
moms-life
Pengalaman WNI Puasa Bareng Suami Bule Mualaf di AS, Kaget Pernah Puasa 18 Jam
HaiBunda
Minggu, 26 Mar 2023 19:30 WIB

Ada beragam kisah menarik dari para diaspora Indonesia yang tinggal di luar negeri, Bunda. Salah satu di antaranya datang dari Nadia Johnston yang tinggal di Seattle, Amerika Serikat (AS).
Nadia merupakan warga negara Indonesia yang berasal dari Bali. Sebelum tinggal bersama sang suami, Nikolas Johnston, di Negeri Paman Sam, ia sempat menjalani LDR sambil menunggu urusan visa selesai.
Pasangan ini menikah sejak 30 Oktober 2019, Bunda. Ternyata, Nik sudah menjadi mualaf sejak beberapa waktu sebelum menikah, lho.
Nadia sendiri aktif menggunakan media sosial dan menjadi konten kreator. Melalui Instagram maupun TikTok, ia membagikan beragam cerita keseharian termasuk menjalani puasa Ramadan di AS.
Biasanya, Nadia menyiapkan makan untuk sahur dan makan makan bersama sekitar jam 4, Bunda. Kurang lebih, puasa di AS berjalan selama 14 jam.
"Sahurnya sekitaran jam 4, imsak jam 5, dan subuh setengah 6-an. Jadi, total puasa kita di sini sekitar 14 jam-an," tuturnya, dikutip dari akun TikTok @nadiajohnston92.
Dalam konten yang sama, Nadia juga menceritakan bahwa kali ini menjadi Ramadan ke-6 bagi sang suami. Katanya, Nik sudah berhasil puasa seharian penuh sejak pertama kali, lho.
"Well, ini Ramadan Nik yang ke-6 ya, guys. Sejak Ramadan pertamanya di 2018, dia sudah (puasa) full seharian. Enggak ada setengah-setengah hari, Masyaallah," bebernya.
Syok pertama kali puasa
Pertama kali menjalani puasa Ramadan bagi mualaf memang sesuatu yang tak biasa. Nik sendiri punya pengalaman tak terlupakan, apalagi Ramadan pertamanya berlangsung di musim panas dengan waktu yang lebih panjang.
"Awalnya dia shock karena Ramadannya di musim panas dan puasanya tuh sampai 18 jam-an," tutur Nadia. Nik patut diapresiasi karena mampu melewati puasa pertamanya selama 18 jam di musim panas, ya?
Balik ke cerita sahur pertama di Ramadan 2023, Nadia juga membeberkan bahwa mereka menyempatkan diri untuk belajar mengaji, Bunda. Momen ini berlangsung beberapa saat sebelum salat subuh
"Anyway, waktu menunggu subuh (setelah sahur) waktunya kelas mengaji untuk Nik. Alhamdulillah sebentar lagi dia iqra 5," katanya.
Cerita yang Nadia bagikan ini ternyata membuat banyak netizen Indonesia merasa kagum, Bunda. Melihat Nik yang terus menjalani puasa dan belajar mengaji, membuat publik memberikannya pujian dan doa.
"Masyallah Kak Nik sudah Ramadan ke-6. Selamat puasa Kak Nadia dan Kak Nik, sehat2 yaa."
"Masyaallah, semoga Allah mudahkan n dilancarkan ibadah puasa Ramadannya. Aamiin ya Rabb," kata netizen lainnya.
Sebelumnya Bubun juga pernah membagikan cerita WNI menjalani puasa Ramadan di Alaska, Bunda. Seperti apa kisahnya? Simak di halaman berikut, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!Â
Simak juga kisah wanita Lahat bantu suami bule Italia jadi mualaf dalam video berikut:
PERJUANGAN WNI PUASA DI ALASKA, AJARI ANAK PUASA & MOTIVASI DIRI SENDIRI
Perjuangan WNI puasa di Alaska/Foto: Instagram @voaindonesia
Pengalaman berjuang menjalani puasa di Alaska diceritakan oleh Dewi Loges, Bunda. Ia merupakan seorang ibu dari tiga orang anak dan kini telah tinggal serta menetap di Alaska, AS, sejak lebih dari 10 tahun
Sebagai Muslim, Dewi turut berupaya untuk memberikan ilmu tentang agama pada anak-anaknya. Akan tetapi, sekolah di AS sendiri tak ada mata pelajaran tersebut.
Sebagai solusi, Dewi pun mendaftarkan anaknya untuk mengikuti Sekolah Minggu. Meski begitu, sekolah tersebut tetap mewajibkan orang tua anak untuk memotivasi dan pembelajaran secara langsung.
"Alhamdulillah di sini ada Sekolah Minggu, tapi orang tua yang harus berikan motivasi, memberikan pelajaran," tutur Dewi, dikutip dalam akun Instagram @voaindonesia.
Lebih lanjut, Dwi juga menceritakan bahwa saat ini ia tengah mengajarkan anak sulungnya, Gerald, menjalani ibadah puasa, Bunda. Sebab saat ini, anaknya tersebut telah berusia delapan tahun dan cukup untuk dilatih sejak dini.
"Sekarang ini saya sedang mengajarkan yang 8 tahun untuk latihan puasa dengan memberikan pengertian."
"Pengertian apa arti puasa, mengapa harus puasa, dan kadang-kadang ikut sahur," ucapnya.
Selama berpuasa, Gerald sendiri tampaknya dapat bertahan dengan baik. Meski bocah tersebut mengeluh sering merasa lapar, namun tampak bahwa dirinya antusias
"Halo saya Gerald, ini pertama kalinya saya coba berpuasa," ujarnya.
"Iya susah, karena saya selalu lapar."
Gerald sendiri sudah paham makna puasa sesungguhnya, Bunda. Ia tahu bahwa ibadah ini dapat mengajarkan kita untuk dapat menahan diri seperti orang-orang yang kurang mampu.
"Karena ini perlindungan Allah. Puasa membantu kita tahu gimana rasanya menahan diri dari lapar seperti orang yang kurang mampu," jelasnya.
Simak informasi selengkapnya di halaman berikut ya.
WAKTU BERPUASA DI ALASKA
Perjuangan WNI puasa di Alaska/Foto: Instagram @voaindonesia
Saat ini, Dewi dan keluarganya menjalankan ibadah puasa dengan mengikuti waktu masjid yang ada di sekitar sana, Bunda. Yang mana, waktu yang digunakan oleh masjid tersebut mengacu langsung pada Mekah, yakni sekitar 14 jam.
"Masjid setempat itu mengikuti waktu Mekah karena lebih mudah untuk diikuti katanya," tutur Dewi.
"Itu (mengikuti waktu Mekah) sudah ada persetujuan dari cendekiawan di sini," sambungnya.
Kemudian, Dewi juga bercerita bahwa keluarganya sempat mengikuti waktu berpuasa di Alaska. Sayangnya, hal tersebut dinilai terlalu berat, karena mereka diharuskan menahan diri selama 17-20 jam.
"Dahulu waktu pertama kali datang ke sini belum mengenal ada masjid dan WNI di sini juga, jadi mengikuti waktu Alaska dan itu sangat susah sekali, ya," ungkapnya.
Jadi minoritas
Menjadi umat Muslim dan menjalankan ibadah puasa, Dewi mengakui bahwa dirinya merasakan menjadi minoritas. Bahkan, hal tersebut sempat membuatnya seperti tengah terisolasi.
"(Minoritas) Jadi merasa puasa sendiri. Jadi seperti terisolasi," akunya.
Meski begitu, Dewi sendiri menganggap hal tersebut bukanlah masalah yang besar. Justru, dirinya merasa lebih termotivasi dan jauh lebih baik dengan situasi serta kondisi tersebut.
"Di sini karena enggak ada suasana puasa jadi memotivasi diri sendiri untuk lebih baik. Dekat dengan Tuhan," tuturnya.
Hal yang paling kentara lainnya juga Dewi rasakan, Bunda. Salah satunya soal momen berbuka puasa yang ia bandingkan saat berada di Indonesia.
"Waktu di Indonesia pas puasa, makanan kayaknya sudah ada di meja, ya. Sedangkan di sini semuanya harus buat sendirian," tuturnya.
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Kisah YouTuber Shanty Sukses Jual Makanan Indonesia di China, Kini Beli Rumah Baru

Mom's Life
Kisah Bunda Datang ke Pernikahan Mewah Khas Nigeria, Kaget Sawerannya Berkarung-karung

Mom's Life
Bule Rusia Nikah dengan Pria RI, Jawab Komentar Julid Netizen Disebut Tak Bahagia

Mom's Life
Cerita Mahasiswi S2 Harvard Puasa di Luar Negeri, Bukber Gratis hingga Tarawih Bareng

Mom's Life
Chef Hotel di Makkah Relakan Gaji Rp40 Juta Sebulan Demi Ikut Istri, Kini Jualan di Bogor


7 Foto
Mom's Life
7 Potret Rumah Pria Kupang & Bule AS, Gaya American Classic Seharga Rp6,3 M
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda