Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Cerita Penyintas OCD, Punya Kebiasaan Mengelus-elus Tembok Sejak SD

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Senin, 08 May 2023 20:35 WIB

Anxiety disorder menopause woman, stressful depressed, panic attack person with mental health illness, headache and migraine sitting with back against wall on the floor in domestic home
Cerita Penyintas OCD, Punya Kebiasaan Mengelus-elus Tembok Sejak SD/Foto: Getty Images/iStockphoto/Chinnapong
Jakarta -

Aisyah Kamaliah, seorang penyintas kompulsif obsesif (OCD) asal Jakarta, belum lama ini menceritakan kisah hidupnya yang mengidap OCD selama bertahun-tahun.

OCD adalah gangguan kesehatan mental yang terjadi saat seseorang memiliki pemikiran obsesif dan tingkah laku kompulsif. OCD bisa dialami oleh siapapun, baik pria maupun wanita, bahkan gejala tersebut dapat dirasakan sejak usia anak-anak.

Aisyah sendiri mengalami gejala OCD ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kala itu, Aisyah memiliki kebiasaan mengelus-elus tembok dengan frekuensi angka ganjil.

“Sebenarnya dari SD itu aku udah ada kebiasaan ngelus tembok berulang kali gitu. Kalau misalnya iseng gitu, dielus. Tapi itu diulang di angka ganjil, harus tiga kali,” ungkap Aisya, dikutip dari laman detik.com, pada Senin (8/5/2023).

Kebiasaan tersebut mulai mengganggunya ketika ia beranjak dewasa. Pasalnya, Aisyah secara terus-menerus mengalami tekanan. Puncaknya, ketika rumahnya mengalami kemalingan.

“Jadi sebenarnya itu enggak terlalu mengganggu kan. Tapi pas kuliah, masuk ke dunia kerja, makin banyak tekanan, makin lebih sering gitu (kebiasaan) terulangnya,” tutur Aisyah.

“Ketika suatu hari rumahku kemalingan, itu makin parah checking-nya. Jadi, aku harus ngegembok rumah berkali-kali sampai ngecekin,” sambungnya.

Sejak insiden tersebut, Aisyah selalu menangis, susah tidur, bahkan berpikiran untuk bunuh diri karena selalu dilanda rasa khawatir yang berlebihan.

“Terus aku nangis, di saat orang-orang udah move on sama kejadian itu, aku masih nangis. Aku susah tidur, sampai suatu hari aku mikir ‘apa gue bunuh diri aja kali ya?’ karena saking takutnya,” ujar Aisyah.

Sadar akan kesehatan mentalnya, Aisyah pun segera mencari bantuan ke psikolog dan menceritakan masalahnya.

Psikolog yang menghubungi Aisyah menyarankan agar Aisyah segera pergi ke psikiater lantaran ia mengalami gejala-gejala yang membutuhkan konsumsi obat.

“Sampai mbak Nina (psikolog) bilang kalau gangguannya sudah sampai insomnia, kepikiran bunuh diri, lebih baik langsung ke psikiater. Sebenarnya psikolog bisa membantu, kalau berdasarkan gejala yang aku sampaikan ke dia, ternyata aku butuh obat-obatan gitu,” kata Aisyah.

TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

Bunda, jika melihat perubahan drastis perilaku seseorang, termasuk beberapa tanda di atas, jangan ragu untuk menanyakan kondisinya.

Selain itu, Bunda juga bisa hubungi lima rumah sakit yang disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan telepon konseling pencegahan bunuh diri, yakni:

1. RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565
2. RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467
3. RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841
4. RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601
5. RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444

Kemudian, ada pula nomor hot line Halo Kemenkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan, 24 jam.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan juga video mengenal istilah BPD dan bipolar yang ada di bawah ini, ya, Bunda.

[Gambas:Video Haibunda]

(asa)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda