Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Takut Resign, Pekerja di Jepang Rela Bayar Agensi Khusus Urus Pengunduran Diri

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Senin, 02 Sep 2024 15:01 WIB

Ilustrasi pekerja jepang
Takut Resign, Pekerja di Jepang Rela Bayar Agensi Khusus Urus Pengunduran Diri/Foto: Getty Images/Nikada
Jakarta -

Yuki Watanabe yang merupakan salah satu pekerja di Jepang, menghabiskan waktu 12 jam setiap hari untuk bekerja keras di kantor. Hal itu dianggap sebagai hari yang singkat dengan jam kerja normal dari jam 9 pagi hingga 9 malam.

“Saya paling lambat meninggalkan (kantor) pukul 11 malam,” ujar Yuki, dikutip dari laman CNN Business, Senin (2/9/2024).

Pria 24 tahun itu pernah bekerja di beberapa perusahaan telekomunikasi dan pembayaran elektronik terbesar di Jepang. Begitu besarnya tuntutan tersebut sehingga Yuki mulai mengalami masalah kesehatan.

Banner Makanan Bumil agar Anak Cerdas

Dia tahu harus berhenti, tetapi ada satu hal yang menghalanginya yaitu budaya kerja Jepang yang terkenal top-down.

Meminta untuk meninggalkan kantor tepat waktu atau mengambil cuti bisa jadi cukup sulit. Hal yang lebih sulit lagi adalah mengajukan pengunduran diri, yang bisa dianggap sebagai bentuk rasa tidak hormat paling tinggi di negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia, di mana para pekerja bekerja pada satu perusahaan selama puluhan tahun, bahkan seumur hidup.

Dalam kasus yang paling ekstrem, atasan bisa merobek surat resign dan melecehkan karyawan untuk memaksa mereka tetap bertahan.

Yuki tidak senang dengan pekerjaan sebelumnya, dan mengatakan mantan atasannya sering mengabaikannya, sehingga membuatnya merasa tidak enak. Namun, ia tidak berani mengajukan resign.

“Saya tidak ingin mantan majikan saya menolak pengunduran diri saya dan membiarkan saya bekerja lebih lama,” ungkapnya.

Namun, ia menemukan cara untuk mengakhiri permasalahan tersebut. Yuki akhirnya menghubungi Momuri, sebuah lembaga pengunduran diri yang membantu karyawan yang pemalu untuk meninggalkan atasan mereka yang suka mengintimidasi.

Dengan harga makan malam yang mewah, banyak pekerja Jepang menyewa agensi perwakilan ini untuk membantu mereka mengundurkan diri tanpa harus melewati stres.

Industri tersebut sudah ada sebelum COVID-19. Namun, popularitasnya semakin meningkat setelah pandemi. Tidak ada hitungan resmi mengenai jumlah agen resign yang telah muncul di seluruh negeri, tetapi mereka yang menjalaninya dapat bersaksi mengenai lonjakan permintaan.

Agensi pengunduran diri di Jepang

Shiori Kawamata, manajer operasi Momuri, mengatakan mereka menerima hingga 11.000 pertanyaan dari klien pada 2023.

Berlokasi di Minato, salah satu distrik bisnis tersibuk di Tokyo, agensi ini diluncurkan pada 2022 dengan nama yang ingin menarik perhatian kliennya yang tidak berdaya. Momuri adalah Bahasa Jepang yang artinya saya tidak bisa melakukan ini lagi.

Dengan biaya 22.000 yen atau setara dengan Rp2,3 jutaan atau 12.000 yen atau Rp1,2 juta bagi mereka yang bekerja paruh waktu. Lembaga ini berjanji membantu karyawan mengajukan pengunduran diri, bernegosiasi dengan perusahaan tempat mereka bekerja, dan memberikan rekomendasi pengacara jika timbul sengketa hukum.

“Ada orang yang datang kepada kami setelah surat pengunduran dirinya dirobek tiga kali dan pengusaha tidak mengizinkan mereka berhenti bahkan ketika mereka berlutut untuk memberi hormat,” ujar Yuki.

“Kadang-kadang kami menerima telepon dari orang-orang yang menangis menanyakan apakah mereka dapat berhenti dari pekerjaan mereka berdasarkan XYZ. Kami memberi tahu mereka bahwa itu tidak apa-apa, dan bahwa berhenti dari pekerjaan mereka adalah hak buruh,” ungkapnya.

Beberapa pekerja mengeluh bahwa atasannya melecehkan jika mereka mencoba untuk resign, termasuk mampir ke apartemen mereka untuk membunyikan bel pintu berulang kali, dan menolak untuk pergi.

Bagi mereka yang menyerah, apa yang seharusnya menjadi bisnis yang mudah justru menjadi aneh. Orang tersebut diminta ke sebuah kuil di Kyoto oleh atasannya.

“(Pekerja itu) disuruh pergi ke kuil Onmyoji karena ‘mereka dikutuk’,” ujarnya.

Kawamata mengatakan orang-orang yang menghubungi sering bekerja di bidang usaha kecil hingga menengah, dengan mereka yang bergerak di industri makanan paling rentan, diikuti oleh bidang perawatan kesehatan dan kesejahteraan.

Kematian karena terlalu banyak pekerjaan sering terjadi di Jepang

Jepang telah lama memiliki budaya kerja yang berlebihan. Karyawan di berbagi sektor melaporkan jam kerja yang menyiksa, tekanan tinggi dari atasan, dan rasa hormat kepada atasan. Para pengusaha ini dikenal luas sebagai Black Firms.

Profesor sumber daya manusia, Hiroshi Ono, dari Sekolah Bisnis Universitas Hitotsubashi di Tokyo, mengatakan situasi telah menjadi begitu mendesak sehingga pemerintah mulai menerbitkan daftar pemberi kerja yang tidak etis untuk menghambat kemampuan mereka dalam merekrut, dan memperingatkan para pencari kerja.

“Tidak ada keamanan psikologis, dan beberapa karyawan mungkin terancam,” ungkapnya.

Lebih dari 370 perusahaan telah masuk daftar hitam oleh biro ketenagakerjaan di seluruh negeri sejak daftar tersebut diterbitkan pada 2017.

Stres telah terbukti berakibat fatal selama beberapa dekade, seperti yang dicontohkan oleh fenomena yang disebut karoshi atau kematian akibat terlalu banyak bekerja.

Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, 54 orang meninggal karena kondisi otak dan jantung akibat pekerjaan dan diberikan kompensasi pada 2022, yang sebenarnya merupakan penurunan besar dari 160 yang tercatat dua dekade lalu.

Namun, jumlah orang yang mengajukan klaim atas tekanan mental di tempat kerja meningkat, melonjak menjadi 2.683 dari 341 dalam periode waktu yang sama.

Nah, itulah penjelasan lengkap tentang cerita pekerja di Jepang yang menyewa agensi untuk mengurus surat pengunduran diri. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing  soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

(asa/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda