Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kolesterol Tinggi Bisa Tanpa Gejala, Waspada ya Bunda!

Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Jumat, 29 Oct 2021 11:10 WIB

Sakit Bahu
Kolesterol Tinggi Bisa Tak Menimbulkan Gejala, Waspada ya Bunda!/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Kolesterol tinggi bisa menyebabkan tubuh terasa kaku dan pegal. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan pola makan tidak sehat.

Bunda perlu tahu nih, kolesterol itu bukan penyakit lho. Kolesterol adalah lemak yang dapat ditemukan di dalam tubuh kita. Lemak ini bahkan dibutuhkan dalam tubuh, selama kadarnya masih dalam batas normal.

"Selain dari makanan, kolesterol juga diproduksi di tubuh tepatnya dalam organ liver atau hati. Kolesterol akan dibantu untuk beredar dalam tubuh melalui protein transport (lipoprotein), yaitu high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik dan low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Muhammad Syah Abdaly, Sp.PD atau akrab disapa Daly, kepada HaiBunda belum lama ini.

Fungsi kolesterol

Tubuh kita membutuhkan kolesterol untuk beberapa hal sebagai berikut:

  1. Pelindung sel-sel dalam tubuh. Salah satu lapisan luar sel tubuh manusia dibuat oleh kolesterol untuk melindungi sel-sel tubuh kita.
  2. Pembentuk hormon, seperti hormon steroid dan kortisol.
  3. Membantu produksi vitamin D, karena cadangan vitamin D di kulit mengandung kolesterol. Nantinya, vitamin ini akan diaktifkan oleh paparan sinar matahari menjadi vitamin D aktif.
  4. Komponen pembentuk asam empedu dalam tubuh.
  5. Komponen yang dibutuhkan untuk transfer atau sambungan koneksi antar sel saraf di otak.
Banner Cara Atasi WC mampet

Kadar kolesterol dalam tubuh

Umumnya, semakin tinggi kadar HDL, semakin bagus untuk tubuh. Sebaliknya, semakin tinggi kadar LDL, semakin tidak bagus untuk tubuh. Kadar kolestrol normal yang dibutuhkan tubuh sebagai berikut:

  • Kadar kolesterol total yang normal: < 200 mg/dL.
  • Kadar optimal LDL: < 100 mg/dL.
  • Kadar optimal HDL: > 60 mg/dL.
  • Kadar trigliserida normal: < 150 mg/dL.

Sementara itu, apabila kadar LDL dan trigliserida tinggi dapat menimbulkan bahaya kesehatan, seperti penyempitan pembuluh darah yang berisiko menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah lainnya.

Gejala kolesterol tinggi

Pada umumnya, gejala khas kolesterol itu tidak ada. Namun, gejala muncul dari manifestasi klinis yang merupakan komplikasi kolesterol tinggi, seperti penyakit jantung atau stroke.

Sedangkan pada kondisi trigliserida yang sangat tinggi, seseorang bisa mengalami:

  • Pankreatitis akut atau peradangan pankreas
  • Kesemutan
  • Gangguan kesadaran
  • Pembuluh darah di retina berubah warna (Lipemia retinalis)
  • Plasma darah berubah menjadi seperti susu.

Sedangkan pada kondisi LDL tinggi, seseorang dapat mengalami Xanthelasma atau timbunan lemak di area

  • Kelopak mata
  • Siku
  • Lutut
  • Tendon achilles.

Faktor risiko kolesterol tinggi

Faktor risiko orang yang mengalami gangguan kolesterol (Dislipidemia), termasuk kolesterol tinggi dapat disebabkan karena beberapa hal berikut:

  1. Perokok
  2. Diabetes
  3. Hipertensi
  4. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner, atau kolesterol tinggi
  5. Penyakit ginjal kronik
  6. Peradangan kronik
  7. Obesitas
  8. Usia (laki-laki di atas 40 tahun atau wanita di atas 50 tahun atau sudah menopause).

Untuk Bunda yang memiliki faktor risiko di atas, perlu segera melakukan skrining pemeriksaan kolesterol. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perlu atau tidaknya tindakan pengobatan lanjutan.

Jenis gangguan kolesterol

Jenis gangguan kolesterol dibagi menjadi dua, yaitu:

  1. Primer: kelainan kolesterol akibat kelainan genetic.
  2. Sekunder: kelainan kolesterol yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti hipotiroid, sindrom nefrotik, diabetes, sindrom metabolik, atau penggunaan obat-obatan, misalnya obat HIV, kontrasepsi oral estrogen, steroid, atau beta bloker.

Diagnosis gangguan kolesterol

Diagnosis gangguan kolesterol dapat diketahui melalui pemeriksaan darah. Bunda bisa mengetahui kolesterol lengkap hingga LDL dan HDL.

"Pemeriksaan kolesterol lengkap dapat dilakukan dengan syarat puasa 12 jam," ujar dokter Daly.

Apabila kolesterol total >240 mg/dL, maka dikatakan kolesterol tinggi. Sedangkan, LDL tinggi bernilai >160 mg/dL dan trigliserida tinggi adalah >200 mg/dL.

Kondisi yang perlu penanganan dokter

Bunda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami beberapa kondisi di bawah ini:

1. Muncul keluhan

Bunda perlu ke dokter bila muncul keluhan apa pun terkait dengan jantung atau kemungkinan sakit stroke. Keluhan sakit jantung dapat ditandai dengan nyeri dada, sementara pada stroke akan muncul tanda kelemahan di sisi sebelah tubuh atau bicara pelo yang muncul secara tiba-tiba.

2. Hasil pemeriksaan kolesterol tinggi

Bila hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dan tak ada keluhan, Bunda tetap perlu konsultasi ke dokter. Daly mengatakan bahwa intervensi atau penanganan yang tepat diperlukan untuk mencari faktor risiko dan mencegah komplikasi, seperti penyakit jantung atau stroke.

"Dokter biasanya akan melakukan evaluasi untuk mencegah komplikasi tersebut. Salah satunya dengan mengubah gaya hidup," kata dokter yang Praktek di RSU Bunda Jakarta dan RSIA Bunda Jakarta ini.

Untuk informasi mengenai pengobatan kolesterol, Bunda simak di halaman selanjutnya ya!

Simak juga yuk menu sarapan yang disarankan dokter Reisa untuk penderita kolesterol dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

PENANGANAN KOLESTEROL TINGGI, SALAH SATUNYA AKTIF BERGERAK

Sakit Bahu

Kolesterol Tinggi Bisa Tak Menimbulkan Gejala, Waspada ya Bunda!/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Pengobatan kolesterol tinggi

Pengobatan untuk kolesterol tinggi memerlukan strategi komprehensif, terutama untuk mengendalikan kadar kolesterol dan faktor metabolik lain. Artinya, kita tidak hanya menurunkan kadar kolesterol saja, tapi juga harus mengendalikan faktor lain, seperti diabetes atau obesitas.

Pengobatan kolesterol tinggi dibagi menjadi dua, yakni:

  1. Non farmakologis meliputi perubahan gaya hidup, terapi gizi, menurunkan berat badan hingga ideal, dan berhenti merokok.
  2. Farmakologis adalah pemberian obat untuk menurunkan kadar kolesterol tinggi.

Penanganan kolesterol tinggi

Penanganan kolesterol tinggi bisa dengan mengubah pola hidup. Bunda dan keluarga bisa melakukan beberapa hal berikut:

1. Melakukan aktivitas fisik

Bunda yang kadar kolesterolnya tinggi perlu melakukan aktivitas fisik, setidaknya 30 menit dengan intensitas sedang selama 4 sampai 6 kali seminggu. Pengeluaran kalori dari aktivitas fisik adalah 200 kkal, dengan contoh aktivitas seperti jalan cepat, sepeda statis, atau berenang.

2. Terapi nutrisi

Terapi nutrisi disarankan dengan mengonsumsi diet rendah kalori dan konsumsi buah-buahan dan sayuran sebanyak 3 sampai 5 porsi per hari. Selain itu, Bunda bisa mengonsumsi biji-bijian, ikan, dan daging tanpa lemak.

Batasi konsumsi makanan mengandung lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol. Sebagai gantinya, perbanyak konsumsi makanan tinggi serat.

3. Berhenti merokok

Rokok merupakan faktor risiko tinggi yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke. Kandungan zat di dalam rokok bisa mempercepat pembentukan kerak atau plak pada pembuluh darah koroner. Kondisi ini bisa berbahaya dan menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah.

Penggunaan herbal, suplemen, dan obat untuk kolesterol tinggi

Hingga kini, belum ada bukti klinis yang dapat membuktikan bahwa herbal bisa menurunkan kolesterol. Namun, suplemen omega 3 atau minyak ikan bisa dipilih untuk mengatasi masalah kolesterol. Minyak ikan telah terbukti bisa menurunkan trigliserida yang tinggi.

Sedangkan, untuk penggunaan obat-obatan penurun kolesterol, Bunda perlu konsultasikan dulu ke dokter ya. Obat kolesterol akan diberikan setiap hari dan melihat dari kadar kolesterol setelah pengobatan minimal tiga bulan.

"Jangan percaya pada mitos yang menyebutkan bahwa obat kolesterol harus diminum sebelum konsumsi makanan berlemak. Sebab, obat-obatan ini punya cara kerja yang berbeda-beda ya," kata Daly.

Tidak semua obat bisa menghambat penyerapan lemak di usus dari konsumsi makanan tinggi lemak. Ada beberapa obat yang bekerja dengan cara mengurangi produksi kolesterol dalam tubuh.


(ank/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda