Jakarta -
Pelecehan seksual pada perempuan di ruang publik kerap terjadi, Bunda. Lalu, apa yang mesti kita lakukan jika menjadi korban?
Menurut Co-Director Hollaback! Jakarta, Anindya Restuviani, di saat mengalami
pelecehan seksual, sebenarnya kita berada di posisi tidak aman. Jika mau melakukan intervensi langsung pada pelaku lihat dulu situasinya.
"Lihat dulu situasi sekitar aman atau enggak, kalau misalnya merasa dalam diri sendiri aja enggak aman, saran saya langsung keluar dari situasi tersebut. Kalau ada yang siul-siul dan enggak berani langsung pergi aja," jelas Anindya, dalam acara GO-JEK Luncurkan Inisiatif Perempuan, di Kaum Resto, Jakarta, (11/3/2020).
Anindya menekankan, tidak ada yang salah maupun benar yang harus dilakukan korbanÂ
kekerasan seksual dalam bentuk apapun. Karena sebetulnya, reaksi setiap korban itu berbeda-beda. Mungkin ada yang marah, tapi ada pula yang malah merasa takut dan langsung sembunyi.
"Kalau saya, putar balik dan marah. Tapi ada juga yang takut. Tipsnya, ya segera keluar dari situasi tersebut karena enggak ada yang salah enggak ada yang benar, reaksi orang pasti berbeda," ucap Anindya.
"Tapi kalau mau lakukan intervensi, lakukan secara cepat, tegas, dan jelas, setelah itu keluar dari situasi tersebut," sambungnya.
 5 Tipe Pelecehan Seksual di Ruang Publik, Apa yang Harus Bunda Lakukan?/ Foto: Yuni Ayu Amida |
Lebih lanjut Anindya menjelaskan, melihat dari kategorinya, pelecehan seksual di ruang publik terbagi jadi 5 jenis, di antaranya.
1. Pelecehan fisik
"Pasti sudah tahu ya bentuknya, seperti memegang, meraba, dan semacamnya," tutur Anindya.
2. Pelecehan verbalPelecehan verbal bentuknya seperti siulan,
catcalling, atau komentar yang berbau seksual. Bahkan kadang tanpa kita sadari, pelecehan seksual verbal ini bisa pula terjadi di kantor yang juga masuk dalam ruang publik.
"Kadang teman bercanda yang berbau seksual, kita sendiri merasa kok enggak nyaman ya, tapi kadang bingung. Itu yang membuat kita sendiri enggak yakin itu pelecehan seksual atau enggak, dan kita enggak tahu
gimana cara merespons," jelasnya.
3. MentalSalah satunya seperti eksibisionis. Atau ketika ada orang yang melihat kita dari atas sampai bawah dengan ekspresi tidak wajar.
"Kayak
mupeng, matanya kayak menelanjangi, itu membuat mental kita kayak ditelanjangi," tuturnya.
4. Kekerasan seksual secara ekonomiKekerasan dalam bentuk ini menyebabkan mobilitas saat bekerja terbatasi, sehingga ekonomi terganggu. Misalnya di kantor ada bos yang melakukan pelecehan seksual pada bawahannya dengan ancaman.
"Atau perempuan bisa bekerja sampai malam, tapi karena khawatir pelecehan dan takut, secara enggak langsung membatasi ekonomi dan mobilitas mereka bekerja," jelas Anindya.
5. Pelecehan secara onlinePelecehan ini terjadi di ranah digital. Bentuknya bisa penghinaan dan semacamnya yang berbau seksual.
"Sebenarnya
pelecehan seksual di ruang publik itu kata kuncinya adalah tidak diinginkan. Jadi, saat kita merasa tidak nyaman dengan perilaku orang lain, tidak harus seksual tapi berbau seksual itu sudah masuk pelecehan seksual," tukasnya.
Jangan sampai musibah macam ini terjadi pada keluarga Bunda ya. Maka itu simak juga langkah pencegahan seksual pada anak dalam video ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(yun/muf)