
moms-life
Perjuangan Mualaf Ashalina, Syahadat hingga ke Jepang & Saksikan Teman Salat di Kulkas
HaiBunda
Kamis, 17 Jun 2021 08:35 WIB

Setiap orang memiliki kepercayaan masing-masing, Bunda. Namun, terkadang ada orang yang masih kurang yakin dengan apa yang mereka percayai. Hal inilah yang dirasakan oleh seorang wanita bernama Ashalina.
Ashalina adalah wanita yang memutuskan untuk menjadi seorang mualaf, Bunda. Ia yang awalnya adalah Kristen Protestan merasa ada sesuatu yang janggal dengan agama yang ia percayai.
Bersekolah di sekolah campuran membuat wanita yang akrab disapa Asha ini ikut terlibat saat tengah mempelajari agama Islam, Bunda. Saat duduk di bangku SMP, wanita yang kedua orang tuanya beragama Konghucu ini bahkan sudah tertarik untuk mempelajari agama Islam.
Sayangnya, memasuki masa SMA, Asha harus masuk ke sekolah Katolik, Bunda. Saat itu, Asha kembali merasa jauh dengan pelajaran agama.
"(SMA) pindah ke Jakarta itu sekolah Katolik. Jadi agak enggak terlalu ngejalanin agama," katanya dilihat dari kanal YouTube Hijab Alila.
Tak sampai sana, perjalanan Asha untuk mengenal Islam pun harus terhenti setelah ia memutuskan untuk pindah ke Jepang untuk melanjutkan pendidikannya, Bunda. Sampai pada tahun 2015 datanglah seorang pendakwah dr. Zakir Naik ke Jepang.
"Aku kan dari 2013 di sana nyantai sampa 2015 awal itu di zaman itu di Jepang lagi datang dr. Zakir Naik. Aku enggak datang sih, tapi aku streaming," ungkapnya.
"Pas ada dia jelasin di Kristen tuh gini gini, lho. Ada yang janggal dari ini-ininya. Jadi aku kayak ke flashback kayak waktu aku SMP," sambung wanita yang kini mantap berhijab dan mengenakan cadar ini.
Setelah itu, Asha mulai mencari-cari informasi mengenai Islam lewat internet, Bunda. Namun, seorang teman menyarankannya untuk mencari guru agar Asha tidak terjerumus ke dalam berita hoax di internet.
Mendengar saran dari temannya, Asha bingung karena di Jepang harus berguru kepada siapa. Meski memiliki teman yang beragama Islam, namun Asha masih memiliki banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Meski tertarik dengan Islam, ternyata Asha juga sempat merasa galau sebelum mengucap kalimat syahadat nih, Bunda. Dia bahkan sampai menemui pendeta. Klik baca halaman berikutnya, yuk!
Bunda, simak juga video perbedaan hijab di 5 negara berikut ini:
ASHA SEMPAT GALAU DAN BERTANYA PADA PENDETA
Ashalina, Wanita yang Mualaf di Jepang/ Foto: YouTube Hijab Alila
Sebelum mantap masuk Islam dan mengucap dua kalimat syahadat, Asha sempat merasakan galau di hatinya nih, Bunda. Ia merasa belum mempelajari Al-Kitab dengan benar dan teliti sehingga tidak terlalu yakin untuk pindah agama.
Untuk menjawab kegalauannya, Asha pergi ke sebuah gereja di Jepang yang ajarannya sejalan dengan gereja yang ada di kampungnya. Bahkan, pendeta di sana menggunakan Bahasa Indonesia, Bunda.
"Tapi aku ada masa galaunya sih, kayak bener nggak ya tiba-tiba aku mau pelajarin agama Islam sedangkan aku belum baca secara detail deh Al-Kitabku kayak gimana," tuturnya.
"Jadi aku mulailah cari gereja yang masih sejalan sama gereja aku yang di kampung. Ketemu dan pendeta gerejanya pun bisa Bahasa Indonesia," sambungnya lagi.
Asha yang masih galau pun melemparkan sang pendeta dengan banyak pertanyaan, Bunda. Namun, pada suatu ketika sang pendeta memotong pertanyaan Asha dan menyuruhnya untuk tidak usah bertanya lagi.
"Ngobrol-ngobrol tuh sama pendeta sampai akhirnya di cut sama pendetanya. Enggak usah tanya lagi, katanya gitu. Kalau tanya lebih banyak lagi kamu tuh sama aja enggak beriman, katanya gitu," imbuh Asha.
Setelah pengalamannya dengan sang pendeta, Asha memutuskan untuk mencari pelajaran tentang Islam sendiri, Bunda. Ia pergi ke sebuah masjid yang cukup besar di kota Kobe. Ia menanyakan apa yang ingin ia tanyakan bahkan selalu ikut kajian dan berpuasa di bulan Ramadhan.
