
moms-life
Perjuangan Mualaf Ashalina, Syahadat hingga ke Jepang & Saksikan Teman Salat di Kulkas
HaiBunda
Kamis, 17 Jun 2021 08:35 WIB

Saat sudah nyaman dan semangat menjalani kehidupan bak orang beragama Islam, tiba-tiba Asha kembali dihadapi dengan kegalauan lainnya, Bunda. Ia takut melihat reaksi keluarganya saat tahu ia ingin masuk Islam dan memakai kerudung.
"Nah waktu bulan Ramadhan tuh lagi semangat-semangatnya. Tapi tiba-tiba galau karena kepikiran aku rasanya udah nyaman deng sama agama ini. Semua pertanyaan yang pengen aku tanyain udah dijawab semuanya," katanya.
"Tapi, gimana ya gitu nanti keluarga aku kalau tahu aku masuk Islam. Aku tiba-tiba pengen pakai kerudung," tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian datang seorang teman blasteran Jepang-Indonesia yang beragama Islam untuk menasihatinya, Bunda. Ia mengatakan bahwa Asha memiliki keinginan yang kuat untuk belajar Islam, namun sangat disayangkan jika tidak mengucapkan syahadat.
"Jadi lagi galau-galau diomongin kayak gitu antara pengen semangat tapi kayak aduh nanti keluargaku gimana," tuturnya.
Akhirnya, Asha memutuskan untuk mementingkan mengucap dua kalimat syahadat daripada reaksi keluarganya, Bunda. Asha mengaku sangat ikhlas jika memang harus dikeluarkan dari kartu keluarga.
"Ya udah deh enggak apa-apa deh, yang penting aku syahadat. Mau nanti aku dibuang kah, mau nanti aku dicoret dari kartu keluarga kah kayak ya udah deh nggak apa-apa udah ikhlas yang penting akunya masuk Islam," ungkap Asha.
Setahun menjadi mualaf dan lulus kuliah, Asha memutuskan untuk pulang ke Indonesia, Bunda. Awal-awal ia harus menyembunyikan identitasnya dari keluarga. Asha pun harus membuka kerudung dan membeli baju yang tidak terlalu panjang.
Singkat cerita, Asha ternyata perlu pertolongan dari Mualaf Center untuk memberitahukan keadaannya dengan keluarga, Bunda. Dengan bantuan seorang teman yang juga Mualaf, orang tua dan keluarga Asha akhirnya menerima keputusan yang Asha ambil.
Asha juga menceritakan beratnya pengalamannya selama menjadi mualaf di Jepang, Bunda. Ia harus menjalankan puasa lebih panjang, dari pukul 03.00-19.00 dengan cuaca yang sangat panas, karena Ramadhan biasanya bertepatan dengan musim panas. Untuk sahur pun, ia hanya bisa mengisi perut dengan sereal dan susu.
Ia bahkan pernah menyaksikan seorang teman Muslim yang rela salat di dalam kulkas sebuah pabrik tempat menyimpan buah dan sayur demi tidak ketinggalan salat.
"Dulu aku punya teman, kita di Jepang tuh kerjanya di pabrik. Semua bagian kotor. Mereka cuma kasih satu tempat bagian bersih yaitu kulkas tempat nyimpan buah sama sayur. Dan itu tuh dingin banget," katanya.
"Tapi temen aku tetap mau demi biar enggak ketinggalan salat dia tetap mau salat, mau enggak mau jadi salatnya di kulkas," sambung Asha.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Kisah Mualaf Dian Sastro, Deg-degan Saat Belajar Salat Hingga Khatam Alquran

Mom's Life
Wanita Semarang Jadi Mualaf Setelah Dapat Keajaiban Istighfar & Asmaul Husna

Mom's Life
Perjalanan Mualaf Wanita Kalimantan: Dibenci Ibunda dan Dikucilkan Keluarga

Mom's Life
Awal Dokter Amerika Mualaf Temukan Islam, Berawal dari Putri Sakit Keras

Mom's Life
Kisah Dokter Amerika Mualaf: Diceraikan Istri dan Dijauhi Orang Tua


7 Foto