
moms-life
5 Fakta Sumarsih yang Pantang Menyerah Mencari Keadilan untuk Sang Putra
HaiBunda
Selasa, 20 Feb 2024 16:15 WIB

Nama Maria Catarina Sumarsih tengah menjadi perbincangan. Ia merupakan salah satu aktivis yang membela korban pelanggaran HAM di Indonesia.
Perempuan yang akrab disapa Sumarsih ini menyimpan kisah pilu di balik kegigihannya dalam membela HAM. Sang putra, Bernardius Realino Norma Irawan tewas pada Tragedi Semanggi I tahun 1998.
Selama bertahun-tahun, Sumarsih berjuang bersama sang suami, Arief Priyadi dan para orang tua korban pelanggaran HAM lainnya yang menuntut keadilan atas kematian anak mereka.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini fakta tentang Sumarsih yang belakangan ini menjadi buah bibir:
1. Aktif di aksi Kamisan
Maria Catarina Sumarsih merupakan salah satu aktivis HAM yang aktif di aksi Kamisan. Setiap hari Kamis, Sumarsih dan para pembela HAM lainnya berdiri di depan Istana Negara.
Aksi tersebut sudah dimulai sejak 18 Januari 2007 silam, Bunda. Kamisan digelar secara konsisten meski sempat mendapat tentangan dari pemerintah.
Bersama istri mendiang Munir, Suciwati dan Bedjo Untung selaku pemimpin Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965, mereka menuntut negara untuk menuntaskan pelanggaran HAM berat di Indonesia seperti Tragedi Semanggi, Trisakti, Talangsari, Tanjung Priok, dan lain-lain.
"Mengusut pelanggaran HAM masa lalu dan menugaskan Jaksa Agung untuk menindaklanjuti berkas penyelidikan Komnas HAM," kata Sumarsih, dikutip dari detikcom.
2. Ibu dari B. R. Norma Irmawan
Sumarsih adalah Ibunda Bernardius Realino Norma Irawan atau yang akrab disapa Wawan. Ia merupakan salah satu mahasiswa Atma Jaya yang menjadi korban tragedi Semanggi I pada 1998.
Pada hari Jumat, 13 November 1998, putra Sumarsih mengalami situasi genting di depan Universitas Atma Jaya, Jakarta Selatan. Kala itu, banyak aparat mengepung para mahasiswa yang sedang unjuk rasa.
Wawan tertembak di bagian dada sebelah kiri. Ia meregang nyawa setelah berusaha menyelamatkan salah satu korban di tengah keramaian.
3. Raih penghargaan
Berkat kegigihan dan keberaniannya dalam membela HAM, Sumarsih telah dianugerahi penghargaan. Ia menerima penghargaan Yap Thiam Hien Award ke-14.
Tak hanya itu, Sumarsih juga mendapatkan medali Yap Thiam Hiem Award. Ia dinobatkan oleh dewan juri yang terdiri atas Asmara Nababan, Todung Mulya Lubis, Harkristuti Harkrisnowo, Soetandyo Wignjosoebroto dan Romo Sandyawan.
Ketika akan menerima penghargaan, Sumarsih sempat mengalami pergolakan batin. Ia merasa putranya lebih pantas menerima penghargaan tersebut.
"Wan, penghargaan ini tidak lah tepat untuk ibu. Kamu lah Wan, yang lebih pantas menerimanya. Ibu hanyalah sekedar melahirkanmu. Saya merasa tidak memiliki kelebihan sedikitpun. Kalau pun orang melihat ada nilai dalam sikap atau tindakan saya, tindakan itu tidak lebih dari sebuah respon yang sifatnya spontan apalagi terpolakan," tutur Sumarsih.
Kamisan bukanlah bahan jualan politik setiap lima tahun menjelang Pemilu, melainkan simbol perjuangan bagi para pencari keadilan di Tanah Air. Aksi tersebut sudah digelar selama 17 tahun dan Sumarsih tak pernah melewatkannya. Baca di halaman setelah ini.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
SUDAH 17 TAHUN IKUT KAMISAN
Sumarsih / (Foto: Ari Saputra/detikcom)
4. Sudah 17 tahun ikut Kamisan
Aksi Kamisan atau yang juga disebut dengan Aksi Payung Hitam Menolak Diam itu sudah digelar selama 17 tahun sejak 2007 silam.
Secara konsisten, Sumarsih dan para pembela HAM lainnya berdiri di depan Istana Negara. Mereka tak berniat menyerah sebelum negara bertanggung jawab atas berbagai kasus pelanggaran HAM yang ada.
"Orang silih berganti, Aksi Kamisan tetap berdiri. Sebuah Aksi Payung Hitam dalam pusaran kemanusiaan, kehidupan, kejahatan penguasa, Tuhan mengajar dan melatih jari-jari korban/keluarga korban untuk tidak diam," tulis Sumarsih di Instagram.
"Mengundang kawan-kawan hadir @aksikamisan ke-794 tg. 9/11/'23 jam 4-5 sore di depan Istana Presiden, Jakarta. Bagi yang tidak ke lokasi aksi bisa chatting di youtube @jakartanicus," sambungnya.
5. Berusia 71 taun dan punya ciri khas
Sumarsih tak kenal letih dalam melakukan aksi Kamisan. Di usianya yang sudah mencapai 71 tahun, rambutnya sudah memutih. Fisiknya mungkin tak lagi prima. Namun, ia tak gentar menyuarakan protesnya di depan Istana Negara.
Saat mengikuti aksi Kamisan, Sumarsih juga memiliki ciri khas dalam penampilannya. Melansir dari CNN Indonesia, Sumarsih kerap terlihat mengenakan busana serba hitam. Ia juga selalu berdiri dengan membawa payung berwarna hitam di aksi tersebut.
Tahun demi tahun berlalu, Sumarsih masih menyimpan luka atas kematian sang putra. Selama 25 tahun, Sumarsih tak pernah lupa menyapa Wawan lewat doa.
Sumarsih selalu menyediakan piring di meja makan tempat Wawan biasa duduk menyantap hidangan sang Bunda. Piring, gelas, serta lauk-pauk untuk Wawan tak pernah luput ia hidangkan, meski sang putra sudah pergi untuk selamanya.
Wawan mungkin telah tiada dan Sumarsih semakin menua. Namun, kisah Sumarsih di lingkar buram tragedi 1998 tak akan pernah dilupakan sejarah.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Mengenal Noraly Seodito, Ibunda Rafael Struick Pemain Timnas yang Ternyata Punya Jabatan Tinggi di Bank Belanda

Mom's Life
Cerita Eks Karyawan SCBD Kini Raup Omzet Rp300 Juta Per Bulan dari Bisnis Bersama Suami

Mom's Life
Kisah Lulusan S2 Peraih Beasiswa LPDP, Begini Pola Asuh dan Dukungan Ibunda

Mom's Life
Kisah Sukses Mahasiswi Bisnis Kue Sambil Kuliah, Kini Raup Omzet Jutaan Rupiah

Mom's Life
Simak Bun, Fakta-fakta Hari Anti Sunat Perempuan Internasional pada 6 Februari


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Artis Indonesia Inspiratif yang Raih Gelar S2, Maudy Ayunda hingga Alyssa Soebandono
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda