Jakarta -
Bun, pernah mengalami mom shaming? Sadar atau enggak, mom shaming sering bikin Bunda kepikiran. Kalau yang melakukannya orang lain sih, masih bisa diabaikan. Tapi bagaimana kalau yang melakukan momÂ
shaming adalah orang terdekat, seperti keluarga.
Menurut psikolog Dessy Ilsanty, M.Psi, jangan dulu 'baper', Bun ketika diberi kritik tentang
pola pengasuhan, apalagi dari orang terdekat. Orang-orang terdekat seperti suami, orang tua, atau mertua pasti ingin yang terbaik untuk kita. Mungkin sebenarnya mereka ingin memberi nasihat nih, Bun.
"Kalau dari keluarga, pasti kan dia ingin yang terbaik untuk kita sebenarnya. Pasti dia niatnya baik buat kita," kata Dessy.
Terus bagaimana dong menyikapinya? Enggak mungkin kan, Bunda secara terang-terangan bilang kalau itu termasuk ke mom shaming dan menyakiti hati Bunda. Cara satu-satunya dalah berpikiran terbuka. Jangan dulu 'baper' ketika ada komentar tentang pola pengasuhan yang Bunda terapkan. Cermati dulu, apakah yang mereka sampaikan ada benarnya atau tidak.
 Ilustrasi mom shaming/ Foto: iStock |
"Kalau kita dibilang, 'ih gendut ya', itu enggak ada manfaatnya. Tapi misalnya 'kok enggak dikasih ASI?' Kalau kita cerna secara objektif, betul ASI lebih baik. Tapi dia tidak tahu keadaan kita yang sebenarnya. Tapi kan ada poin yang disampaikan orang itu ada benarnya. Jadi, yang kita ambil yang benarnya, berupa nasehat," jelas Dessy.
Kalau kita sudah bisa menerima komentar dari orang terdekat, kita jadi bisa lebih terbiasa dengan hal seperti itu, Bun. Ambil yang baik sebagai nasihat dan tidak perlu memerdulikan kalau memang pendapatnya tidak cocok.
"Jadi, siap secara pikiran. Jangan 'baper'. Jangan langsung dimasukin ke hati. Cerna, 'oh ya, mungkin benar'. Tapi yang sesungguhnya kan dia enggak tahu," tambahnya.
Nah, mulai sekarang, coba kita lihat sisi positifÂ
kritik dari orang-orang terdekat ya, Bun. Intinya, enggak boleh 'baper' dulu sebelum mencerna ucapannya. Semoga bermanfaat ya, Bun!
[Gambas:Video 20detik]
(sih/rap)