. Fokusnya saat sahur. Sahur itu hukumnya enggak boleh dilewatkan," ujar Emilia.
Tiga tahun lalu, diceritakan Emilia, ia pergi ke simposium internasional untuk negara muslim. Yang diskusikan adalah bagaimana membuat sahur lebih bagus, berkualitas, dan bisa mempertahankan endurance selama satu hari. Hasil diskusinya menjelaskan bahwa saat sahur harus ada empat komponen, karbohidrat, sayur, protein, dan air mineral.
"Nah, saat buka puasa kebanyakan dari kita satu sampai dua jam sebelum buka sudah pilih menu. Padahal buka puasa itu secangkir teh manis hangat, satu atau dua buah kurma. Kalau ditambah kolak oke lah masih boleh tapi sudah itu saja lalu setop. Nanti biar pencernaannya enggak kaget," kata Emilia.
Disebutkan Emilia, hasil diskusi di simposium itu juga menjelaskan bahwa makan besar dianjurkan setelah salat tarawih. Lalu, buka puasa juga tidak dianjurkan dengan minuman dingin. Semuanya yang bikin perut sensitif, dingin, pedas, berlemak dianjurkan setelah tarawih.
"Makanya masalah di bulanÂ
puasa itu berat badan yang harusnya turun malah naik, uang dapur yang malah turun malah meningkat. Kan esensi puasanya malah hilang (menahan hawa nafsu)," tutur Emilia.
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/som)