Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

38% Mom Shaming yang Dialami Bunda Milenial & Gen Z Berasal dari Anggota Keluarga Sendiri

Annisa A   |   HaiBunda

Kamis, 18 Nov 2021 16:46 WIB

Worried pregnant woman sitting on a couch in the living room at home
Ilustrasi Mom Shaming / Foto: iStock
Jakarta -

Fenomena mom shaming masih menjadi momok menakutkan bagi para Bunda. Bagaimana tidak, tugas mengasuh anak yang sudah cukup sulit dapat terasa lebih berat akibat tekanan dari mom shaming.

Mom shaming merupakan segala jenis tindakan yang bersifat memalukan seorang Bunda. Tindakan ini tidak hanya dapat menyerang orang tua, melainkan juga perempuan yang sedang mengandung.

Bentuk mom shaming yang paling sering ditemukan biasanya mengacu pada kritik atas pola asuh seorang Bunda kepada anaknya. Fenomena ini sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari secara tidak disadari.

Contohnya, ketika orang mengkritik seorang Bunda yang memberikan susu formula ketimbang ASI kepada anak. Ada juga yang kerap menerima kritik dan disebut tidak bisa mengasuh anak karena menyewa jasa babysitter.

Tak hanya itu, tindakan seperti membandingkan tumbuh kembang anak, hingga mengomentari bentuk tubuh anak dan sang Bunda juga merupakan tindakan mom shaming, lho.

Banner Rekomendasi 3 Tanaman Hias IndoorBanner Rekomendasi 3 Tanaman Hias Indoor/ Foto: HaiBunda/Mia

Mom shaming dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang terdekat. Dalam survei yang dilakukan BukaReview terhadap 208 ibu milenial dan older gen Z, 88 persen Bunda pernah mengalami mom shaming.

Mirisnya, sebanyak 38 persen mom shaming berasal dari saudara atau anggota keluarga. Sekitar 18,5 persen menerimanya dari orang tua, dan 17 persen dari mertua.

Sementara itu 11,5 persen bisa didapatkan dari netizen atau orang yang tidak dikenal. Cara paling umum seorang Bunda menerima mom shaming adalah lewat perbincangan atau chat pribadi.

Sayangnya, masih banyak perempuan yang menganggap mom shaming sebagai hal yang wajar. Padahal, tindakan mom shaming bisa terasa menyakitkan dan berdampak pada kesehatan mental seorang Bunda.

Pada kasus parah, korban mom shaming dapat mengalami kecemasan berlebih dan menurunnya rasa percaya diri.

Bunda yang menjadi korban mom shaming akan merasa tidak becus dan meragukan kemampuannya dalam mengurus anak. Akibatnya, mereka akan menyalahkan diri sendiri hingga menyebut dirinya tidak pantas menjadi Bunda.

"Efek mom shaming bisa membekas lama, makanya harus cepat diatasi agar ibu tidak sampai depresi," kata psikolog Vera Itabiliana, S.Psi, M.Psi.

Apabila Bunda menduga telah mendapatkan perlakuan mom shaming, cermati dahulu apakah yang mereka sampaikan ada benarnya atau tidak. Ambil yang baik sebagai nasihat, dan tidak perlu memedulikan kalau memang pendapatnya tidak cocok.

Bunda juga bisa memberi tahu mereka baik-baik tentang cara Bunda mengasuh anak. Sebab, tak semua orang memiliki cara mengasuh yang sama. Lakukan dengan tenang agar tidak mudah 'baper'.

Bunda, saksikan juga video trik Marissa Nasution ketika menghadapi mom shaming di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(anm/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda