Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Lika-liku Cinta Soekarno dan Inggit Garnasih, Cerai Usai 20 Tahun Bersama

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Jumat, 25 Sep 2020 17:34 WIB

detikTravel pernah mengunjungi rumah bersejarah Inggit Garnasih yang ada di Jalan Ibu Ingggit Ganarsih No 8, Kecamatan Astanaanyar, Minggu 2 Februari 2020 lalu bertepatan dengan acara Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih ke-6.
Inggit Garnasih/ Foto: Wisma Putra/detikcom
Jakarta -

Rupanya kisah cinta Seokarno dan Inggit Garnasih tak berjalan mulus begitu saja. Banyak rintangan yang keduanya hadapi hingga akhirnya bisa bersama. Sayangnya, setelah 20 tahun bersama, keduanya memutuskan pisah. Lalu, bagaimana sebenarnya pertemuan awal Soekarno dengan Inggit Garnasih?

Pada akhir Juni 1921, Soekarno datang dari Surabaya untuk melanjutkan pendidikan. Ia ingin mengejar mimpinya sebagai insinyur di bidang teknik sipil. Soekarno kemudian memutuskan untuk kuliah di Techniche Hooge School di Bandung, atau sekarang dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Melalui bantuan H. Umar Said Tjokroaminoto, Soekarno diizinkan tinggal di kediaman Kang Uci, yang merupakan suami Inggit kala itu. Di rumah itulah Soekarno bertemu dan langsung jatuh cinta dengan Inggit, yang merupakan ibu kosnya.

Dalam buku karya Cindy Adams, Bung Karno sempat mengatakan bahwa pertemuannya dengan Inggit seperti sebuah keberuntungan.

"Keberuntungan yang utama itu sedang berdiri di pintu masuk dalam suasana setengah gelap dibingkai lingkaran cahaya dari belakang. Dia memiliki tubuh yang kecil, dengan sekuntum bunga merah menyolok di sanggulnya, dan sebuah senyuman yang memesona. Dia adalah istri Haji Sanusi, Inggit Garnasih. Oh, luar biasa perempuan ini," kata Bung Karno.

Rupanya Inggit kala itu juga memberikan pujian dan kesan pertama pada Soekarno. Hal ini tertuang dalam novel 'Kuantar ke Gerbang' karya K.H Ramadhan.

"Dia mengenakan peci beledu, hitam kebanggaannya dan pakaian putih-putih. Cukupan tinggi badannya. Ganteng. Anak muda yang bersolek, parlente," kata Inggit Garnasih.

Menikah

Di kos tersebutlah Soekarno kerap curhat menceritakan kegelisahan hatinya pada Inggit Garnasih. Bagi Soekarno Inggit adalah orang yang bijak dalam memberi saran dan masukan. Siapa sangka kebersamaan tersebut bertumbuh jadi cinta. Bahkan Soekarno merasa tidak takut dengan Kang Uci.

Di sisi lain, Soekarno sadar bahwa jalinan cintanya dengan Inggit adalah salah. Namun semakin lama perasaan Soekarno pada Inggit makin tak terbendung. Bahkan perasaan cinta tersebut membuat Bung Karno sulit konsentrasi selama menempuh pendidikan.

"Pada awalnya kami menunggu. Selama beberapa bulan kami menunggu dan tiba-tiba dia berada dalam rengkuhanku. Ya, itulah yang terjadi. Aku menciumnya. Dia menciumku. Lalu aku menciumnya kembali, dan kami terperangkap dalam rasa cinta satu sama lain. Dan semua itu terjadi selagi ia masih istri dari Sanusi dan aku suami dari Oetari," kata Bung Karno.

Dengan percaya diri, Bung Karno mengatakan pada Kang Uci bahwa dirinya tertarik dengan Inggit, ia bahkan ingin memperistri wanita yang masih berstatus istri Kang Uci tersebut. Melalui pertimbangan yang bijak, Kang Uci akhirnya menceraikan Inggit dan mempersilahkannya menikah dengan Soekarno. Usai masa iddah Inggit habis, Soekarno pun menikahinya pada 24 maret 1923.

Meski selisih usia keduanya sangat jauh, namun Bung Karno merasa bahagia menikahi ibu kosnya tersebut. Bagi Bung Karno, Inggit adalah wanita yang tepat, yang bisa menjaganya serta memberi semangat.

Demi mendukung perjuangan suaminya, Inggit melakukan segala hal terutama untuk membantu perekonomian keluarga. Ia bahkan rela berjualan bedak, jamu, hingga menjahit kutang. Bagi Inggit, ia sangat bangga dengan semangat juang Bung Karno yang tak pernah padam.

Bercerai

Setelah bertahun-tahun bersama, perjalanan rumah tangga mereka mulai goyah. Kekuatan cinta mereka diuji kala Inggit menemani Bung Karno di Bengkulu. Saat itu pasangan tersebut menampung seorang pelajar putri bernama Fatmawati yang merupakan anak gadis Hasan Din.

Mengingat Soekarno dan Inggit tidak memiliki keturunan, Soekarno pun meminta izin pada Inggit untuk menjadikan Fatmawati istri keduanya.

Inggit merasa dilema. Sebagai wanita ia tidak mau berbagi cinta dengan wanita lain. Namun sebagai istri, ia juga tahu bahwa suaminya sangat ingin memiliki keturunan.

Keputusan Inggit pun akhirnya bulat. Ia lebih memilih bercerai daripada dimadu.

Akhirnya jalinan cinta keduanya yang sudah berlangsung 20 tahun itu pun retak. Perceraian tak dapat dihindari. Mereka akhirnya resmi berpisah pada 29 Februari 1942. Sidang perceraian keduanya digelar di Bandung dan dihadiri K.H Mas Mansyur sebagai saksinya.

Walau sudah bercerai, Bung Karno mengakui dirinya tetap menghormati Inggit. Dalam buku Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams, Bung Karno menyebut bahwa ia tidak serta merta melupakan jasa Inggit yang telah mewarnai hari-harinya.

"Aku tidak bermaksud menyingkirkanmu. Merupakan keinginanku untuk menetapkanmu dalam kedudukan paling atas dan engkau tetap sebagai istri yang pertama, jadi memegang segala kehormatan yang bersangkutan dengan hal ini, sementara aku dengan mematuhi hukum agama dan hukum sipil, mengambil istri kedua agar mendapatkan keturunan," ucap Bung Karno, demikian kisah ini dikutip dari buku The Uncensored of Bung Karno, Misteri Kehidupan Sang Presiden, yang ditulis Abraham Panumbangan.

Simak juga surat cinta Ahok untuk Veronica Tan sebelum cerai dalam video ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(yun/kuy)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda