Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Menikah di Usia Muda Tanpa Cinta, Cut Nyak Din Setia Dampingi Suami Lawan Belanda

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 17 Aug 2021 11:45 WIB

Blok Gunung Puyuh, RT/RW 001/011, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.
Makam Cut Nyak Dien/ Foto: Nur Azis

Sosok Cut Nyak Din dikenal sebagai pejuang dan pahlawan nasional yang berani melawan Belanda di Aceh. Kisahnya telah menjadi inspirasi para wanita untuk berani, namun tetap setia pada suami.

Wanita kelahiran tahun 1848 ini diakui sebagai perempuan hebat di zamannya. Tak banyak yang tahu kisah cintanya bersama suami pertama, Teuku Ibrahim.

Sosok Teuku Ibrahim dikenal tangguh dan disegani sebagai pemimpin. Keberanian Cut Nyak Din melawan Belanda tak lepas dari campur tangan suaminya ini, Bunda.

Sosok Cut Nyak Din semasa remaja

Melansir dari buku Cut Nyak Din: Kisah Ratu Perang Aceh oleh M.H. Szekely Lulofs, Cut Nyak Din remaja adalah sosok yang menonjol dibandingkan wanita lain sesusianya. Ia menjadi pusat perhatian pada pemuda Aceh.

Cut Nyak Din adalah kebanggaan ayahnya, Nanta Seti. Hal ini bukan karena parasnya yang cantik, melainkan peringainya yang jauh berbeda dengan sikap perempuan kebanyakan.

Parasnya yang cantik tak kalah dengan kecantikan putri-putri raja. Sikap tegasnya menunjukkan keteguhan hatinya. Dengan sendirinya, Cut Nyak Din telah menjadikan dirinya berbeda dari perempuan lain.

Setiap kali memandang anaknya, Nanta Setia merasa bangga namun khawatir. Ia bimbang memikirkan jodoh putrinya. Cut Nyak Din memiliki watak yang keras dan tidak menunjukkan tabiat perempuan yang gampang direndahkan di hadapan laki-laki.

Nanta Setia juga berpikir putrinya itu tidak memperlihatkan perilaku seorang istri yang taat dan patuh kepada suami. Ia berpendapat bahwa hanya seorang panglima gagah perkasa yang layak menjadi pasangan putrinya itu.

Oleh karena kedudukannya yang tinggi sebagai Ulubalang di 6 Mukim, Nanta Setia menganggap calon suami Cut Nyak Din harus orang yang layak berdampingan dengannya. Seperti pepatah:

"Diukur tegaknya haruslah sama tinggi dan diukur duduknya haruslah sama rendah."

Selama ini, sudah banyak anak-anak bangsawan Aceh datang untuk melamar Cut Nyak Din. Tapi, tak ada satu pun yang berkenan di hati Nanta Setia.

Baca halaman berikutnya untuk tahu kisah cinta Cut Nyak Din dan Teuku Ibrahim.

Simak juga kisah para presiden Republik Indonesia sepanjang sejarah, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

CUT NYAK DIEN DIJODOHKAN DAN MENIKAH DI USIA MUDA

Museum Cut Nyak Dien

Museum Cut Nyak Dien/ Foto: Rifaldi Saputra/d'Traveler

Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim di usia muda

Kisah cinta Cut Nyak Dien dimulai ketika Nanta Setia menemukan jodoh terbaik untuk putrinya. Ia adalah Teuku Ibrahim, putra Imam Lamgna, keturunan bangsawan Lamgna dan Pulau Wai yang kaya raya di tanah Aceh. Kelak, Teuku Ibrahim akan menggantikan ayahnya sebagai pencetus kekuasaan.

Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim di usia sepuluh tahun pada tahun 1858. Pernikahan keduanya berlangsung selama tujuh hari dengan pesta yang meriah.

Sesuai adat Aceh, Cut Nyak Din yang belum cukup umur boleh tidur bersama suaminya. Namun, sang suami tak boleh mengganggu atau menyentuh istri sebelum cukup umur. Apabila peraturan dilanggar, pria itu akan mendapatkan malu.

Setelah dianggap dewasa, Cut Nyak Din pindah ke sebuah rumah baru dan memulai kehidupan rumah tangga yang sebenarnya bersama Teuku Ibrahim. Di rumah itu, keduanya baru menyadari arti berumahtangga.

Cut Nyak Din dinikahkan ketika berusia sepuluh tahun. Tak mengherankan bila saat menikah, dia belum mencintai suaminya. Akan tetapi, lama-kelamaan rasa cinta itu timbul dan kini keduanya menjadi pasangan suami istri yang kompak menentang Belanda.

Cut Nyak Din begitu bahagia menjadi istri Teuku Ibrahim. Sang suami selalu bisa menenangkan hati Din saat dilanda kegelisahan karena masuknya orang kaphe ke tanah Aceh.

Teuku Ibrahim juga banyak memberikan nasihat kepada istrinya. Ia menerangkan tentang hadis-hadis yang bertaut pada perintah Tuhan dan Rasul untuk mempertahankan agama Islam.

Dari pernikahan dengan Teuku Ibrahim, Cut Nyak Din dikaruniai seorang putra rupawan. Sayang kebahagiaan keluarga Cut Nyak Din dan Teuku Ibrahim hilang karena kedatangan Belanda ke Aceh tahun 1873.

Baca halaman berikutnya ya, Bunda.

CUT NYAK DIN SETIA DAMPINGI SUAMI YANG LAWAN BELANDA

Muslim ibadah

Menikah di Usia Muda, Cut Nyak Din Setia Dampingi Suami Pertama Lawan Belanda/ Foto: iStock

Cut Nyak Din dan Belanda

Sejak kedatangan Belanda, rakyat Aceh hidup dalam ketakutan. Tiap malam terdengar suara-suara ratib di kampung membaca doa memohon keselamatan bagi tanah Aceh.

Hal yang sama juga dilakukan Cut Nyak Din sambil menimang buah hatinya. Di malam-malam itu, Cut Nyak Din mencoba membentuk budi pekerti anaknya agar tumbuh menjadi pahlawan Tanah Air, meski anaknya masih kecil.

"Hai anakku, engkau adalah laki-laki. Ayahmu dan datukmu juga laki-laki. Perlihatkanlah kejantananmu. Orang kaphe hendak menjajah kita dan mengganti agama kita dengan agamanya, agama kafir. Sebudi akalmu dan sekuat dayamu, pertahankanlah tanah Aceh. Belalah hak-hak dan agama kita, wahai anakku. Turutkanlah jejak ayahmu, Teuku Ibrahim Lamgna. Sekarang dia sedang mengumpulkan kawan-kawan untuk mengusir kaphe dari tanah Aceh. Kau harus turut berjuang seperti ayahmu," kata Cut Nyak Din pada anaknya.

Cut Nyak Din tak henti memberikan nasihat pada anaknya untuk kuat. Ia bahkan menceritakan perjuangan para leluhur dan keluarganya sambil menyusui sang buah hati.

Cut Nyak Din tak seperti kebanyakan wanita yang berdiam diri di rumah hanya mengurus anak. Ia dengan setia menemani sang suami bertukar pikiran tentang strategi menghadapi Belanda.

Teuku Ibrahim bahkan memuji istrinya karena berani dan penuh siasat. Ia bahkan bersedia bertemu ayahnya untuk bicara tentang sekutu melawan Belanda.

"Din, sesungguhnya engkau adalah perempuan yang sangat pintar! Engkau patut disejajarkan dengan pahlawan-pahlawan Aceh yang pandai mengatur siasat," kata Ibrahim pada istrinya.

Teuku Ibrahim menjadi salah satu pemimpin perang melawan Belanda yang paling disegani. Ia selalu pergi berperang dan jarang ada di rumah. Meski begitu, Cut Nyak Din selalu setia menunggu dan berdoa.

Hingga suatu hari, Teuku Ibrahim meninggal dunia setelah tertembak peluru Belanda. Cut Nyak Din dan semua orang Aceh percaya bahwa Teuku Ibrahim mati syahid karena membela agama dari orang kaphe. Kepada ayahnya, Cut Nyak Din berkata:

"Ayah, Ibrahim sudah tidak ada lagi! Suamiku telah berpulang ke rahmatullah mendahului aku! Ayah, tunjukkanlah kepadaku kemanakah aku akan menggantungkan diri? Bagaimanakah nasibku? Dan, jika aku terpaksa memilih seorang suami sebagai gantinya kaum laki-laki, tak ada seorang pun yang akan kucintai sebagaimana aku mencintainya! Meskipun aku dapat memilih satu dari seratus orang yang paling pemberani tapi yang seorang ini tak akan pernah tergantikan meski dengan seratus orang pun! Hanya kepada yang seorang ini, cintaku akan tetap melekat, hanya kepada Ibrahim saja. Oh suamiku...kekasihku..."

Setelah kepergian Ibrahim, Cut Nyak Din berjuang melawan Belanda. Ia kemudian menikah lagi dengan saudara sepupunya, Teuku Umar dari Meulaboh. Keduannya kemudian dikenal sebagai pahlawan nasional karena telah membela Tanah Air dari Belanda.


(ank)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda