
parenting
HUT RI ke-76, Saat Tepat Ceritakan Sejarah Penjajahan Belanda ke Anak
HaiBunda
Kamis, 12 Aug 2021 20:21 WIB

Bercerita tentang sejarah dapat menjadi cara kita membangkitkan jiwa nasionalisme anak. Menjelang Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-76, Bunda bisa mulai menceritakan sejarah penjajahan nih.
Meski bermanfaat, Bunda perlu menyesuaikan usia Si Kecil saat bercerita sejarah. Umumnya, anak SD sudah mulai memahami konsep sejarah sebagai bagian dari terbentuknya suatu negara.
Hilary Cooper dalam ulasan berjudul History in Primary School mengatakan bahwa sejak dini pun anak sudah bisa dikenalkan dengan sejarah. Dialog tentang sejarah sudah dapat dimulai ketika anak berusia tiga tahun.
"Dialog semacam ini penting untuk perkembangan psikologis dan sosial, serta untuk pemahamannya tentang sejarah," kata Cooper dalam publikasi di Institute of Historical Research (IHR), dilansir Core.
Selain usia, Bunda juga perlu mempertimbangkan kemampuan anak dalam merespons cerita ya. Sejarah tidak seperti dongeng yang mudah dipahami dari segi jalan ceritanya.
Sebagai permulaan pengenalan sejarah, Bunda bisa mulai menceritakan sejarah tentang penjajahan di Indonesia. Momen ini akan semakin menarik minat anak menjelang HUT RI ke-76.
Dari sejarah penjajahan, Si Kecil akan belajar semangat pantang menyerah dan cinta Tanah Air. Pada akhirnya, cerita penjajahan bisa membangkitkan jiwa nasionalismenya.
Penjajahan Belanda di Indonesia
Salah satu sejarah yang cukup menarik diceritakan adalah penjajahan Belanda. Sikap dan perbuatan para penjajah Belanda yang negatif bisa merefleksikan contoh buruk yang tak pantas ditiru anak-anak. Sebaliknya, sikap dan perbuatan para pahlawan bangsa dapat menjadi role model agar anak berani membela Tanah Air.
Nah, melansir dari buku Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan oleh M.Junaedi Al Anshori, berikut sejarah penjajahan Belanda di Indonesia yang bisa Bunda ceritakan ke anak:
Penjajahan Belanda di Indonesia dicatat berlangsung selama 350 tahun atau 3,5 abad. Pada tahun 1596, bangsa Belanda pertama kali mendarat di wilayah Banten, Indonesia, di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman.
Tujuan kedatangan Belanda yakni untuk berdagang dan mendapatkan rempah-rempah dengan harga murah. Namun, kedatangan Belanda ternyata tidak disambut baik oleh penduduk Banten karena mereka bertindak buruk dan sering menimbulkan keributan. Penolakan itu membuat bangsa Belanda mengurungkan niat dan kembali ke negaranya.
Namun, sejak kedatangan pertama, bangsa Belanda lainnya justru semakin banyak yang berdatangan ke Indonesia. Tak cuma di Banten, mereka pun berhasil mendapatkan rempah-rempah di Maluku pada tahun 1599. Di tahun itu, Maluku bahkan masih dikuasai Portugis lho.
![]() |
Belanda mendirikan VOC di Indonesia
Untuk mewujudkan keinginannya menguasai rempah, Belanda mendirikan benteng pertahanan yang disebut Benteng Afar saat menghadapi Portugis. Di saat yang sama, kapal-kapal dagang bangsa Belanda mulai memperkuat diri dengan mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), yakni Kongsi Dagang pada 20 Maret 1602.
VOC didirikan untuk mencari keuntungan dan memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi lawan-lawannya, seperti Portugis dan Spanyol. VOC lalu mengangkat seorang gubernur jenderal sebagai wakil VOC dan memimpin urusan pemerintahan di Indonesia.
Sejak VOC didirikan, Belanda melakukan monopoli perdagangan di pelabuhan-pelabuhan dan pusat perdagangan di Indonesia. Selain itu, Belanda juga menanamkan kekuasaan dan pengaruhnya pada rakyat di daerah yang didatanginya.
Tahun 1619, Belanda berhasil menguasai Batavia (kini menjadi Jakarta). Dalam beberapa tahun, Batavia berkembang cukup pesat karena menjadi pusat VOC.
Sistem kerja paksa Belanda
Monopoli perdagangan dan sikap bangsa Belanda ternyata membuat rakyat Indonesia merugi dan diperlakukan tidak adil di negara sendiri. Untuk melawan penjajahan, rakyat Indonesia berusaha melakukan perlawanan untuk mengusir Belanda dari daerah masing-masing.
Akibat revolusi Prancis tahun 1789, kekuasaan VOC berubah dari pemerintah ke Kolonial Belanda. Setahun kemudian atau pada 31 Desember 1799, VOC bubar karena gelombang revolusi ini serta agresi Inggris ke Indonesia. Sejak saat itu, kekuasaan Indonesia berada di bawah pemerintahan Belanda.
Tahun 1808, Herman Willem Daendels, seorang politikus Belanda, diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Nama Willem Daendels muncul atas usul dari penguasa Prancis, Napoleon Bonaparte.
Di bawah kepemimpinannya, Daendels membagi Pulau Jawa menjadi sembilan daerah. Ia berusaha menuntaskan korupsi di masa VOC dan memperbaiki nasib rakyat Indonesia. Namun, Daendels ternyata bertindak seperti diktator karena menerapkan sistem perbudakan dan kerja paksa yang disebut rodi.
Sejak pemerintahan Deandels, banyak rakyat yang menderita, kelaparan, bahkan meninggal dunia. Tindakan Deandels ini mendapat kecaman dari bangsa Indonesia dan Belanda. Ia pun digantikan oleh Gubernur Jenderal Jansens pada tahun 1811.
Jansens berusaha memulihkan keadaan pertahanan yang belum stabil. Belum selesai bekerja, Jansens harus menyerah pada Inggris karena berhasil menguasai Indonesia.
Pada tanggal 18 September 1811 dibuat Perjanjian Tuntang. Isi perjanjian adalah Belanda menyerahkan Indonesia ke tangan Inggris. Sejak saat itu, Indonesia dikuasai oleh Inggris.
Perlawanan rakyat Indonesia
Bentuk penjajahan yang dilakukan Belanda telah merugikan rakyat Indonesia. Selain kelaparan, rakyat banyak menderita karena sistem kerja paksa.
Rakyat Indonesia dari berbagai daerah tak mau tinggal diam dan mencoba melakukan perlawanan ke Belanda. Salah satu yang cukup terkenal adalah perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin oleh Pattimura atau Thomas Matulessy.
Pattimura memimpin rakyat Saparua melakukan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Belanda karena tidak senang dengan kebijakan baru yang bertentangan dengan kebijakan sebelumnya. Puncak perlawanan ini terjadi pada tanggal 15 Mei 1817, di mana rakyat Saparua berhasil menduduki dan menghancurkan Benteng Duurstede dan tentara Belanda.
Perlawanan rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Pattimura terus berlanjut. Sampai akhirnya pada 16 Desember 1817, Pattimura ditangkap dan dihukum gantung oleh Belanda di dalam Benteng Victoria di Ambon.
Perjuangan Pattimura membela Tanah Air telah dikenal turun-menurun dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Pattimura adalah satu pahlawan nasional Indonesia dari Maluku.
Baca Juga : 5 Cara Seru Tanamkan Nasionalisme pada Anak |
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Mengenal Asal-usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia yang Menarik Diketahui Si Kecil

Parenting
12 Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia dan Peninggalannya, Bagus untuk Pengetahuan Anak

Parenting
Lama Belanda Menjajah Indonesia, Benarkah 350 Tahun?

Parenting
6 Negara yang Pernah Menjajah Indonesia, Mulai dari Portugis hingga Jepang

Parenting
Sejarah Penjajahan di Indonesia yang Bisa Bunda Ceritakan ke Anak


7 Foto
Parenting
7 Potret Dua Putri Rionaldo Stockhorst Jadi Paskibra, Bikin Ortu Haru & Bangga
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda