Pedih, Malam Dansa Jadi Saksi Berakhirnya Cinta Ilona dan Habibie
Ratih Wulan Pinandu |
HaiBunda
Minggu, 13 Oct 2019 18:01 WIB
Kisah cinta Habibie/ Foto: Instagram @b.jhabibie
Kisah cinta Ilona dan Habibie berlangsung selama beberapa waktu. Perbedaan negara, tak membuat Habibie atau yang saat itu karib disapa Rudy langsung memutus hubungannya dengan Ilona.
Dalam buku yang ditulis Gina S. Noer, "Rudy", Kisah Masa muda Sang Visioner, diungkap kalau ternyata ada kisah yang sungguh tragis menyangkut hubungan Rudy dan Ilona.
Di awal tahun 60-an, kondisi mahasiswa Indonesia di Jerman sedikit memanas akibat situasi politik di Tanah Air. Beberapa kawannya yang tergabung di PPI Jerman ikut dalam kompleksnya gejolak politik.
Sedangkan dia sendiri memilih tenggelam dalam proyek Kugel-Raupe. Dia merasa bebas dari permasalahan politik. Hingga suatu ketika datang dua orang yang mengaku pegawai Departemen Pertahanan Jerman Barat.
Ternyata kedatangan mereka mengambil semua berkas penelitian S-3 yang sedang dikerjakannya. Orang-orang itu mengambil semua kertas berharga milik Rudy.
"Yang benar saja dong! Iu kan S-3 saya!" ucap Rudy.
"Rudy maaf. Tetapi uang penelitianmu kan atas nama negara. Sekarang yang kamu kerjakan itu adalah rahasia negara. Kamu tidak bisa melanjutkannya lagi," jelas Prof Ebner.
"Apa hubungannya? Ilmu kan tidak lihat asal negaranya!"
Kisah cinta Habibie/ Foto: Instagram @b.jhabibie
"Itu bagi kita, Rud! Tapi fakta politik tak peduli itu. Masalahnya sekarang negaramu bukan bagian dari NATO. Kamu dianggap ancaman untuk kerahasiaan negara ini."
Saat itu, Rudy tak bisa berkata apa-apa lagi. Ini efek kebijakan Nasakom dan anti-Barat, yang meyebabkannya dianggap musuh NATO.
Saat itu Rudy tak hanya melihat jerih payahnya selama 18 bulan yang diambil, tetapi juga sumpah dan jerih payah mami untuk menyekolahkannya tinggi-tinggi, telah direnggut darinya.
Tahun itu adalah masa Rudy merasa paling berat. Lelah dan putus asa bercampur menjadi satu. Bertepatan dengan itu, tiba-tiba ada telepon dari agen perjalanan yang bilang kalau Rudy mendapat tiket pulang yang dipesan Mami dari Indonesia.
Salah satu sahabatnya, Romo Mangun menyarankan agar Rudy menenangkan diri dan pulang sementara ke Indonesia. Terlebih, sudah tujuh tahun Rudy tak kembali ke Tanah Air. Hingga kemudian dia mendapat cuti selama tiga bulan lamanya.
Ada yang lebih tragis setelah kejadian tersebut, Bunda bisa membacanya di halaman selanjutnya!
Rencana kepulanganya ke Indonesia mengharuskan Rudy menyelesaikan satu masalah lagi. Meski surat cuti sudah di tangan, bukan berarti Rudy bisa kembali dengan tenang. Ada masalah yang harus segera dia selesaikan, Ilona. Gadis yang menemaninya selama beberapa tahun belakangan ini.
Rudy tergerak untuk menemui Ilona di rumahnya. Namun, Ilona tak mau bertemu. Orang tuanya hanya bisa menyambut Rudy dengan hangat, hanya bisa menggelengkan kepala dan mengatakan kalau Ilona tidak ada.
Rudy penasaran, keesokan harinya, Rudy dengan setia menunggu Ilona. Baik di rumah Ilona, maupun di kampusnya. Ada satu pertanyaan yang menghantui Rudy, mengapa pertemanan dan kedekatan mereka bisa pudar begitu saja?
Rudy lalu mengikuti Ilona sampai sebuah pesta. Awalnya, Ilona tetap tak mau diajak bicara oleh Rudy. Hingga akhirnya, Rudy menyela seorang teman dansa Ilona.
Mereka bicara sambil berdansa. Ilona awalnya tak mau menatap Rudy. Musik berganti tempo dengan cepat lalu kembali lambat. Mau tak mau mereka saling menatap.
"Kamu kenapa sih, Ilona?" tanya Rudy.
"Kenapa apa? Kupikir semuanya sudah jelas" jawab Ilona.
"Maksud kamu?" tanya Rudy lagi.
Ilona mengerutkan kening, "Selama ini, ibumu tidak cerita?"
Pengaruh Mami dan Ada Kehadiran Orang Ketiga
Kisah Cinta Habibie/ Foto: Hasan Alhabshy
Rudy kebingungan dengan maksud omongan Ilona di tengah dansa. Sedangkan di benak Ilona sendiri, berputar pikiran yang sama keruhnya.
Selama ini mengira Rudy tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia memang tak mau membahasnya. Ilona ragu haruskah dia menceritakannya. Ilona memilih diam.
Rudy bingung, "Sebentar, maksudmu?"
Mereka berdua berhenti berdansa. Rudy dan Ilona keluar dari pesta itu, dan berjalan ke tengah kota.
Mereka terkenang pada saat pertama kali jalan berdua dan membahas soal Goethe. Rudy lalu bercerita kalau dia akan pulang sebentar ke Indonesia. Cuma tiga bulan.
Ilona menggigit bibir. Perasaan perempuan memang seringkali lebih tajam dan lebih dulu benar. Dia tahu, kalau ini akan menjadi malam terakhir mereka bersama.
Ilona mengeluarkan sebuah surat yang dia bawa dan memberikannya pada Rudy. Surat dari Frankfurt, surat dari laki-laki yang dekat dengannya selama dia dan Rudy saling menjauh. Isi surat itu adalah undangan untuk Ilona agar ke Frankfurt untuk membicarakan hubungan mereka.
"Menurutmu bagaimana, Rud? Apakah aku harus pergi ke Frankfurt?"
Rudy melipat surat itu,"Terserah kamu." Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya.
Mereka pun saling diam. Ilona dan Rudy sama-sama tahu, kalau jawaban yang ingin diucapkan Rudy silahkan pergi.
Mereka mengakhiri malam itu seperti saat pertama kali bertemu. Mereka berjabat tangan. Namun, kali ini artinya perpisahan. Mereka tahu kalau hati mereka sudah bukan milik satu sama lain lagi, bahkan mungkin tidak pernah memilih. Karena kalau hati sudah memilih, apa pun akan diperjuangkan.