Jakarta -
Vape alias rokok elektronik atau e-cigarette dianggap bisa jadi pengganti rokok konvensional yang lebih baik. Nyatanya, enggak seperti itu, Bun.
Kita tentu tahu
merokok berbahaya bagi kesehatan, terutama jantung. Michael Blaha, M.D., M.P.H., direktur penelitian klinis di Johns Hopkins Ciccarone Center untuk Pencegahan Penyakit Jantung, berbagi fakta tentang vaping. Salah satunya tentang vaping yang disebut bisa menghentikan kebiasaan merokok.
1. Vaping berbahayaRokok tembakau biasa mengandung 7.000 bahan kimia, banyak di antaranya beracun. Sedangkan, bahan kimia dalam vape alias rokok elektrik belum diketahui pasti. Kata Blaha, vape menggunakan perasa dan bahan kimia sehingga bisa menghasilkan uap air.
"Vape bisa saja mengandung bahan kimia yang lebih sedikit ketimbang rokok konvesional. Tapi, tetap vape mengandung nikotin yang diekstraksi dari tembakau," kata Blaha mengutip Hopkins Medicine.
Mengutip
Science Alert, ahli radiologi Alessandra Caporale mengatakan, banyak iklan yang menggadang-gadang kalau vape tak berbahaya dan pengguna vapie yakin mereka hanya mengirup uap air.
"Tetapi pelarut, perasa dan aditif dalam basis cair, setelah penguapan, membuat
salupan napas  dan pembuluh darah pengguna terekspos berulang kali. Vape bekerja dengan mengubah cairan jadi aerosol yang mudah memicu masalah pada paru-paru," kata Caporale.
2. Berefek negatif pada kesehatanNikotin adalah bahan utama rokok konvensional maupun vape, dengan sifat aditifnya. Apalagi, kita tahu nikotin merupakan zat beracun. Konsumsi nikotin bisa meningkatkan tekanan darah dan memacu adrenalin, yang meningkatkan denyut jantung juga risiko serangan jantung.
3. Rokok elektronik sama adiktifnyaMenurut penelitian, rokok elektrik atau vape dan rokok konvesional sama-sama bisa bikin kecanduan, mirip dengan kecanduan heroin dan kokain. "Yang lebih buruk, banyak pengguna vape mendapat lebih banyak nikotin ketimbang produk tembakau. Seseorang bisa membeli vape dengan konsentrasi nikotin yang lebih tinggi," ujar Blaha.
 ilustrasi vape untuk vaping/ Foto: iStock |
4. Rokok elektrik bukan alat untuk berhenti merokok Vape belum mendapat persetujuan Food and Drug Administration (FDS) sebagai alat berhenti merokok. Sebuah penelitian menemukan kebanyakan orang yang berniat berhenti merokok dengan menggunakan vape malah terus merokok, baik dengan rokok tradisional maupun e-cigarette.
5. Generasi muda ikut ketagihanKetimbang rokok konvensional, vape lebih populer di kalangan anak muda. Pada 2015, ahli bedah umum di AS melaporkan penggunaan vape di kalangan siswa sekolah menengah meningkat 900 persen. Kemudian, disebutkan 40 persen pengguna vape tidak pernah mengisap rokok konvensional.
Menurut Blaha, ada tiga alasan mengapa vape sangat menarik bagi kaum muda yaitu vape dianggap tak seberbahaya rokok konvensional, harganya lebih murah, dan vape memiliki rasa.
"Satu hal yang perlu diperhatikan jika beralih dari rokok konvensional ke vape,
vape adalah cara lain untuk memulai penggunaan nikotin. Dan, itu sering mengarah pada penggunaan produk tembakau tradisional," kata Blaha.
Bunda, simak juga informasi lain soal vape dalam video berikut.
[Gambas:Video 20detik]
(rdn/rdn)