Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Cerita WNI Tinggal di Swiss, Penghasilan Kerja Merata hingga Sulit Belajar Bahasa

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Senin, 02 Oct 2023 08:10 WIB

Ilustrasi Swiss
Cerita WNI Tinggal di Swiss, Penghasilan Kerja Merata hingga Sulit Belajar Bahasa/ Foto: Instagram @evelyntrivena

Perbedaan kebudayaan hingga kehidupan menjadi beberapa hal yang dialami Warga Negara Indonesia ketika memutuskan tinggal di luar negeri. Ini juga yang dialami Evelyn Trivena yang memutuskan pindah ke Swiss bersama sang suami.

Evelyn membagikan pengalaman hidupnya selama tinggal di negara yang terkenal karena keindahannya itu melalui akun TikTok @evelyntrivena. HaiBunda sudah mengontak Evelyn dan diizinkan untuk mengangkat kisahnya.

Dalam salah satu kontan, Evelyn membeberkan beberapa suka dukanya selama tinggal di Swiss. Semua pengalaman itu berbeda dari yang dialaminya di Indonesia.

Suka dan duka tinggal di Swiss

Dalam video konten berdurasi kurang lebih 2 menit, Evelyn menjabarkan pengalamannya tinggal di Swiss bersama suami. Simak cerita lengkapnya berikut ini:

1. Negara yang menggunakan banyak bahasa

Ternyata, Swiss tak jauh berbeda dengan Indonesia, Bunda. Menurut Evelyn, negara tersebut menggunakan beragam bahasa yang berbeda. Di Swiss, setidaknya ada empat bahasa yang digunakan masyarakatnya.

"Yang pertama itu kebanyakan bahasa buat yang mau kerja atau tinggal di sini wajib tahu kalau di Swiss itu ada 4 bahasa nasional. Pembagian bahasa ini tuh tergantung dari wilayah di mana kita tinggal," ujarnya.

Untuk Evelyn yang tinggal hampir berdekatan ke  Jerman, wilayahnya menggunakan bahasa dari negara tersebut. Tapi, tak hanya itu. Ia masih harus berjuang karena bahasa tersebut memiliki dialek berbeda.

"Contoh kalau di kota aku tuh pakai Jerman karena lebih dekat ke part Jerman kan yang bikin pusing itu adalah biarpun kita sudah belajar Bahasa Jerman di sini, tetap ada bahasa lokal atau dialeknya yang namanya itu Swiss-Jerman," kata Evelyn.

"Ini agak beda sama Bahasa Jerman dan enggak ada sekolah atau les nya gitu. Jadi ya belajarnya harus ambil praktis sama lokal di sini."

2. Sulit berteman dengan orang lokal

Kesulitan selanjutnya yakni bersosialisasi dengan warga lokal, Bunda. Hal ini bukan karena warga di sana sombong melainkan memang memiliki kepribadian tertutup. Diungkap Evelyn, orang-orang di sana biasanya berteman dengan orang yang sudah dikenal sejak lama.

"Sulit untuk punya teman orang Swiss bukan mereka sombong ya guys, tapi orang Swiss itu terkenal introvert atau susah terbuka sama orang baru. That's why, orang Swiss kebanyakan teman-temannya ya teman SD, teman TK, yang sudah lama kenal gitu."

Teruskan membaca di halaman berikut ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! 


TAK ADA AKTIVITAS MALAM HINGGA AKSES MENIKMATI ALAM

Ilustrasi Swiss

Cerita WNI Tinggal di Swiss, Penghasilan Kerja Merata hingga Sulit Belajar Bahasa/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Sanga Park

3. Tak ada aktivitas malam

Berbeda seperti di Indonesia, aktivitas malam di Swiss cenderung tak ada, Bunda. Bahkan, jalanan kota di sana sepi jika sudah memasuki pukul 7 malam.

"Yang ketiga, kurangnya kegiatan di malam hari. Kalau di kota aku, 7:00 malam pasti jalanan udah sepi.

Tak hanya jalanan, toko-toko di sana pun sudah pasti tutup. Ini termasuk supermarket, ternyata tak ada yang buka selama 24 jam.

"Toko-toko sudah tutup, terus enggak ada juga minimarket yang 24 jam gitu."

Evelyn mengatakan bahwa ini terjadi karena adanya aturan jam tenang. Apalagi, orang-orang di sana juga sangat menghargai waktu istirahat, Bunda.

"Karena peraturan jam tenang di sini cukup ketat dan orang orangnya pun lebih menghargai waktu istirahat," paparnya.

Banner Herbal Bikin Awet Muda

4. Kualitas hidup yang sehat

Setelah hal-hal yang kurang mengenakkan, Evelyn membeberkan apa saja yang membuat Swiss memiliki nilai lebih. Ini terkait kualitas hidup, Bunda.

Disebutnya, kualitas hidup di Swiss sangat tinggi. Ini tak hanya karena negara tersebut memiliki udara yang bersih, juga berlakunya aturan terkait emisi yang sangat ketat sehingga bahan baku makanan menjadi jauh lebih sehat.

"Kualitas hidup yang tinggi selain udara yang bersih, karena aturan emisi yang sangat ditaati, kualitas bahan makanan yang kita beli di supermarket juga lebih sehat."

"Punya kadar lemak dan gula yang rendah, minim pengawet, maka itu juga produk olahan di swiss expired-nya enggak ada yang lama, guys."

5. Penghasilan cenderung merata

Selanjutnya soal penghasilan, Bunda. Siapa sangka, penghasilan warga Swiss juga diatur agar merata.

"Penghasilan yang lebih merata atau adil ini terbukti. Ini adalah tolak ukur kesetaraan berdasarkan distribusi pendapatan di suatu negara. Contoh gampangnya beberapa perusahaan di Indonesia bisa mengaji pegawai ratusan juta per bulan, which is menurut aku, itu tuh jauh banget sama UMR-nya."

"Kalau di sini pekerja kantoran paling hanya akan lebih besar nol koma sampai maksimal 10 kali lipat dari UMR, itu tergantung jabatan. Tapi enggak akan sejauh itu itu bedanya guys," tuturnya.

6. Akses ke alam mudah

Selanjutnya soal alamnya, Bunda. Elvelyn mengaku bahagia tinggal di Swiss karena alamnya yang indah.

Selain itu, orang-orang di sana juga mendapat akses yang mudah untuk menikmati alam di sana. Untuk menikmati pemandangat alam tertentu, tersedia transportasi umum atau bisa jalan langsung.

"Akses ke alam yang mudah, contohnya ini jaraknya cuma 20 menit jalan kaki dari rumah aku dan di sini tuh kalian bisa duduk duduk menikmati alam."

"Banyak wisata alam di Swiss yang bisa ditempuh dengan public transport cable car atau yang mau olahraga bisa hiking juga ke atas, jadi semua orang punya kesempatan yang sama untuk menikmati alam," tuturnya.

Simak juga cerita WNI tinggal di Finlandia, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


(ank/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda