MOM'S LIFE
Lihat Kekerasan Terhadap Perempuan & Anak Perempuan Disabilitas, Laporkan!
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Jumat, 08 Dec 2023 18:45 WIBKekerasan terhadap perempuan masih banyak ditemukan di sekitar kita. Di antara mereka yang rentan adalah perempuan dan anak perempuan penyandang disabilitas.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 1 dari 3 perempuan di dunia setidaknya pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual yang dilakukan oleh pasangan dekat, atau kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang yang bukan pasangannya.
Konsultan Program Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan UN Women Indonesia, Yuni Asriyanti, mengatakan bahwa setiap perempuan berisiko menjadi korban kekerasan, baik itu fisik, psikis, seksual, ataupun ekonomi. Namun, ada beberapa kelompok yang rentan.
"Siapa yang paling rentan? Perempuan secara umum rentan mengalami kekerasan, tapi ada kelompok-kelompok khusus yang kerentanannya lebih berlapis, risikonya lebih banyak ketimbang yang umumnya," kata Yuni dalam Talkshow Menghapus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Perempuan dengan Disabilitas di M Bloc Space, Jakarta Selatan, Kamis (7/12/23).
"Mereka adalah perempuan yang hidup dengan HIV/AIDS, penyandang disabilitas, dan kelompok lain, seperti pengungsi, pekerja migran, dari kelompok minoritas, dan banyak lagi," sambungnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua III Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) bidang Pemberdayaan dan Partisipatif, Walin Hartati. Walin mengatakan bahwa perempuan disabilitas memang menjadi salah satu kelompok rentan mengalami kekerasan. Selain karena definisi 'gender', mereka lebih rentan karena menjadi penyandang disabilitas.
"Perempuan disabilitas di Indonesia menjadi korban kekerasan karena mereka sebagai perempuan dan sebagai disabilitas," ujar Walin.
Menurutnya, kekerasan khususnya terhadap anak perempuan, justru dimulai dari keluarga. Orang tua tanpa sadar menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya yang menyandang disabilitas.
"Biasanya kekerasan diawali dari keluarga sendiri. Misalnya, beberapa orang tua dengan anak disabilitas malu sehingga anaknya disembunyikan dan tidak disekolahkan, bahkan ada yang dibuang. Ada juga yang overprotective, saking sayangnya tidak dibiarkan keluar, itu pun tidak bagus," ujarnya.
"Saking sayangnya, antara pelaku dan korban sama-sama tidak sadar kalau satu sebagai pelaku kekerasan, yang satunya sebagai korban kekerasan, antara ibu dan putrinya."
Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan disabilitas sebenarnya dapat dicegah. Keluarga dan masyarakat memegang peranan penting dalam mencegah kekerasan ini, Bunda.
Seperti apa pencegahannya dan bagaimana tindakan kita bila melihat kekerasan ini terjadi di sekitar kita?
Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/som)
CEGAH KEKERASAN: LIHAT LALU LAPORKAN!