Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Mahasiswa RI di Jepang Sekolah S3 Bawa Keluarga, Tak Sangka Kelahiran Anak Disantuni Rp50 Jt

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Senin, 06 Mar 2023 21:15 WIB

Parents holding their baby high under the blue sky
Cerita Mahasiswa S3 di Jepang Bawa Keluarga, Dapat Santunan Rp50 Juta Saat Anak Pertama Lahir / Foto: Getty Images/iStockphoto/maruco

Banyak diaspora Indonesia menimba ilmu di luar negeri. Tak selalu sendiri, ada juga yang turut membawa keluarga mereka untuk tinggal di negara lain.

Kisah tersebut dialami oleh Cahyo Wisnu Rubiyanto, ayah dari dua anak yang menetap di Jepang bersama istrinya. Saat ini Cahyo tengah mengenyam pendidikan S3 di salah satu universitas.

Sebelum menjadi orang tua, Cahyo tinggal di Jepang bersama sang istri. Ia kemudian dikaruniai anak pertama berjenis kelamin perempuan. Namun, ia tak menyangka bisa mendapatkan berbagai keuntungan dengan tinggal di Jepang bersama keluarganya.

Sebagai warga negara Indonesia (WNI) yang menetap di Jepang, Cahyo dan keluarganya turut mendapatkan hak-hak istimewa dari pemerintah. HaiBunda telah mengontak Cahyo dan diizinkan membagikan kisahnya, Bunda.

"Kalau enggak tinggal di Jepang, aku enggak bakal tahu kalau ngelahirin anak dapat duit dari pemerintah Jepang dan mobil bekas seharga motor," tulisnya di akun TikTok @cayoonly.

Ketika pertama kali dikaruniai anak, Cahyo tak menyangka bisa mendapatkan uang santunan hingga jutaan rupiah dari pemerintah Jepang. Tak hanya itu, mereka juga memberikan uang bulanan untuk setiap anak yang tinggal di Jepang.

"Dasar enggak mau rugi. Tahun pertama langsung produksi anak pertama kita. Benar aja saat itu dapat Rp50 juta dan per bulan dapat Rp2 juta-an per anak dan biaya kesehatan, pendidikan gratis tis tis. Makasih Jepang," ia bercerita.

Uang tersebut diberikan kepada anak-anak di keluarga yang tinggal di Jepang, terlepas dari status kewarganegaraan mereka. Tak lama setelah dikaruniai anak pertama, istri Cahyo kembali melahirkan anak kedua.

Kali ini, pasangan WNI tersebut kembali mendapatkan uang dari pemerintah Jepang sehingga biaya per bulan untuk anak hampir setara dengan UMR sejumlah kota di Indonesia.

"Tahun berikutnya bikin anak lagi, biar anak kedua enggak iri ikutan lahir di Jepang. Jadi bulanan anak dapat Rp4 juta-an, sudah se-UMR daerah mana nih?" ujarnya.

Selain mendapatkan uang santunan dari pemerintah Jepang, Cahyo juga menikmati keuntungan dari segi otomotif. Mobil menjadi kebutuhan yang sangat mudah didapatkan saat ia menetap di Jepang. Bahkan, ia bisa memiliki mobil gratis. Baca di halaman setelah ini, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan juga video tentang cerita Sinta 'Keong Racun' saat tinggal di Kaledonia Baru:

[Gambas:Video Haibunda]



KELUARGA MAKMUR PAKAI MOBIL GRATIS

Portrait of family walking together

Ilustrasi Keluarga WNI di Jepang / Foto: Getty Images/iStockphoto/monzenmachi

Hidup sebagai diaspora di Jepang, Cahyo Wisnu Rubiyanto dan istrinya merasa terbantu karena mendapatkan santunan dari pemerintah untuk anak-anak mereka.

Tak hanya itu, Cahyo juga menikmati sejumlah manfaat. Ia menceritakan pengalamannya saat pertama kali mendapatkan mobil gratis.

"Ini mobil pertama kita. Yang sebelah kanan tapi ya. Mobil di Jepang cilis cilis (kecil) banget ya Allah, lebih cocok dibilang seperempat Alphard. Alhamdulillah mobilnya Rp0 alias gratis," kata Cahyo.

"Aku pakai mobil seharga Rp0 ini sekitar 1 tahun. Lumayan lah bisa gelinding ke pasar, ke kampus, ke rumah sakit," ujarnya.

Puasa Syaban

Mahasiswa S3 itu kemudian memutuskan untuk membeli mobil setelah memakai yang gratis selama beberapa tahun. Kali ini, ia bersyukur bisa mendapatkan mobil bekas seharga motor di Indonesia, Bunda.

"Terus karena pengen upgrade biar bisa keluar kota jalan jauh, kita ganti mobil Honda Jazz seharga motor bekas ini. Rp16 juta aja, kenapa murah amat. Pertama kali keliling sampai gunung Fuji pakai mobil seharga motor," kenangnya.

Cahyo memaparkan, setiap pengendara mobil pemula di Jepang diwajibkan menempel stiker khusus sebagai pengingat untuk lebih berhati-hati.

"Stiker kuning hijau yang ditempel punya arti kalau pengendara mobil ini 'masih baru' nyetir di Jepang. Sama kayak bayi yang baru bisa jalan. Jadi pengingat biar pengendara lain untuk berhati-hati," ucapnya.

Meski harga mobil di Jepang murah, Cahyo harus merogoh kocek lebih dalam setiap menjelang musim dingin. Sebab, ia harus mengganti ban agar tidak mudah tergelincir di lapisan salju.

Saat ini, Cahyo dan istrinya masih menetap di Jepang bersama kedua anaknya. Cahyo juga sudah mengganti mobilnya lagi, Bunda. Ia membeli mobil mewah dengan harga terjangkau. Hal itu ia lakukan demi membawa keluarga dari Indonesia jalan-jalan saat berkunjung ke Jepang.

"Surprise-in mobil baru buat istri, langsung jalan keliling kota. Karena keluarga sering datang ke Jepang dan harganya masih jauh lebih murah, jadi pakai mobil gede. Mobil Alphard seharga New Avanza. Bisa ngajakin mama dan kakak keliling Jepang," bebernya.


(anm)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda