Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

5 Perubahan Hubungan Suami Istri Setelah Punya Anak, Komunikasi hingga Seks

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Jumat, 15 May 2020 19:40 WIB

ilustrasi keluarga
5 Perubahan Hubungan Suami Istri Setelah Punya Anak, Komunikasi hingga Seks/ Foto: thinkstock
Jakarta -

Ketika anak lahir, detik itu pula status dan hidup pasangan suami istri berubah. Ya, menjadi orang tua bisa mengubah suatu hubungan. Apalagi untuk orang tua baru, stres kurang tidur bisa jadi faktor yang membuat Bunda dan Ayah tak lagi prioritaskan hubungan.

Soal ini, menurut Tracy K. Ross, LCSW, pasangan suami istri hendaknya tetap memperhatikan hubungan. Jika tidak, bisa bertambah buruk.

"Kami tahu dari penelitian bahwa hubungan yang tidak diperhatikan akan bertambah buruk," ujar Ross, terapis pasangan dan keluarga di Redesigning Relationships di New York City, dikutip dari Healthline.

Ia menambahkan, "Jika Anda tidak melakukan apa-apa, hubungannya akan memburuk. Anda akan jadi orang tua yang berdebat tentang tugas. Anda harus berupaya agar hubungan itu tetap sama, dan bekerja lebih keras untuk memperbaikinya."

Untuk itu, sebagai orang tua dan juga pasangan suami istri, kita perlu siap dengan perubahan yang bakal terjadi setelah punya anak. Berikut ini lima perubahan yang terjadi dalam hubungan suami istri setelah punya anak:

1. Komunikasi jadi seperlunya

Saat merawat bayi baru lahir, jelas banyak pekerjaan dan tuntutan yang harus dihadapi orang tua. Mungkin Bunda yang terlibat langsung dalam merawat, tidak punya waktu dan energi untuk melakukan semua hal yang membuat hubungan tetap kuat.

Alhasil komunikasi menjadi seperlunya. Ross memberi saran bahwa hubungan dengan pasangan tetap diprioritaskan. Selama enam minggu pertama fokus merawat bayi, namun setelahnya Bunda dan Ayah harus meluangkan waktu bersama.

"Anda harus menjadikannya prioritas, sedikit apapun waktu untuk berdua dan tidak berbicara tentang anak," ujarnya.

Bunda bisa ngobrol dengan suami tentang perencanaan logistik, seperti pengasuh, meminta anggota keluarga mengawasi bayi, atau berencana menghabiskan waktu bersama setelah bayi tidur.

2. Kurangnya waktu 'pacaran'

Sebelum punya anak mungkin terbiasa pergi kencan malam secara spontan, seperti mencoba restoran baru, atau menghabiskan akhir pekan dengan hiking dan berkemah bersama.

Tapi sekarang, rasa spontanitas itu berkurang bahkan hilang. Apa yang di pikiran orang tua baru saat pergi hanyalah perencanaan logistik dan persiapan (botol, tas popok, pengasuh bayi, dan banyak lagi).

Ross mengatakan, tidak apa-apa untuk mengubah cara Bunda berpikir menghabiskan waktu bersama dan menjadi tipe orang yang merencanakan lebih banyak ke depan. Namun, tetap jadwalkan waktu pacaran.

"Ingatkan diri Anda bahwa Anda dan suami adalah dua orang dewasa yang menghabiskan waktu bersama karena Anda suka menghabiskan waktu bersama," ujarnya.

3. Apa itu seks?

Ketika punya anak, semua prioritas lain rasanya dikesampingkan dahulu. Namun, perlu Bunda ketahui, seks bisa jadi cara yang bagus untuk menyambung kembali hubungan dan menghabiskan sedikit waktu bersama pasangan.

"Salah satu cara bagi pasangan untuk memastikan bahwa kurangnya hubungan seks tidak menjadi permanen adalah dengan sengaja menjadikan hubungan romantis sebagai prioritas," kata Lana Banegas, LMFT, terapis perkawinan dan keluarga yang praktik di The Marriage Point di Marietta, Georgia.

ilustrasi suami istriilustrasi suami istri/ Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes

4. Sulitnya berbagi tanggung jawab

Dalam hubungan rumah tangga apa pun, satu orang seperti Bunda mungkin merasakan tekanan untuk bertanggung jawab membesarkan anak lebih banyak daripada orang lain. Itu bisa membuat Bunda merasa kesal terhadap suami.

Dipaparkan dalam sebuah studi oleh National Institutes of Health, pada 2013, "Pemindaian otak menunjukkan, pada wanita, pola aktivitas otak tiba-tiba beralih ke mode penuh perhatian ketika mereka mendengar bayi menangis, sedangkan otak pria tetap dalam keadaan istirahat."

Soal ini, baiknya Bunda bicarakan baik-baik dengan suami. Berbagi tugas akan lebih mudah jika kedua belah pihak saling memahami.

5. Perbedaan pola asuh

Pola asuh anak yang berbeda bisa jadi masalah dalam hubungan. Menurut Ross, ini tidak apa-apa. Namun, harus dibicarakan dan disepakati bersama bagaimana pola asuh yang bakal diterapkan di kemudian hari.

"Anda mungkin menemukan bahwa Anda dan orang tua pasangan Anda berbeda dan itu tidak apa-apa," kata Ross.

"Anda dapat berbicara tentang ketidaksepakatan besar dan membuat keputusan tentang bagaimana Anda akan bekerja bersama sebagai sebuah tim, apakah itu menemukan kompromi pada masalah tertentu," sambungnya.

Dengan begitu, perbedaan pola asuh diharapkan tak lagi menjadi masalah dalam hubungan rumah tangga.

Simak juga tips Ivy Batuta dan suami ajari anak pendidikan seks sejak dini:

[Gambas:Video Haibunda]



(aci/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda