Jakarta -
Puasa kali ini dirasa berbeda bagi istri almarhum Herman Sikumbang,
Juliana Moechtar. Ini merupakan Ramadhan pertama baginya tanpa kehadiran sosok suami.
Dikutip dari
InsertLive, Juliana mengatakan, dia bahkan tidak makan sahur selama puasa Ramadhan ini. Sebagai gantinya, dia selalu makan dulu sebelum tidur.
"Kayak hampa gitu, gimana sih biasanya kalau misalnya di rumah pasti ada teman, ini enggak ada. Jadi ya udah aku makan sebelum tidur, aku minum, terus aku tidur," ujar wanita 30 tahun ini.
Wanita kelahiran Aceh ini pun masih sering mengenang sosok suami, yang dikenal sebagai gitaris band Seventeen itu. Di matanya, almarhum Herman adalah orang yang sangat pengertian dan tidak pernah menuntut.
"Walaupun kita sama-sama sibuk, setidaknya kalau tiba-tiba aku pulang syuting enggak bisa nyiapin makanan, dia yang pulang bawa makanan. Dia orangnya enggak pernah ribet, enggak pernah nuntut, kamu istri, kamu masak, enggak," tuturnya.
Selain itu, dikatakan Juliana, kedua anaknya pun suka rindu pada almarhum ayah mereka. Dan biasanya, sang anak rindu ingin nyekar ke makam ayahnya. Jika sudah demikian, biasanya Juliana mengatasi dengan video call dengan adik iparnya yang tinggal di dekat makam Herman di Tidore, Maluku Utara.
"Misalnya lagi diem pasti ngomongnya, Mama kapan ya ke Ternate, yang di kangennya itu sosok kuburan, makam gitu," ucapnya.
"Kalau udah kangen, aku video call sama adik ipar, di makam di belakang rumah kan, jadi ya mereka bilang Papa," sambungnya.
Duka akibat kehilangan suami pastinya tidak mudah disembuhkan, Bun. Namun sebagai seorang ibu, Juliana harus tetap melanjutkan kehidupan karena ada anak yang mesti dipikirkan.
Menurut Kristin A. Meekhof, penulis buku A Widow's Guide to Healing, saat kehilangan pasangan akan muncul ketakutan yang sangat besar, yang bisa menyebabkan pembatasan pikiran dan perilaku kita.
"Ketika kita hidup dengan pandangan terbatas, itu seperti bernapas dengan satu paru-paru, kita tidak dapat mengembangkan napas dengan baik," jelas Meekhof, dilansir
Psychology Today.
Di sisi lain, menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga dari Tiga Generasi, Samanta Ananta, seseorang yang sangat bergantung pada pasangan yang meninggal dunia akan lebih sulit melewati fase berduka, dibandingkan pasangan yang lebih mandiri. Itu sebabnya, seorang wanita harus bisa bangkit dari keterpurukan demi kebaikan hidupnya.
"Wanita sering kali dituntut untuk lekas pulih dari periode berdukanya agar terlihat tegar dan kuat di depan anak-anak, serta mencari sumber penghasilan baru untuk memenuhi kebutuhan hidup selanjutnya, pasca suami meninggal dunia," jelas Samanta.
(yun/muf)