Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Polusi Tinggi, Amankah Olahraga di Luar Rumah?

Annisa A   |   HaiBunda

Kamis, 10 Aug 2023 22:25 WIB

Ilustrasi Olahraga
Polusi Tinggi, Amankah Olahraga di Luar Rumah? / Foto: Getty Images/iStockphoto/SunnyVMD

Ada banyak kegiatan olahraga yang bisa dilakukan di luar rumah. Namun, tingkat polusi udara yang tinggi belakangan ini menimbulkan kekhawatiran baru bagi masyarakat.

Olahraga pada dasarnya merupakan rutinitas yang wajib dilakukan demi menjaga kesehatan tubuh. Lantas, amankah berolahraga ketika kadar polusi udara sedang tinggi?

Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI & Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof DR Dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) mengatakan, ada banyak jenis zat polutan di sekitar kita.

Salah satu yang berbahaya adalah jenis partikel berukuran sangat kecil yang disebut dengan Particulate Matter (PM2.5). Apabila terhirup, PM2.5 bisa menyebabkan iritasi mata, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, hingga Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Selain itu, PM2.5 juga bisa memicu penyakit lain di luar organ pernapasan mulai dari masalah kulit, gangguan kognitif anak, stunting, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker.

Apabila kualitas udara sedang tidak sehat dengan angka Air Quality Index yang lebih dari 150, masyarakat dianjurkan untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan.

"Meminimalkan terkena pajanan polusi udara seperti dengan hindari aktivitas fisik berat termasuk olahraga apabila berada di luar ruangan," kata Prof Agus dalam Media Briefing PB IDI, Selasa (8/8/23).

Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa kualitas udara secara berkala setiap kali hendak berpergian ke luar rumah.

"Apabila beraktivitas di luar ruangan, hindari kawasan atau area polusi udara," katanya.

Apabila Bunda harus berpergian ketika kadar polusi sedang tinggi, pastikan untuk selalu menggunakan masker.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi masuknya partikel ke dalam saluran pernapasan, terutama ketika beraktivitas di luar ruangan.

"Masker adalah langkah pencegahan utama. Kalau menggunakan masker jenis N95, partikel yang terhirup sangat kecil sekali bahkan di bawah standar. Kalau tidak ada bisa pakai masker bedah karena masih mendekati standar. Tapi kalau masker kain katun dia banyak masuk partikel," paparnya.

Apabila mengalami gejala ketika sedang berolahraga di luar ruangan, segera pindah ke lokasi yang lebih segar dan rendah kadar polusinya.

"Misalnya sesak napas, harus segera pergi dari lokasi karena itu area yang tidak sehat. Cari area lebih bersih, bisa pakai canister oksigen untuk pertolongan pertama. Lalu pergi ke Faskes untuk mendapatkan tindakan," ia menyarankan.

Ketika tidak bisa berolahraga di luar ruangan, Bunda masih bisa melakukannya di rumah. Namun, bukan berarti polusi tidak ada di dalam ruangan, lho. Baca di halaman setelah ini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan juga video tentang tips menjaga kualitas udara di sekitar anak:


POLUSI DI DALAM RUMAH

Untidy living room. Children's toys all around a place

Ilustrasi Rumah / Foto: Getty Images/iStockphoto/NoSystem images

Meski polusi di luar ruangan sangat mengkhawatirkan, Bunda juga tidak boleh luput menjaga kebersihan rumah. Prof Agus mengatakan, polusi yang terdapat di dalam ruangan juga sama berbahaya dengan yang ada di luar ruangan.

"Dampak indoor polusi hampir sama dengan outdoor, jadi risiko penyakitnya sama sepanjang kadarnya berbahaya. Penting mengukur kualitas udara di dalam ruangan. Kalau di bawah standar WHO itu 15 sudah bagus, tidak ada masalah. Tapi kalau nilai PM-nya 30, 40, 50 itu tidak bagus buat kesehatan. Pasti muncul gejala iritasi," terangnya.

Lebih lanjut, ia memaparkan sumber polusi di dalam ruangan yang biasanya didominasi oleh jenis biologis, partikel dari asap rokok, serta perabotan elektronik.

Banner Mata Minus Anak

"Di indoor banyak juga polutan biologic, misalnya dari bulu hewan peliharaan dan jamur di ruangan. Sumber indoor paling banyak adalah asap rokok dari keluarga, lalu asap masakan dan alat-alat elektronik," paparnya.

Anak yang tinggal di rumah dengan orang yang merokok, biasanya mengalami gejala pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan, dan sesak napas, lebih tinggi dari anak di rumah tanpa perokok.

Untuk meminimalisir polusi di dalam ruangan, Agus menyebutkan beberapa hal yang bisa dilakukan. "Pakai AC, air purifier, serta perbanyak ventilasi udara."

Beberapa orang juga mengandalkan aromaterapi untuk menyegarkan udara di dalam ruangan. Namun penggunaannya bukanlah untuk menurunkan kadar polusi, Bunda.

"Aromaterapi tidak menjaga kualitas udara, hanya membuat jadi harum. Justru pada beberapa kelompok sensitif bisa memicu sejumlah alergi. Apalagi aromaterapi banyak yang mengandung partikel halus yang bisa memicu alergi. Jadi hati-hati dalam penggunaannya," ia mengingatkan.

Saksikan juga video tentang dampak polusi bagi kesehatan tubuh:

[Gambas:Video Haibunda]




(anm/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda