HaiBunda

MOM'S LIFE

Mengenal Diet Ketofastosis Lebih Jauh Yuk, Bun

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Minggu, 08 Sep 2019 07:01 WIB
ilustrasi diet ketofastosis/ Foto: iStock
Jakarta - Saat membaca informasi soal jenis diet, Bunda bisa jadi punya pertanyaan apa beda dua macam diet yang memiliki nama mirip, diet ketogenic dan diet ketofastosis. Nah, diet ketogenic adalah pola diet yang tinggi lemak, cukup protein, serta kandungan karbohidrat sangat rendah.

Hal itu dikatakan ahli gizi dan olahraga, Jansen Ongko, M.Sc., RD. Sementara itu, diet ketofastosis adalah diet yang menggabungkan diet ketogenik (rendah karbohidrat) dengan fastosis (fasting on ketosis). Pada diet ini, kita akan menjalankan puasa dalam keadaan ketosis karena hanya mengonsumsi sedikit karbohidrat, atau bahkan tidak sama sekali.


"Ketosis merupakan keadaan di mana tubuh tidak memiliki cukup karbohidrat untuk membakar energi. Oleh karena itu, tubuh akan membakar lemak sebagai gantinya dan memproduksi zat yang disebut keton sebagai energi," tutur Jansen kepada HaiBunda.


Jansen menambahkan, ketika melakukan diet ketofastosis, tubuh akan membakar lebih banyak lemak daripada diet keto biasa. Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab, puasa dalam diet ketofastosis dapat meningkatkan metabolisme. Sehingga, tubuh mulai menggunakan simpanan lemak yang ada untuk dibakar.

Untuk memulai diet ketofastosis, kata Jansen, Bunda atau anggota keluarga lain tidak disarankan untuk langsung menjalani keto dan fastosis secara bersamaan. Sebab, itu bisa membuat sistem tubuh syok ketika beralih dari glukosa ke keton sebagai bahan bakar energi.

"Oleh sebab itu, disarankan untuk memulai diet keto lebih dulu. Setelah melakukan diet keto selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, silakan meneruskan dengan ketofastosis. Durasi waktu puasa yang disarankan adalah 12 - 16 jam selama 4 - 5 hari seminggu," tambah Jansen.

ilustrasi diet ketofastosis/ Foto: iStock
"Ketika tidak berpuasa, kita dapat mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Untuk durasi waktu menjalankan diet ketofastosis, sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan. Setelah itu, kita dapat beralih lagi ke diet keto standar," Jansen menjelaskan.

Bunda, yuk bakar kalori dengan trampolin. Lihat ulasannya di video berikut ya.

(rdn/muf)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Kisah Bunda Didiagnosis Kanker Payudara saat Menyusui Anak Ketiga & Hamil Anak Keempat

Kehamilan Annisa Karnesyia

7 Manfaat Air Kunyit untuk Kesehatan dan Waktu Terbaik Meminumnya

Mom's Life Amira Salsabila

Potret Kamar Dua Anak Perempuan Franda dan Samuel Zylgwyn, Tematik & Girly Banget

Parenting Annisa Karnesyia

Mengenal Apa Itu Selective Mutism pada Anak, Kerap Disebut 'Jago Kandang'

Parenting Nadhifa Fitrina

Paparan Polusi Udara saat Hamil Bisa Perlambat Perkembangan Otak Bayi, Simak Penjelasannya

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Potret Kedekatan Samuel Rizal dan Sang Putri yang Kini Jadi Atlet Renang

7 Manfaat Air Kunyit untuk Kesehatan dan Waktu Terbaik Meminumnya

Kisah Bunda Didiagnosis Kanker Payudara saat Menyusui Anak Ketiga & Hamil Anak Keempat

Wujudkan Generasi Bebas Anemia, Yuk Kenali Pentingnya Zat Besi untuk Si Kecil

Mengenal Apa Itu Selective Mutism pada Anak, Kerap Disebut 'Jago Kandang'

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK