MOM'S LIFE
10 Obat-obatan yang Bisa Memicu Gangguan Kecemasan, Termasuk Obat Flu dan Batuk
Arina Yulistara | HaiBunda
Senin, 09 Sep 2024 22:20 WIBBunda sering mengonsumsi obat-obatan belakangan ini? Pahami obat-obatan yang bisa memicu gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang kerap dialami banyak orang. Gejala yang muncul bisa bervariasi, mulai dari perasaan cemas berlebih hingga serangan panik yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selain faktor genetik dan lingkungan, beberapa jenis obat juga dapat memicu atau memperparah gejala kecemasan. Tak banyak orang tahu kalau kecemasan bisa dipicu atau diperburuk oleh penggunaan obat-obatan tertentu.
Penting bagi Bunda untuk memahami obat-obatan mana yang memiliki potensi ini agar bisa mengelolanya dengan lebih baik dan menjaga kesehatan mental.
Mengutip WebMD dan GoodRx, berikut deretan obat yang diketahui dapat memicu atau memperparah gangguan kecemasan.
Obat-obatan yang bisa memicu gangguan kecemasan
Berikut obat-obatan yang bisa memicu gangguan kecemasan.
1. Obat asma
Obat-obatan yang digunakan untuk melebarkan saluran pernapasan pada penderita asma, seperti albuterol, bekerja dengan merangsang sistem saraf simpatik. Meskipun membantu meredakan sesak napas, obat ini dapat menimbulkan efek samping.
Efek sampingnya bisa berupa peningkatan denyut jantung hingga perasaan gugup yang pada akhirnya dapat memicu kecemasan. Obat-obatan tersebut meliputi:
- Albuterol (Proventil). Albuterol umumnya menyebabkan gemetar walau jarang serta detak jantung berdebar kencang. Semua itu dapat tampak seperti tanda-tanda serangan panik.
- Salmeterol (Serevent Diskus). Efek samping yang mungkin terjadi meliputi gugup, berkeringat, detak jantung cepat, dan kecemasan.
- Teofilin (Elixophyllin). Obat ini telah ada selama beberapa dekade tapi lebih sedikit dokter yang meresepkannya saat ini.
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk peradangan dan alergi. Meskipun sangat efektif, penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi kortikosteroid, seperti prednison sering dikaitkan dengan perubahan suasana hati, insomnia, dan peningkatan kecemasan.
Dokter tidak yakin mengapa tapi obat ini memang bisa membuat beberapa orang mudah tersinggung dan cemas.
3. Obat flu dan batuk
Banyak obat batuk dan flu mengandung pseudoefedrin. Zat ini bekerja sangat baik untuk membersihkan saluran hidung dan membantu kita bernapas lebih baik.
Zat tersebut bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah di saluran pernapasan. Namun efek stimulannya pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kegelisahan, peningkatan detak jantung, dan perasaan cemas.
4. Obat-obatan stimulan untuk ADHD
Obat-obatan seperti methylphenidate (Ritalin) dan amphetamine (Adderall) yang digunakan untuk mengobati Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dapat memicu kecemasan pada beberapa orang. Efek stimulannya meningkatkan aktivitas di otak yang dalam beberapa kasus menyebabkan peningkatan kecemasan atau kegelisahan.
5. Obat untuk penyakit Parkinson
Dokter sering meresepkan obat kombinasi, levodopa dan karbidopa (Sinemet), untuk mengobati penyakit Parkinson. Bentuk kapsul lepas lambat dari obat ini (Rytary) dapat menyebabkan kecemasan.
Tanyakan kepada dokter Bunda apakah ada pilihan obat lain. Jika obat-obatan tersebut menimbulkan efek samping tak nyaman, minta dokter melakukan penyesuaian dosis atau penggantian obat.
6. Antidepresan
Seperti stimulan, antidepresan juga bekerja di otak Anda untuk mengubah kadar pembawa pesan kimia yang disebut neurotransmitter. Banyak antidepresan yang berfokus pada peningkatan kadar serotonin — neurotransmitter yang memengaruhi berbagai fungsi, termasuk tidur, nafsu makan, dan suasana hati.
Meskipun antidepresan digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan, pada beberapa orang obat ini justru dapat memperburuknya pada awal penggunaannya. Antidepresan bekerja dengan baik untuk mengobati depresi dan kecemasan.
Hanya saja tidak cocok bagi sebagian orang. Obat ini dapat menyebabkan kegugupan atau kecemasan lebih lanjut sebagai efek samping. Mungkin tampak sedikit kontradiktif bahwa obat yang digunakan untuk mengobati kecemasan juga dapat menyebabkan kecemasan.
7. Obat kejang
Fenitoin (Dilantin, Phenytek) adalah obat yang menenangkan aktivitas listrik yang terjadi di otak selama kejang. Terkadang dokter juga meresepkannya untuk mengendalikan detak jantung yang tidak teratur. Namun obat ini dapat menyebabkan serangan panik, agitasi, dan kecemasan.
8. Obat alergi (Antihistamin)
Antihistamin sering kali digunakan bersamaan dengan dekongestan. Obat-obatan ini digunakan untuk mengeringkan hidung meler, menenangkan mata dan kulit yang gatal, serta meredakan gejala alergi lainnya.
Meskipun antihistamin seperti diphenhydramine biasanya digunakan untuk mengurangi reaksi alergi, pada beberapa orang obat ini dapat menyebabkan kantuk yang berlebihan. Efek sampingnya bisa seperti kebingungan dan kecemasan, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi atau dalam jangka waktu lama.
Antihistamin, seperti dekongestan, dapat ditemukan dalam banyak produk obat batuk dan pilek serta semprotan hidung yang dijual bebas.
9. Obat yang mengandung kafein
Beberapa obat penghilang nyeri, seperti kombinasi aspirin atau paracetamol dengan kafein, digunakan untuk meningkatkan efektivitas pereda nyeri. Namun kafein dapat meningkatkan kecemasan dengan merangsang sistem saraf pusat.
Hal tersebut bisa menyebabkan gelisah, detak jantung cepat, dan insomnia. Semuanya dapat memperburuk gangguan kecemasan.
10. Obat untuk gangguan tiroid
Bila tubuh tidak memproduksi hormon tiroid yang cukup, Bunda mungkin kekurangan energi, bertambah berat badan, atau mengalami kesulitan berkonsentrasi. Namun, pil tiroid (Armour Thyroid, Nature-Throid, NP Thyroid) yang digunakan untuk mengobati kondisi ini dapat memicu kecemasan, gemetar, dan hiperaktif.
Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi hipotiroidisme dapat menyebabkan kecemasan pada beberapa orang, terutama jika dosisnya terlalu tinggi. Perubahan kadar hormon tiroid bisa berdampak pada suasana hati, menyebabkan gejala kecemasan, kegelisahan, bahkan serangan panik.
Jika Bunda merasa obat yang dikonsumsi memicu kecemasan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Jangan menghentikan obat secara tiba-tiba tanpa saran dari ahli medis karena ini dapat memperburuk kondisi kesehatan Bunda.
Selain itu, Bunda juga dapat mencoba beberapa teknik untuk meredakan kecemasan, seperti meditasi, olahraga ringan, atau menjalani pola hidup sehat. Jika kecemasan yang Bunda alami berlanjut atau semakin parah, bantuan dari ahli kesehatan mental mungkin diperlukan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)