"Sampai ke bulan Ramadhan aku jadinya ikut puasa. Terus lama-lama aku minta ajarin dong wudhu itu kayak gimana, ya. Apa aja yang dibasahi, gitu. Sampai akhirnya pengen juga tuh salat gimana, ya," tutur Asha.
Saat sedang semangat-semangatnya mengenal agama Islam, Asha dihadapi dengan kegalauan lainnya, Bunda. Ia galau karena takut mengetahui reaksi keluarga-keluarganya jika tahu ia ingin masuk Islam. Bahkan, Asha rela rajin ke mal agar bisa salat dengan leluasa.
Klik baca halaman berikutnya Bunda.
KABUR DARI RUMAH HINGGA SAKSIKAN TEMAN SALAT DI KULKAS
Ashalina, Wanita yang Mualaf di Jepang/Foto: YouTube Hijab Alila
Saat sudah nyaman dan semangat menjalani kehidupan bak orang beragama Islam, tiba-tiba Asha kembali dihadapi dengan kegalauan lainnya, Bunda. Ia takut melihat reaksi keluarganya saat tahu ia ingin masuk Islam dan memakai kerudung.
"Nah waktu bulan Ramadhan tuh lagi semangat-semangatnya. Tapi tiba-tiba galau karena kepikiran aku rasanya udah nyaman deng sama agama ini. Semua pertanyaan yang pengen aku tanyain udah dijawab semuanya," katanya.
"Tapi, gimana ya gitu nanti keluarga aku kalau tahu aku masuk Islam. Aku tiba-tiba pengen pakai kerudung," tambahnya.
Kemudian datang seorang teman blasteran Jepang-Indonesia yang beragama Islam untuk menasihatinya, Bunda. Ia mengatakan bahwa Asha memiliki keinginan yang kuat untuk belajar Islam, namun sangat disayangkan jika tidak mengucapkan syahadat.
"Jadi lagi galau-galau diomongin kayak gitu antara pengen semangat tapi kayak aduh nanti keluargaku gimana," tuturnya.
Akhirnya, Asha memutuskan untuk mementingkan mengucap dua kalimat syahadat daripada reaksi keluarganya, Bunda. Asha mengaku sangat ikhlas jika memang harus dikeluarkan dari kartu keluarga.
"Ya udah deh enggak apa-apa deh, yang penting aku syahadat. Mau nanti aku dibuang kah, mau nanti aku dicoret dari kartu keluarga kah kayak ya udah deh nggak apa-apa udah ikhlas yang penting akunya masuk Islam," ungkap Asha.
Setahun menjadi mualaf dan lulus kuliah, Asha memutuskan untuk pulang ke Indonesia, Bunda. Awal-awal ia harus menyembunyikan identitasnya dari keluarga. Asha pun harus membuka kerudung dan membeli baju yang tidak terlalu panjang.
Singkat cerita, Asha ternyata perlu pertolongan dari Mualaf Center untuk memberitahukan keadaannya dengan keluarga, Bunda. Dengan bantuan seorang teman yang juga Mualaf, orang tua dan keluarga Asha akhirnya menerima keputusan yang Asha ambil.
Asha juga menceritakan beratnya pengalamannya selama menjadi mualaf di Jepang, Bunda. Ia harus menjalankan puasa lebih panjang, dari pukul 03.00-19.00 dengan cuaca yang sangat panas, karena Ramadhan biasanya bertepatan dengan musim panas. Untuk sahur pun, ia hanya bisa mengisi perut dengan sereal dan susu.
Ia bahkan pernah menyaksikan seorang teman Muslim yang rela salat di dalam kulkas sebuah pabrik tempat menyimpan buah dan sayur demi tidak ketinggalan salat.
"Dulu aku punya teman, kita di Jepang tuh kerjanya di pabrik. Semua bagian kotor. Mereka cuma kasih satu tempat bagian bersih yaitu kulkas tempat nyimpan buah sama sayur. Dan itu tuh dingin banget," katanya.
"Tapi temen aku tetap mau demi biar enggak ketinggalan salat dia tetap mau salat, mau enggak mau jadi salatnya di kulkas," sambung Asha.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Kisah Lady Evelyn Cobbold, Orang Inggris Pertama yang Masuk Islam dan Ibadah Haji

Mom's Life
Cerita Nathalie Holscher Mualaf, Dengar Suara Syahadat di Telinga Usai Foto Pakai Mukena

Mom's Life
Kisah Mualaf Dian Sastro, Deg-degan Saat Belajar Salat Hingga Khatam Alquran

Mom's Life
Perjalanan Mualaf Wanita Kalimantan: Dibenci Ibunda dan Dikucilkan Keluarga

Mom's Life
Awal Dokter Amerika Mualaf Temukan Islam, Berawal dari Putri Sakit Keras


7 Foto
Mom's Life
7 Potret Lebaran Ayana Moon Selebgram Mualaf di Seoul, Ungkap Bahagia & Rasa Syukur
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda