Jakarta -
Tontonan juga bisa dibilang cerminan level pendidikan bangsa di negaranya. Rupanya selain mengurusi masalah di bidang pendidikan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim juga menyoroti tayangan sinetron di Indonesia. Nadiem memberikan pesan untuk para rumah produksi agar cerita yang dikemas dalam sinetron lebih berkualitas.
Berkualitas dalam arti membangkitkan rasa keingintahuan masyarakat. Hal ini ia sampaikan di acara Indonesia Millenial Summit (IMS) 2020 The Tribrata saat menjadi narasumber. Nadiem bilang, sinetron Indonesia harus mampu mengajak penontonnya untuk berpikir. Hal ini karena menurutnya sinetron itu tidak selalu menghadirkan kisah inspiratif.
"Alangkah baiknya bisa mengajak masyarakat berpikir gitu loh. Enggak usah inspirasi deh, tapi paling tidak membuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa meningkatkan
curiosity (rasa ingin tahu) di masyarakat," ujar Nadiem pada Jumat (17/1/2020).
Nadiem beropini, cerita yang disajikan sinetron Indonesia kini tak mementingkan cerita dan cuma mengandalkan rating. Oleh karena itu, Nadiem meminta agar seluruh rumah produksi
sinetron bisa membuat cerita yang berbeda dan tidak berkutat di genre atau tema itu-itu saja.
"Kan selama ini ceritanya soal ada yang miskin jadi kaya, jatuh cinta, hal-hal yang masih kaya gitu levelnya di sini," tutur Nadiem.
Sebagai Mendikbud, Nadiem merasa punya tanggung jawab dalam mengembangkan budaya dan seni Indonesia. Nadim berjanji akan terus berusaha meningkatkan kualitas dan akses kepada para pegiat seni nasional.
"Jangan lupa saya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Saya punya mandat untuk mengembangkan budaya dan seni Indonesia," kata Nadiem.
Nadiem pun menyampaikan niatnya untuk melakukan perubahan dalam sistem pendidikan. Di kesempatan yang sama, Nadiem juga memperkenalkan konsep merdeka belajar. Menurutnya konsep ini dinilai bisa mengembangkan pola pikir anak-anak Indonesia.
"Di dalam sekolah itu harus ada
culture of learning dan
culture of inovation. Jadi objektif dari sistem pendidikan Indonesia adalah menciptakan anak-anak yang
growth mindset," ujarnya.
Nadiem Makarim/ Foto: Grandyos Zafna |
Nadiem menjelaskan 'Merdeka Belajar' adalah sebuah solusi yang akan memerdekakan unit pendidikan Indonesia. Menurutnya, lewat 'Merdeka Belajar' akan ada fleksibilitas dari guru dan kurikulum pendidikan dalam menentukan apa yang terbaik bagi anak didik.
"Merdeka belajar adalah solusi yang akan memerdekakan unit pendidikan untuk melakukan inovasi dan berubah mindset culture kepada
learning culture, bukan administrasi
culture. Yang lebih terjadi sekarang adalah administrasi
culture, bukan pembelajaran," papar Nadiem.
Nadiem juga menuturkan jika perubahan paradigma di dunia pendidikan yang kini diupayakan lewat 'Merdeka Belajar' tak bisa menjadi tugas pemerintah saja. Harus ada peran serta dari semua kalangan, termasuk dari para orang tua dan perusahaan swasta, Bunda.
"Merdeka belajar adalah
call to action kepada seluruh masyarakat, untuk guru, sekolah, orang tua, dan
company semua agar kita melihat definisi
culture yang merdeka di dalam unit pendidikan kita," ujar Nadiem.
Soal tontonan sinetron zaman sekarang, sebagai orang tua setidaknya kita perlu mengawasi jika anak nonton TV. Menurut psikolog anak Monica Sulistiawati, seleksi tayangan dan media itu penting. Monica bilang, sebisa mungkin jangan taruh TV di kamar. Jadi kalau
anak nonton TV di ruang tengah, paling tidak Bunda bisa dengar suaranya.
"Ini kira-kira lagi ngomongin apa, adegan mana," kata Monica.
Sementara itu, menurut Komisioner KPI Pusat Periode 2016-2019 Dewi Setyarini, M.Si., menyoroti bahwa tayangan di televisi dapat banyak sanksi yang diberikan dan paling tinggi di pasal-pasal perlindungan anak dan remaja.
"Misalnya di sinetron, kebanyakan konflik yang dibangun merupakan konflik dewasa dan penokohan anak atau remaja tidak sesuai karakter anak dan remaja itu," kata Dewi, dalam acara 'Anugerah Penyiaran Ramah Anak 2019', beberapa waktu lalu.
Margaret Aliyatul Maimunah selaku Komisioner Bidang Pornografi dan Cybercrime Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga memiliki harapan agar lembaga penyiaran menjadi salah satu faktor kunci untuk memberi edukasi positif tentang konten siaran yang dibuat. Sehingga, anak bisa belajar hal-hal baik.
Di program atau cerita anak biasanya ada karakter baik dan buruk, tapi yang terjadi adalah gambarannya lebih kuat ke karakter buruk. Itulah yang sering diterima anak-anak hingga akhirnya bisa saja mereka contoh.
"Anak itu lagi di masa melihat apa yang dia tonton, meniru apa yang dia lihat tanpa punya filter, maka memang perlu fungsi pendampingan orang tua atau keluarga," ujar Margareth.
Simak juga video tentang pentingnya Bunda dampingi anak nonton kartun:
(aci/som)