Kisah cinta Habibie dan Ainun selalu menarik untuk disimak. Tak hanya mengenai kesetiaan Habibie pada Ainun, begitu pula dengan cerita cinta mereka dari mulai saling jatuh cinta hingga berjuang memulai hidup di Jerman.
Tak banyak yang tahu mengenai kisah cinta mereka bermula. Diceritakan Habibie dalam buku, "Rudy", Kisah Masa Muda Sang Visioner karya Gina S. Noer, dia sempat menentang keras perjodohan dengan Ainun.
Ainun sendiri merupakan adik tingkatnya saat SMA di Bandung. Bukan karena Ainun jelek, tapi lebih pada perasaan malu Habibie karena pernah mengejek perempuan berparas manis itu.
Sang mami, Raden Ayu Toeti Saptomarini atau biasa disapa Mami Toeti sampai bersikeras memaksa perjodohan mereka. Bahkan, saat mengapel pertama kali Habibie harus dipaksa sang adik, Fanny untuk masuk ke rumah Ainun.
Tapi alangkah kagetnya Habibie yang waktu itu lebih akrab disapa Rudy, ketika melihat Ainun sudah menjelma menjadi 'gula pasir' yang cantik jelita.
Pernikahan Ainun dan Habibie/ Foto: Dok. Wikipedia
Kecanggungan antara Rudy dan Ainun lenyap begitu mereka mengobrol untuk pertama kalinya. Bahkan besoknya, Rudy langsung mengajak anak perempuan dari keluarga Besari itu jalan-jalan berdua.
ITB menjadi tempat kencan pertama mereka. Sepulang kencan, tanpa basa-basi Habibie langsung menanyakan siapa laki-laki yang ada di rumah Ainun saat dia menjemputnya tadi.
"Ainun, tadi cowok-cowok itu siapa?" tanya Rudy.
"Kenapa?" jawab Ainun.
"Saya mau tahu. Apa ada yang dekat dengan kamu?"
"Kok mau tahu?"
"Saya mau tahu, kalau ada yang dekat saya enggak mau ganggu. Ngapain nyakitin kamu, menghabiskan waktu saya. Bikin gondok lagi."
"Mereka bukan siapa-siapaku," komentar Ainun sambil tersenyum.
Rudy paham kalimat itu dan meraih tangan Ainun, memegangnya erat. Ainun pun tak menolak.
Sejak saat itu, Rudy merasa kalau Ainun adalah rekan bicara yang mampu mengimbanginya. Mereka sangat cocok mengobrol. Ainun tertarik ketika Rudy bercerita tentang pendidikan S3-nya di Jerman.
Bahkan, Ainun tertarik bagaimana nanti Rudy akan mendidik anak setelah lama tinggal di Jerman.
"Kamu kalau punya anak mendidiknya bagaimana, Rud?"
"Ya, sesuai ajaran Islam."
"Tetapi kalau pergaulannya dengan agama lain, kamu anti?"
"Kenapa saya harus anti?"
"Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu setuju?"
"Saya setuju kalau jodohnya itu ikutan Muslim karena anaknya pakai nama saya. Saya percaya eksistensi Tuhan satu. Jalannya yang banyak, yang saya yakini, ya, satu ini."
Pertunangan Habibie dan Ainun ternyata sempat menghebohkan warga Bandung-Jakarta. Baca di halaman selanjutnya yuk, Bun!
Pertunangan Ainun dan Habibie Masuk Koran Hingga Hebohkan Warga Jakarta-Bandung
Ainun dan Habibie/ Foto: Dok. Instagram/@b.jhabibie
Waktu berlalu, hingga akhirnya Habibie mantap meminang Ainun. Berita pertunangan mereka masuk dalam pengumuman kecil di surat kabar. Ternyata hal itu menghebohkan warga Jakarta-Bandung. Berita itu menjadi perbincangan hangat di kalangan muda-mudi yang selama ini mengincar Ainun.
Kawan-kawan Ainun yang tak mengenal Habibie, bertanya tentang sosok pemuda yang karib disapa Rudy itu. Banyak yang mengira seorang diplomat di Kedutaan Inggris karena ada nama Dipl. Ing. di depan nama Rudy.
Pernikahan Ainun dan Habibie/ Foto: Dok. Wikipedia
Saat hari pertunangan tiba, teman-teman Ainun tak sabar untuk melihat calon tunangan Ainun yang 'seorang diplomat' itu. Ketika Rudy datang bersama keluarga, mereka segera disambut kehebohan para tamu. Begitu melihat Rudy, sindiran kecil langsung bermunculan.
"Orangnya kecil begini kok bisa mendapatkan Ainun?"
"Padahal yang naksir Ainun banyak, lebih keren!"
"Apa benar dia diplomat?"
Ainun yang mendengar sindiran itu langsung mengenalkan Rudy. "Ini calon tunangan saya mahasiswa Aachen jurusan Teknik Penerbangan sekarang sedang berjuang menyelesaikan gelar doktor di bidang konstruksi pesawat."
Namun rupanya kalimat perkenalan Ainun tak mampu meredakan gosip yang sudah beredar. Apalagi ketika pernikahan mereka akah digelar dalam waktu dekat.
Janji Haru Ainun-Habibie Sebelum Melangkah Ke Jerman Setelah Menikah
Keluarga Habibie/ Foto: Dok. Instagram/@b.jhabibie
Hari itu, 12 Mei 1962 Habibie resmi meminang Ainun di Hotel Preanger Bandung. Mengutip buku Habibie, Tak Boleh Lelah dan Kalah diceritakan kalau pernikahan keduanya ditayangkan dalam Harian Berita Indonesia dan koran lokal Bandung.
Setelah menikah, Habibie harus kembali ke Jerman untuk melanjutkan pendidikannya. Diusunglah Ainun bersamanya. Dokter muda nan ayu itu langsung mengiyakan ajakan suaminya untuk menapaki episode baru di negara yang dikenal dengan gerbang Brandenburg.
Ainun sendiri ketika itu berprofesi sebagai dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Saat di bandara, Ainun gugup mendengar panggilan keberangkatan yang terakhir. Sekali lagi, mereka berpamtitan pada keluarga.
Ainun merasa deg-degan, saat akan pergi meninggalkan hidup yang telah dia bangun di Indonesia bersama seorang genius, keras kepala di negera orang. Negara yang bahkan bahasanya pun belum dia kuasai. Namun dia melihat, laki-laki itu berjalan dengan penuh percaya diri.
Dada Rudy kini terasa lebih longgar, tidak seperti ketika dia pulang dengan bayangan kegagalan di kepalanya. Kini, dia punya teman untuk mewujudkan cita-citanya. Punya teman yang akan mengingatkannya kalau sedang jatuh. Kini, dia akan meninggalkan Indonesia dengan keyakinan lebih tinggi.
Selama di pesawat, tangan Ainun dan Rudy tak pernah lepas. Di tangga pesawat, mereka berhenti sebentar. Rudy berhenti sebentar melihat ke arah bandara, dan kemudian tatapnya berhenti di mata Ainun.
Pernikahan Ainun dan Habibie/ Foto: Buku Habibie, Tak Boleh Lelah dan Kalah
"Nun, aku berjanji suatu saat nanti, aku akan bawa kamu melihat penerbangan pesawat milik Indonesia untuk pertama kali."
Ainun merapatkan tubuhnya ke Rudy, ujung telunjuknya menunjuk dada Rudy.
"Aku akan selalu bersama kamu dalam cita-cita itu."
Ainun dan Rudy menaiki tangga pesawat dan mereka memasuki dunia yang baru.