Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Diet Sehat, Ini 7 Tips Atur Pola Makan Agar BB Stabil Usai Puasa & Lebaran

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Selasa, 17 May 2022 06:30 WIB

Female leg stepping on weigh scales. Healthy lifestyle, food and sport concept.
Foto: Getty Images/iStockphoto/spukkato

Berat badan naik-turun setelah puasa Ramadan? Yuk atur pola makan usai puasa agar berat badan tidak naik-turun lagi, Bunda.

Setelah 30 hari berpuasa di bulan Ramadan, datanglah perayaan Idul Fitri yang menyatukan keluarga serta kerabat dengan ragam makanan lezat. Makanan yang kaya akan santan, minyak, serta lemak, seperti opor hingga rendang menjadi santapan yang tak bisa dilewatkan pada momen Lebaran di Indonesia.

Hal tersebut mungkin membuat pola makan Bunda berantakan sehingga berat badan menjadi tak stabil. Bunda disarankan agar melakukan transisi dari kebiasaan puasa Ramadan, makan banyak saat Lebaran, ke diet sehat normal sehari-hari demi menghindari masalah kesehatan.

"Ayo dengarkan tubuh Anda dan latih kontrol makanan untuk kembali ke diet sehat," ujar Javeria Qureshi, seorang ahli diet klinis dari Thumbay Hospital, Fujairah, UAE, mengutip Khaleej Times.

5 Tanaman Pembawa Rezeki dalam Islam

Simak cara mengatur pola makan usai puasa agar berat badan tidak naik-turun. Yuk dicoba, Bunda.

1. Tidak melewati sarapan

Setelah sebulan tidak sarapan, tubuh perlu merekonstruksi dirinya untuk mulai makan lagi pada pagi hari. Oleh sebab itu, mulailah mengulangi apa yang Bunda lakukan selama berbuka puasa pada bulan Ramadan. Bunda bisa mulai sarapan dengan kurma dan smoothies yang sehat.

Mengutip dari Woman's Day, melewatkan sarapan bisa menjadi penyebab perut cepat buncit. Laura Manning, ahli gizi terdaftar di departemen gastroenterologi Mount Sinai Medical Center, New York, mengatakan bahwa melewatkan sarapan dapat membuat perut kembung.

Saat kembung maka bisa membuat perut cepat buncit. Kemudian ketika Bunda melewatkan sarapan, Manning mengatakan bahwa kemungkinan perut sedang mencari sesuatu untuk dicerna karena sebenarnya harus makan.

Namun karena tidak ada, tubuh Bunda malah menciptakan gas yang menyebabkan kembung. Dan saat Bunda melewatkan makan pagi kemudian makan siang yang kenyang, makan lebih banyak dari sebenarnya, itu bisa meningkatkan rasa kembung.

2. Konsumsi makanan dalam porsi kecil

Metabolisme tubuh berubah dengan pola diet dan waktu mengonsumsi makanan. Salah satu aspek terpenting dari transisi pasca Ramadan adalah kemampuan tubuh memulihkan metabolisme dengan memberinya porsi yang tepat.

Cara mengatur pola makan usai puasa Ramadan agar berat badan tidak naik-turun dengan mengatur porsi makan sehat sedikit tapi sering. Pastikan Bunda mendapatkan asupan protein tanpa lemak yang tak diolah, makanan kaya akan serat, serta memperbanyak buah-buahan.

Makan lah secara perlahan dalam porsi kecil tapi sering. Ganti camilan dengan buah atau biji-bijian untuk mendapatkan banyak serat sehat.

3. Tidak lagi makan malam

Selama Ramadan, makan berat umumnya dilakukan pada malam hari setelah adzan Maghrib berkumandang. Bunda bisa mengakhiri makan lebih awal setelah Ramadan.

Bunda bisa mengatur makan malam lebih awal dibanding saat Ramadan. Mengutip Times of India, waktu optimal untuk makan malam dari pukul 18.00 sampai 19.30.

Jika lebih dari itu makan bisa membuat tubuh semakin buruk. Makan larut malam tidak hanya menyebabkan kembung tapi juga insomnia, penambahan berat badan, hingga asam lambung.

Bunda sudah pernah coba diet golongan darah? Konon, ini efektif menurunkan berat badan, lho.

[Gambas:Video Haibunda]



LEBIH BIJAK PILIH JENIS MAKANAN DAN MINUMAN YANG DIKONSUMSI

Young happy woman dressed in yellow bathrobe enjoys healthy breakfast and reading on phone at home. Morning affairs and routine

Foto: Getty Images/iStockphoto/RossHelen

4. Ganti minuman manis dengan air putih

Selama Ramadan, minuman manis mungkin selalu mewarnai hari Bunda setelah berbuka puasa. Teh manis, es buah, hingga sirop menjadi pilihan yang segar ketika berbuka puasa.

Usai puasa maka Bunda perlu beralih kembali dengan mengonsumsi lebih banyak air putih. Ganti minuman manis dengan ekstra air putihh menjadi salah satu kunci mengatur pola makan usai puasa agar berat badan tidak naik-turun.

Minum air putih atau jus buah segar bisa membantu mendorong metabolisme tubuh semakin sehat. Jika ingin mengonsumsi makanan atau minuman manis maka bisa beralih pada kurma atau kismis yang umumnya ada selama Ramadan.

5. Hindari makan dalam porsi besar sekaligus

Hindari makan dalam porsi besar sekaligus. Mungkin hal ini sering Bunda lakukan selama bulan puasa, baik saat sahur maupun berbuka karena tidak bisa makan pada siang hari.

Jika hal tersebut dilakukan saat Ramadan maka mulailah mengatur porsi makan yang lebih kecil. Bunda lebih disarankan makan dalam porsi kecil tapi sering.

6. Hindari mengonsumsi kafein berlebihan

Selama bulan puasa, teh menjadi salah satu minuman yang selalu ada menemani waktu berbuka. Kemudian kebiasaan tersebut sulit dikurangi setelah bulan Ramadan.

Belum lagi tambahan kopi sebagai teman kerja sehari-hari yang menambah jumlah kafein Bunda. Mulailah mengurangi mengonsumsi kafein, baik dari teh maupun kopi.

7. Pilih jenis makanan yang sehat

Ramadan dan Lebaran dihiasi dengan makanan kaya akan lemak jahat dan pemicu kolesterol, seperti santan dan gorengan. Coba pilih jenis makanan yang lebih sehat sekarang. Ini menjadi salah satu cara mengatur pola makan usai puasa agar berat badan tidak naik-turun.

Mulai dengan mengonsumsi menu makanan kelompok utama terlebih dahulu sebagai prioritas. Apa saja makanan yang termasuk ke dalam kelompok makanan utama?

- Buah-buahan dan sayur
- Roti, sereal, dan kentang
- Daging, ikan, dan ayam
- Produk susu seperti susu dan keju

Kalau dilihat dari penjabaran di atas, tidak susah ya Bunda menerapkan pola diet tersebut? Semoga berhasil membentuk kebiasaan makan yang sehat sehingga berat badannya lebih stabil ya, Bunda!


(fia/fia)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda