Jakarta -
Bunda pernah merasa kebablasan belanja online? Semua barang rasanya pingin dibeli, tanpa sadar menghabiskan banyak uang untuk memborong barang yang enggak penting.
Nah, kalau sudah sering melakukan hal seperti itu harus waspada ya. Sebab, psikoterapis berpendapat kalau kecanduan belanja online masuk dalam kategori gangguan mental.
Melansir
Daily Mail, para peneliti mengatakan, mereka dapat menunjukkan gejala dan karakterisitik yang berbeda dari kondisi tersebut. Serta bagaimana itu dapat memengaruhi pikiran Bunda.
Buying shopping disorder (BSD) telah dikenal selama beberapa dekade terakhir. Para peneliti mengatakan, perkembangan teknologi dan kemudahan akses internet bisa memengaruhi 1 dari 20 orang menjadi kecanduan belanja online.
Orang yang terobsesi belanja online mungkin akan menimbun barang-barang yang dipesan, lalu berakhir dengan utang. Bahkan bisa menimbulkan perdebatan dengan orang yang dicintai, dan benar-benar kehilangan kendali atas diri sendiri.
"Sudah saatnya untuk mengenali BSD sebagai kondisi kesehatan mental yang terpisah dan untuk mengumpulkan pengetahuan lebih lanjut tentang BSD di internet," kata psikoterapis di Hannover Medical School di Jerman, Dr Astrid Muller.
Dalam sebuah studi, Muller dan rekan-rekan peneliti melihat bukti dari 122 pasien yang mencari bantuan untuk mengatasi kecanduan belanja online, ditemukan bahwa mereka memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi dari biasanya.
 Ilustrasi kecanduan belanja/Foto: iStock |
Mereka berpendapat munculnya toko online, aplikasi dan layanan pengiriman ke rumah telah menambahkan pengalaman yang sama sekali baru untuk konsep shopaholic. Internet telah membuat segala kebutuhan belanja tersedia, dengan identitas anonim, dan keterjangkauan serta aksesibilitas yang lebih mudah.
Toko online bekerja 24 jam sehari, membuat orang dapat membeli barang tanpa perlu menghadapi penjaga toko, dan menentengnya di jalanan. Orang dapat membeli apa saja secara online, dan situs-situs e-commerce kadang memberikan potongan harga dan gratis
ongkir dalam jumlah besar.
Dari sinilah, Muller dan tim menunjukkan tanda-tanda gangguan belanja. Saat ini, BSD sendiri tidak diklasifikasikan sebagai gangguan tersendiri tetapi merupakan bagian dari kategori bernama 'kelainan kontrol implus spesifik lainnya'.
Hal itu mempengaruhi 5 persen populasi dan memiliki efek mental yang serius. Sudah harusnya sudah mendapat perhatian utama dari orang-orang yang kompeten di bidang hal itu.
Para ahli di Jerman menjelaskan BSD, dan khususnya belanja
online dapat menciptakan 'lingkaran setan' yang menyebabkan hasrat ekstrem untuk membeli barang, dan kepuasan dalam membelanjakan uang.
Ini kemudian dapat menyebabkan gangguan dalam pengendalian diri, masalah kejiwaan, kesulitan hubungan dan kekacauan fisik, serta hutang besar.
"Kami berharap bahwa hasil dari studi menunjukkan bahwa prevalensi belanja online yang membuat kecanduan di antara pasien yang mencari pengobatan dengan BSD akan mendorong penelitian di masa depan yang membahas karakteristik fenomenologis yang berbeda, fitur yang mendasari, hal terkait, dan konsep perawatan khusus," tegas Muller.
Nah, Bunda, kalau masih sering khilaf dalam berbelanja online segera waspdai gejala mental ya!
Simak nih, Bun, tips hemat belanja bulanan!
[Gambas:Video Haibunda]
(rap/rap)