Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Waspada Virus Marburg yang Tewaskan 9 Orang: Ini Penyebab, Gejala dan Bahayanya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 15 Feb 2023 21:55 WIB

Ilustrasi Virus
Waspada Virus Marburg yang Tewaskan 9 Orang: Penyebab, Gejala dan Bahayanya/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Waspada virus Marburg ya, Bunda. Baru-baru ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkonfirmasi wabah penyakit dari virus Marburg telah menyebabkan kematian 9 orang di Guinea, negara kecil di Afrika Barat.

Dalam sebuah pernyataan pada Senin (14/2/23), WHO mengonfirmasi epidemi tersebut setelah sampel dari Guinea dikirim ke laboratorium di Senegal. Direktur Regional WHO untuk Afrika, Dr Matshidiso Moeti, mengatakan bahwa virus Marburg sangat menular.

"Marburg sangat menular. Berkat tindakan cepat dan tegas oleh otoritas Guinea dalam mengonfirmasi penyakit tersebut, tanggap darurat dapat dilakukan dengan cepat sehingga kami menyelamatkan nyawa dan menghentikan virus sesegera mungkin," kata Moeti, dilansir Live Mint.

Penyebab virus Marburg

Virus Marburg menyerupai Ebola yang pernah memakan banyak korban di Afrika. Penyakit akibat virus ini seringkali berakibat fatal, menyebabkan demam hemorrhagic.

Seperti Ebola, virus Marburg berasal dari kelelawar dan menularkan ke manusia melalui kontak dekat dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, atau permukaan, yang terkontaminasi.

Dikutip dari laman The Telegraph, virus Marburg pertama kali dikenali pada tahun 1967, ketika wabah demam berdarah terjadi secara bersamaan di laboratorium di Marburg dan Frankfurt, di Jerman dan di Beograd, Yugoslavia (sekarang Serbia).

Setelah ditelusuri kembali, infeksi ini berasal dari tiga laboratorium yang menerima kiriman monyet hijau Afrika yang sudah terinfeksi.

Setidaknya, ada 31 orang jatuh sakit akibat infeksi ini dan 7 dilaporkan meninggal. Orang pertama yang terinfeksi telah diteliti dan ia diketahui telah terpapar virus dari monyet hijau Afrika.

Sejak saat itu, virus ini banyak dikaitkan dengan hewan-hewan lainnya, Bunda. Menurut laporan, diketahui bahwa ada delapan wabah berikutnya yang melibatkan infeksi ini, termasuk wabah yang sedang berlangsung di Guinea.

Negara lain yang sebelumnya terkena virus ini adalah Angola, Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda. Ini terjadi secara alami, disebabkan oleh kelelawar.

Lalu apa saja gejala virus Marburg dan bahayanya bila menginfeksi manusia?

Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya ya, Bunda.

Simak juga gejala demam berdarah pada anak, di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

GEJALA DAN BAHAYA VIRUS MARBURG

Ilustrasi Virus

Waspada Virus Marburg yang Tewaskan 9 Orang: Penyebab, Gejala dan Bahayanya/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Gejala dan bahaya virus Marburg

virus Marburg bisa menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga parah. Perlu diketahui, masa inkubasi atau waktu dari infeksi hingga timbulnya gejala akibat virus ini bervariasi, dari dua hari hingga tiga minggu, Bunda.

Berikut gejala ringan hingga sedang virus Marburg:

  • Demam tinggi
  • Sakit kepala parah
  • Kelelahan
  • Nyeri otot
  • Diare
  • Kram perut
  • Mual dan muntah
Tanda anak autisme

Virus Marburg juga dapat menimbulkan gejala yang parah dan berbahaya untuk pengidapnya, seperti:

  • Penyakit kuning
  • Radang pankreas
  • Penurunan berat badan yang parah Delirium
  • Syok
  • Gagal fungsi hati
  • Pendarahan masif
  • Kegagalan multi-organ.

WHO menggambarkan pasien terpapar virus Marburg pada fase awal ini seperti 'hantu', dengan ciri-ciri mata cekung dan kelelahan yang ekstrem.

"Banyak pasien mengalami manifestasi pendarahan parah antara 5-7 hari, dan kasus fatal biasanya memiliki beberapa bentuk pendarahan, seringkali berasal dari berbagai area," kata WHO.

Penanganan dan pencegahan virus Marburg

Menurut WHO, virus Marburg jarang terjadi, namun dapat menyebabkan wabah dengan tingkat kematian yang tinggi. Saat ini belum ditemukan pengobatan atau vaksin khusus untuk mencegah dan mengurangi risiko.

Tetapi, perawatan medis yang baik termasuk rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dapat meningkatkan kelangsungan hidup secara signifikan.

"Berbagai perawatan potensial, termasuk blood product, terapi imun, terapi obat, serta kandidat vaksin dengan data uji coba awal yang sedang dievaluasi," ujar WHO.


(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda