Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Dokter Sebut Polusi Udara Bikin Anak Stunting hingga Masalah Kecerdasan

Annisa A   |   HaiBunda

Selasa, 08 Aug 2023 22:10 WIB

Little Asian boy wear long sleeve stripe shirt stand by window, hand cover ears, crying and screaming. Feeling frustration, anxiety, fear, stressed. Domestic violence, Autism, Bipolar disorder and mental illness concept.
Gangguan Kognitif Anak hingga Stunting, Ini Dampak Polusi Udara untuk Anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/Jatuporn Tansirimas

Polusi udara yang tinggi menjadi kekhawatiran masyarakat Indonesia saat ini. Tak hanya mengganggu kesehatan orang dewasa, polusi juga berdampak buruk pada tubuh anak.

Paparan polusi udara dapat memberi efek buruk bagi semua kalangan usia, bahkan sejak di awal masa kandungan. Dalam polusi, terdapat partikel udara yang berukuran sangat kecil, sehingga dapat masuk ke dalam tubuh. Partikel ini disebut dengan Particulate Matter (PM2.5).

Apabila terhirup, partikel yang berukuran sangat kecil ini dapat masuk ke tubuh melalui rongga pernapasan ke aliran darah hingga kemudian menginfiltrasi tubuh. Paparan zat polutan yang beracun pada akhirnya bisa memicu gangguan kognitif pada anak, Bunda.

Hal itu disampaikan oleh Prof DR Dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI & Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

"Paparan polusi seperti NO2, PM, dan hidrokarbon polisiklik berkaitan dengan tingkat intelegensi dan intelektual yang lebih rendah pada anak usia di bawah 2 tahun, pra-sekolah, dan usia sekolah dengan asosiasi paling kuat pada usia 3-7 tahun," papar Prof Agus dalam 'Media Briefing PB IDI', Selasa (8/8/23).

Risiko gangguan kognitif akibat polusi udara akan semakin besar ketika anak berlanjut menghirup udara tercemar usai dilahirkan, Bunda.

"Diperkirakan dua miliar anak terdampak polusi udara berat yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan, termasuk gangguan kognitif," ucapnya.

Prof Agus memaparkan gangguan kognitif anak dapat terjadi karena PM2.5 dari polusi udara masuk ke dalam tubuh melalui jalur olfaktori, saraf penting dalam indra penciuman.

Partikel yang terhirup kemudian dapat masuk ke dalam aliran darah hingga menembus ke otak dan memicu neuroinflamasi atau peradangan. Paparan polusi juga dapat menjadi penyebab neurodegenerasi atau penyakit yang menyerang sel otak dan sumsum tulang belakang, hingga kemudian berdampak pada berbagai kelainan neurologis.

Selain itu, Agus mengatakan bahwa beberapa studi juga menemukan dampak lain dari polusi udara terhadap perkembangan fungsi otak anak, Bunda.

"Dampak lainnya seperti proses persepsi dan sensori informasi yang lebih lambat, fungsi memori, atensi, dan koordinasi motorik yang lebih rendah, regulasi diri dan emosi yang lebih rendah, serta diagnosis kondisi psikiatri seperti ADHD yang lebih tinggi," paparnya.

Selain gangguan kognitif, polusi udara juga bisa memicu berbagai dampak buruk lain pada kesehatan anak. Baca di halaman selanjutnya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


POLUSI SEBABKAN ANAK STUNTING

Asia little girl cough and waer hygienic mask.Virus protection and health care concept.

Foto: Getty Images/iStockphoto/kwanchaichaiudom

Polusi udara sebabkan anak stunting

Gangguan kognitif anak bukanlah satu-satunya masalah kesehatan yang disebabkan oleh polusi udara. Ada berbagai kondisi kesehatan lain yang bisa mengancam Si Kecil, termasuk stunting.

"Selain gangguan kognitif seperti masalah kecerdasan dan daya pikir anak, polusi juga berhubungan dengan stunting," kata Prof Agus.

"Ini karena gangguan sistem sirkulasi, di mana oksigen yang dibawa oleh tubuh jadi lebih rendah. Anak akan kekurangan oksigen secara minor tapi efeknya jangka panjang, akibatnya ke gangguan pertumbuhan," terangnya.

Banner 15 ASI Booster Terbaik

Gangguan respirasi berulang akibat polusi udara bisa menyebabkan peningkatan aktivitas sistem imun, kebutuhan metabolik, anoreksia, dan perubahan metabolisme nutrisi lainnya termasuk stunting.

Agus memaparkan sebuah riset yang dilakukan di Bangladesh pada 2018, di mana paparan polutan PM2.5 berpengaruh terhadap peningkatan 30 persen kasus berat badan lahir rendah dan stunting sejak 1999 hingga 2014.

Gangguan pernapasan anak

Selain itu, masih ada lagi berbagai masalah kesehatan yang berhubungan erat dengan organ pernapasan. Semakin kecil zat polutan, maka semakin toksik sifatnya untuk tubuh.

"Partikel PM2,5 dapat menyebabkan gangguan imunitas dan infeksi, paling banyak memang ISPA. Dampak yang paling cepat muncul memang berupa iritasi saluran napas dan dampaknya jangka pendek," ia mengatakan.

Sementara itu dalam jangka panjang, paparan partikel PM2,5 dari polusi dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan fungsi paru pada anak-anak. Di kemudian hari, kondisi tersebut dapat memicu hal serius seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Polusi udara jangka panjang dapat memperparah kondisi penderita PPOK lewat tingkat keparahan gejala obstruktif pada saluran napas seperti batuk kronik, bronkitis, dan nyeri dada. Selain itu, asma juga dapat dipicu oleh paparan polutan.

"Penyakit asma pada orang yang belum memiliki asma, karena terkena polusi bisa jadi asma. Sedangkan yang sudah asma, bisa makin parah. Ketika ozon dan polusi meningkat, akan meningkatkan jumlah serangan asma. Remaja di Jakarta jumlah penderita asmanya lebih tinggi daripada di pedesaan," kata Prof Agus.

Saksikan juga video tentang faktor pemicu ISPA pada Si Kecil:

[Gambas:Video Haibunda]




(anm/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda