Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Bunda Diaspora Kerja di Jepang, Alami 4 Culture Shock di Tempat Kerja

Annisa A   |   HaiBunda

Sabtu, 02 Mar 2024 15:20 WIB

ilustrasi hamil kerja
Kisah Bunda Diaspora 13 Tahun d Jepang, Cerita Ada 4 Culture Shock di Tempat Kerja / Foto: Getty Images/hxyume

Perbedaan budaya selalu menjadi cerita berkesan ketika menetap di luar negeri. Ada begitu banyak perbedaan yang terkadang membuat seseorang mengalami culture shock.

Cerita kali ini datang dari Intan Kurniati, Bunda diaspora yang menetap di Jepang. Saat ini, Intan dan keluarganya sudah tinggal selama 13 tahun di Negeri Sakura.

Intan bekerja sebagai pegawai di sebuah kantor. Setiap hari, Intan bekerja sambil mengurus kedua anaknya yang kembar.

Intan akan menyiapkan bekal sebelum mengantar kedua anaknya ke daycare. Setelah itu, ia akan melanjutkan perjalanan ke tempat kerjanya. Selama bekerja di Jepang, Intan mengalami 4 perbedaan budaya yang membuatnya cukup syok.

"Benar-benar enggak nyangka ternyata 4 budaya Jepang ini bikin syok di tempat kerja," kata Intan dalam unggahan video di akun TikTok @p.intankurniati.

"Walaupun dari awal aku sudah berusaha menyiapkan diri, tapi ternyata masih ada beberapa budaya Jepang yang bikin aku kaget, terutama di tempat kerjanya," sambungnya.

Culture shock WNI yang kerja di Jepang

Simak cerita selengkapnya di bawah ini.

1. Tidak boleh memotret dan merekam sembarangan

Salah satu culture shock di tempat kerja Jepang mungkin terkesan sepele. Namun, aturan ini sangat ketat dan wajib dipatuhi demi menjaga privasi perusahaan.

Ketika berada di kantor, Intan dan para karyawan lain tidak diperbolehkan mengambil foto dan video sembarangan, apalagi sampai mengunggahnya ke media sosial

"Dimulai dari yang pertama, orang Jepang yang ketat banget dan enggak ngebolehin ambil foto atau video sembarangan di tempat kerja, apalagi sampai upload tanpa izin teman sekantor," Intan bercerita.

Selain itu, Intan harus beradaptasi dengan budaya masyarakat Jepang yang cenderung bergerak cepat dan gesit. Mereka sudah terbiasa menjalani pola hidup fast paced atau serba cepat.

2. Transportasi umum tepat waktu

Tak hanya masyarakatnya saja yang bergerak serba cepat, transportasi umum di Jepang juga ikut menunjang pola hidup mereka.

"Orang Jepang jalannya sat set sat set, transportasi umum on time dan semua orang no ngaret-ngaret club," kata Intan.

Lebih mengejutkannya lagi, Intan merasakan banyak keuntungan sebagai karyawan perempuan yang telah memiliki anak. Ia mendapatkan cuti hamil yang sangat panjang, Bunda. Baca di halaman setelah ini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


CUTI HAMIL & MELAHIRKAN 2 TAHUN LEBIH

Ilustrasi Ibu Hamil

Ilustrasi Cuti Hamil / Foto: iStockphoto/Getty Images/SPmemory

3. Orang Jepang tidak saling kepo

Saat bekerja di Jepang, Intan harus menyesuaikan kehidupan bersosialisasi. Tak seperti di Indonesia yang masyarakatnya mudah akrab dengan satu sama lain, para pegawai kantor di Jepang memilih untuk membatasi hubungan mereka.

"Nah yang ketiga, aku juga baru tahu ada prinsip teman kerja ya teman kerja aja. Jujur, ini yang bikin nyaman selama kerja di Jepang karena enggak saling kepo dan benar-benar jaga privasi," ujar Intan.

4. Cuti hamil dan melahirkan panjang

Intan kemudian menceritakan hal yang paling membuatnya terkejut sekaligus kagum. Di Jepang, karyawan perempuan bisa mendapatkan cuti hamil dan melahirkan yang sangat panjang.

Banner 10 Tanaman Herbal

Intan memaparkan, ada dua jenis cuti yang bisa diambil oleh perempuan yang tengah mengandung anak mereka. Bahkan setelah melahirkan, mereka masih bisa menikmati momen bersama Si Kecil lebih lama di rumah.

"Terakhir yang paling bikin kaget selama di Jepang adalah cuti ibu hamil yang panjang banget. Biasanya ada dua jenis cuti yaitu Sankyuu (cuti hamil) dan Ikukyuu (cuti melahirkan)," papar Intan.

"Karena anakku kembar, aku bisa cuti 96 hari dari sebelum HPL. Cuti melahirkannya bisa diambil maksimal sampai usia anak dua tahun, tapi kemarin aku cuma ambil satu tahun 8 bulan saja," tuturnya.

Nah, itulah pengalaman Intan sebagai Bunda diaspora yang bekerja di Jepang. Menarik, bukan?

"Ini pengalaman pribadiku untuk tempat kerja sekarang ya. Semoga cerita ini bisa ngasih kamu bayangan tentang budaya kerja di Jepang," ucap Intan.


(anm)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda