
moms-life
Cara Menyikapi Suami yang Anggap Cerai Cuma Becandaan Seperti Vicky Prasetyo
HaiBunda
Kamis, 17 Jun 2021 09:04 WIB

Setelah menikah dengan Kalina, hubungannya dengan Vicky Prasetyo semkain menjadi sorotan. Baru-baru ini, Vicky Prasetyo mengaku bercanda soal kata cerai yang diduga menjadi pencetus Kalina memilih pergi dari rumah.
Vicky mengungkap Kalina mendengar dari seseorang bahwa Vicky punya rencana menceraikannya bulan depan. Mendengar hal itu Kalina sontak kaget dan memilih untuk pergi dari rumah.
Kita doakan semoga rumah tangga mereka baik-baik saja ya, Bunda. Kali ini, Bubun bukan akan membahas tentang masalah rumah tangga Vicky Prasetyo dan Kalina Ocktaranny lebih jauh.
Namun, dari kasus di atas, apakah ada Bunda ada yang senasib? Sering mendapat perlakuan semena-mena dari suami, yang menganggap bahwa perceraian bukan masalah besar dalam rumah tangga.Â
Lalu, bagaimana menyikapi suami atau istri yang menganggap kata cerai itu hanya bercanda. Atau, bisa juga dengan entengnya kata cerai itu keluar dari mulut suami atau istri, entah itu bercanda atau serius.
HaiBunda bertanya langsung pada Danang Baskoro, M.Psi, Psikolog terkait persoalan suami/istri ini. Menurutnya, kalau suami/istri minta cerai entah itu bercanda atau serius. Apa yang harus disikapi dari sudut pembaca sebenarnya kalau ada orang yang mengancam seperti itu. Atau dia mau mengatakan itu ya, itu sebagai sesuatu yang perlu digarisbawahi, Bunda.
"Sebagai sesuatu yang harus dicatat, apa memang bercanda, atau memang serius. Kalau memang bercanda, itu enggak baik juga karena pasangan yang mendengarkan candaan seperti itu bisa saja, dia berpikir lebih besar dari candaan itu," kata Danang Baskoro kepada HaiBunda, Rabu (16/6/2021).
Dengan bercanda-bercanda seperti itu, Danang mengatakan, itu juga membuat pasangan risih juga. Bercandaan-bercandaan itu sebetulnya enggak baik, Bunda. Apalagi kalau bisa didengar anak.
"Itu kan mengindikasikan bahwa orang tua itu tidak menjaga perkataannya yang bisa didengar anak. Itu yang pertama, kalau bercanda," ucapnya.
Tapi kalau benar-benar serius, seorang suami/istri selalu minta cerai, minta cerai, minta cerai. Maka perlu mencari tahu kenapa seperti itu. Nah kebanyakan orang itu tidak sadar apa yang telah terjadi, bukan sedang terjadi tapi telah terjadi.
Danang menuturkan, yang selama ini terjadi, karena biasanya perceraian-perceraian itu disebabkan oleh hal yang sepele dengan cara yang sangat sepele lalu cerai. Tapi sebenarnya poinnya bukan di waktu minta cerainya atau cara cerainya. Tapi, selama waktu sebelumnya itu apa yang terjadi, Bunda.
Jadi trigger atau pemicu-pemicu yang kecil seperti itu yang akhirnya membuat perceraian terjadi itu, sebenarnya pemicu saja. Tapi sebelum-sebelumnya ada kata-kata tersimpan, ada uneg-uneg yang tidak tersampaikan.
Ada hal-hal yang tidak bisa diutarakan, tidak terjadi komunikasi sehingga dia mengendap dan semakin lama, semakin besar.
"Biasanya itu waktunya bisa lama, bisa tahunan gitu. Karena apa, mungkin dari sisi budaya dia enggak bisa ngomong, karena enggak sopan dan sebagainya. Atau, ketika dia ngomong, dia takut akan menimbulkan masalah yang lebih besar sehingga dia hanya menyimpan saja," ungkapnya.
"Misalnya suami atau istri, pulangnya agak telat gitu. Dia pengen tanya sebenarnya, tapi dia enggak tanya akhirnya di dalam pikirannya timbul pikiran macam-macam dan itu tidak disadari dan tidak terkontrol."
Baca kelanjutannya di halaman berikut.
Simak juga cerita Bunda yang dibacakan Widi Mulia tentang perceraian:
JIKA SUAMI/ISTRI ENTENG MENGATAKAN CERAI..
ilustrasi pasangan suami istri/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Makidotvn
Menurut Danang, 'ledakan' timbul apabila pasangan semakin liar pikirannya tentang pasangan, semakin mencari-cari data dengan sembunyi-sembunyi dan akhirnya menemukan hal-hal yang sebenarnya enggak benar, bukan kenyataan.
"Maka di dalam pikirannya, yang tadinya hanya memendam saja, berkembang menjadi kecurigaan yang lebih besar, lebih besar," kata Danang.
"Nah itu, kalau tidak diutarakan akan tertumpuk semakin lama semakin tidak sama antara persepsinya antara pasangan dengan kenyataan. Nah, ketika ini sudah terjadi biasanya dalam sikap juga tertuang."
Di kesempatan terpisah, psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi @ Brawijaya Clinic, Alfath Hanifah Megawati, M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa jika pasangan enteng mengatakan cerai, maka ada beberapa hal yang menjadi poin penting.
Yang harus diingat adalah perceraian bisa menjadi salah satu penyelesaian konflik dalam rumah tangga. Namun, tidak selalu menjadi solusi yang sehat untuk kedua pasangan.
Perceraian bisa menjadi solusi yang sehat, jika berbagai upaya sudah dilakukan namun konflik (terutama berkaitan dengan hal-hal yang signifikan dalam kehidupan seseorang) tidak juga mereda.
"Jika pasangan meminta cerai, biasanya pasangan dalam kondisi merasa tidak berdaya untuk menyelesaikan konflik yang ada. Walaupun sebenarnya tidak benar-benar ingin cerai. Maka, penting bagi kita untuk tidak langsung mengiyakan," kata Ega, sapaan akrabnya, kepada HaiBunda.
"Ambil waktu untuk kita dan pasangan menenangkan diri sejenak. Lalu, mulai mengevaluasi diri dan ajak pasangan mendiskusikan masalah dalam kondisi tenang. Apakah perceraian memang solusi yang terbaik untuk kita/pasangan? Atau ada cara lain bisa diambil?"
Perlukah ada penengah? Perlukah cerita ke keluarga? Baca kelanjutannya di halaman berikut.
SUAMI/ISTRI ENTENG NGOMONG CERAI, PERLUKAH ADA PENENGAH?
ilustrasi pasangan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Rawpixel
Jika suami/istri dengan entengnya ngomong cerai, salah satu cara lain yang dapat diambil adalah meminta bantuan profesional untuk membantu kita menyelesaikan masalah rumah tangga kita.
Namun, pada banyak kasus, kita baru datang ke profesional jika salah satu pasangan sudah sangat ingin bercerai, sehingga rumah tangga menjadi lebih sulit untuk diperbaiki, Bunda.
"Maka, sebaiknya mintalah bantuan jika sudah ada konflik berulang yang membuat kita tidak nyaman. Sebelum kita atau pasangan meminta cerai," kata Ega.
Menurut Ega, bercerita ke keluarga boleh saja. Tapi kita perlu yakin bahwa anggota keluarga yang kita ajak cerita adalah sosok yang bijaksana dan dapat dipercaya. Jika tidak, maka hanya akan menambah masalah baru dalam rumah tangga.
Sementara, menurut Danang, penengah itu penting, karena ketika ngomong sama pasangan, kadang-kadang kita itu enggak bisa objektif, kita merasa menjadi diri kita yang dilukai atau yang disalahkan.
Sehingga yang muncul adalah emosi dan ketika emosi kita meninggi, pasangan juga akan salah tangkap juga karena dia hanya melihat nadanya saja sehingga terpicu dan solusi tidak didapatkan, rekonsiliasi tidak didapatkan.
"Yang dilakukan memang benar, kalau sudah mentok seperti itu memang harusnya ada penengah. Penengah tugasnya untuk apa, tugasnya untuk menjernihkan komunikasi, jadi yang dimaksud istrinya apa, maksud suaminya apa," kata Danang.
Danang menuturkan, biasanya ketika satu sama lain saling memahami tentang apa yang dipikirkan pasangan, biasanya terkejut-kejut. Mereka terkejut karena selama ini bertahun-tahun bahkan mereka salah menyangka, dan mereka salah menafsirkan apa yang dilihatnya dan didengarnya.
"Di situlah mulai terjadi pengoreksian kembali, aku benar enggak ya selama ini? Kok gini ya? Oh ternyata ini ada sumbangsih salahku dan seterusnya. Jadi, marriage coach atau psikolog itu juga penting ya untuk kita pertimbangkan dalam penyelesaian konflik di dalam rumah tangga," tuturnya.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Viral Kisah Keberhasilan Suami Wujudkan Impian Istri Menjadi Dokter Spesialis Paru

Mom's Life
Viral Suami Bungkus-bungkus Istri, Ini Kata Psikolog Bun

Mom's Life
Suami Wajib Melakukan Hal Ini Ketika Istri Sengaja Melalaikan Kewajiban Salat

Mom's Life
5 Cara Tetap Intim dengan Pasangan Meski Punya Kesibukan Padat

Mom's Life
Para Suami Tak Perlu Malu Minta Bantu Urusan Rumah Tangga Ya


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Asha Shara yang Baru Gugat Cerai Suami
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda