Jakarta -
Menerapkan gaya hidup baru tentunya sulit untuk dijalankan. Terlebih gaya hidup hijau atau green lifestyle yang memiliki kesan kurang praktis. Menurut Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI Nahdlatul Ulama Fitria Ariyani, menerapkan green lifestyle bukan sesuatu yang mudah tapi juga bukan enggak mungkin dilakukan.
"Jujur di rumahku, suami suka banget minuman teh dalam kemasan. 'Duh, jangan minum itu deh'. Tapi kemudian coba bikin sendiri, dia bilang enggak praktis. Akhirnya sebagai solusi, botol plastik kemasannya aku kumpulin. Kemudian aku bikin ecobrick," kata Fitria saat
HaiBunda temui di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Fitria cerita lama-kelamaan hal tersebut masuk ke mindset sang suami, terlebih saat dia bersama teman-teman di kantor mengedukasi tentang lingkungan.
"Anak-anak pun begitu, ketika anak-anak bawa jajanan pulang ke rumah, kemasan plastiknya dikumpul. Masukkan ke dalam botol, mereka lama-lama terpikir sendiri, karena kalau dilarang langsung 'Enggak boleh!' itu mereka enggak akan masuk (mengerti)" ujarnya.
Fitria juga menanamkan kebiasaan pakai sedotan. Ia membeli berbagai jenis sedotan yang tidak sekali pakai, mulai dari stainless, bambu, silikon.
"Lama-lama mereka mengerti, komitmen itu dari kita sendiri, sebelum kita ke keluarga, kita sudah mantap dengan diri sendiri untuk menerapkan gaya hidup itu," tutur Fitria.
Terapkan juga pada ARTEdukasi tentang green lifestyle enggak cuma ke keluarga inti, melainkan asisten rumah tangga juga, Bun. Jika tidak tentunya penerapan gaya hidup hijau tidak optimal.
"Misalnya mbak-nya anak-anak, diingatkan bawa tas belanja ke pasar. Mungkin awal-awal ribet, saya selalu bilang, 'Entar kalau di pasar nawarin plastik jangan mau sudah pakai tas belanja saja. Yang dibungkus barang yang memang perlu dibungkus seperti ikan,'" katanya.
Di awal memang akan dirasa sangat berat, tapi dari sisi ekonomi ternyata lebih hemat, enggak perlu keluarkan uang untuk plastik belanja.
"Sekarang kan bulan puasa, takjil itu kan pasti anak-anak mau ya. Biasanya aku minta mbak memasukkan minuman takjil di tumbler 2 liter. lalu beli pengertian ke anak, 'Kalau Bunda belinya pakai tumbler nanti esnya bisa lebih banyak,'" lanjut Fitria.
Terakhir, kata Fitria kalau mau menerapkan gaya hidup hijau di rumah harus tanpa ada paksaan, dilakukan dengan rasa senang dan mau repot.
"Perspektif emak-emak seperti itu di keluarga, enggak mengedukasi orang lain sebelum mengedukasi keluarga sendiri," kata Fitria.
(aci/som)