Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Mengenal Diet Korea Switch On yang Disebut Bisa Turunkan Berat Badan dalam 1 Bulan

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Selasa, 26 Aug 2025 23:00 WIB

group of Asian business team having lunch in the outdoor
Ilustrasi diet/ Foto: Getty Images/Istockexstock
Daftar Isi

Tren diet dari Korea Selatan kembali mencuri perhatian publik. Kali ini, sebuah pola makan bernama switch on diet menjadi sorotan setelah diklaim mampu menurunkan berat badan hanya dalam waktu empat pekan.

Diet tersebut pertama kali diperkenalkan oleh peneliti obesitas asal Korea Selatan, Dr. Park Yong-Woo, melalui bukunya yang terbit tujuh tahun lalu. Kini berkat media sosial, metode tersebut kembali populer dan menarik minat banyak orang yang tengah berjuang menurunkan berat badan.

Daya tarik utama dari diet ini klaimnya yang berfokus tidak hanya pada penurunan lemak tubuh, tapi juga pada peningkatan kejernihan mental dan pemeliharaan massa otot. Konsep ini menjadikannya berbeda dengan pola diet ekstrem yang biasanya hanya menekankan pada pengurangan kalori secara besar-besaran.

Sejumlah testimoni pun beredar, termasuk dari seorang gut-health blogger yang menyebut berhasil menurunkan 2 kg lemak tubuh sekaligus merasa lebih berenergi dan segar selama menjalankan program ini. Meski terdengar menjanjikan, banyak pihak mempertanyakan efektivitas dan keamanan switch on diet.

Sebagian ahli gizi menilai bahwa pola makan ini bisa membantu menata metabolisme tubuh jika dijalankan dengan disiplin, namun tetap diperlukan pertimbangan medis karena melibatkan puasa berkala, pembatasan makanan tertentu, serta larangan mengonsumsi kafein di awal program

Lantas, bagaimana sebenarnya pola makan ini bekerja?

Mengutip India Today, berikut penjelasan mengenai switch on diet yang diklaim bisa menurunkan berat badan dalam satu bulan.

Cara switch on diet

Switch on diet dirancang sebagai program reset metabolisme selama empat pekan. Fokus utamanya mengoptimalkan kesehatan usus, menjaga massa otot, sekaligus memaksimalkan pembakaran lemak tubuh.

Dr. Park Yong-Woo menekankan kombinasi antara asupan protein tinggi, intermittent fasting, pola makan bersih tanpa gula, alkohol, kafein, tepung, maupun makanan olahan. Karbohidrat masih diperbolehkan, namun dengan porsi terbatas dan hanya pada waktu tertentu.

Program ini dibagi ke dalam empat fase pekanan yang memiliki tujuan spesifik. Bagaimana saja fasenya?

Pekan ke-1:

pekan pertama berfokus pada detoks dan pemulihan sistem pencernaan. Tiga hari pertama Bunda hanya diperbolehkan mengonsumsi empat kali protein shake per hari, ditambah probiotik serta berjalan kaki selama satu jam.

Jika lapar, makanan ringan, seperti sayuran berserat, tahu, atau plain yogurt diperbolehkan. Memasuki hari keempat, mulai diperkenalkan menu padat berupa makan siang tinggi protein rendah karbohidrat.

Pekan ke-2:

Pada pekan kedua, switch on diet mulai memasukkan elemen intermittent fasting. Peserta dianjurkan menjalani puasa 24 jam sekali dalam sepekan.

Menu harian masih didominasi protein shake dan makanan rendah karbohidrat untuk makan siang. Sementara makan malam bebas karbohidrat.

Beberapa makanan, seperti nasi, kacang-kacangan, serta kopi hitam, bisa dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Namun pada hari puasa, olahraga berat sangat tidak dianjurkan demi menjaga pemulihan otot.

Fase ini dianggap sebagai kunci dalam meningkatkan sensitivitas insulin dan mempercepat pembakaran lemak tubuh. Meski begitu, tidak sedikit yang merasa kesulitan menjalaninya.

Seorang pengguna TikTok bahkan mengaku berhenti setelah lima hari karena merasa bosan dengan menu yang monoton dan mengalami sakit kepala akibat penghentian konsumsi kafein.

Pekan ke3- dan 4:

Memasuki pekan ketiga dan keempat, jadwal intermittent fasting semakin diperketat. Bunda diminta menjalani puasa 24 jam hingga tiga kali dalam sepekan.

Menu makanan tetap berfokus pada protein dan sayuran, namun mulai diberikan variasi dengan penambahan buah-buahan, seperti tomat dan berry. Karbohidrat kompleks, seperti ubi manis, hanya boleh dikonsumsi setelah berolahraga agar tubuh langsung memanfaatkannya sebagai energi.

Fase ini bertujuan mempercepat pembakaran lemak sekaligus menjaga metabolisme tetap aktif. Menurut pengalaman seorang model asal Korea Selatan bernama Sherrie, dirinya berhasil menurunkan 4 kg hanya dalam enam hari ketika kembali mencoba diet ini. Dalam unggahan Instagram-nya, Sherrie menekankan bahwa hasil tersebut adalah pengalaman pribadi, bukan jaminan keberhasilan bagi semua orang.

Makanan yang dianjurkan dan dihindari

Berikut makanan yang dianjurkan dan sebaiknya dihindari.

Makanan yang dianjurkan

Untuk mendukung efektivitas diet, switch on diet memberikan panduan makanan yang jelas. Beberapa jenis makanan yang dianjurkan, antara lain protein shake, nasi multigrain, ayam tanpa kulit, ikan, telur, kacang-kacangan, ubi, pisang, dan buah beri.

Makanan yang harus dihindari

Sebaliknya, makanan yang harus dihindari mencakup kafein, alkohol, gula, makanan olahan, serta daging olahan berlemak. Hari-hari awal diet bisa terasa berat karena hanya bergantung pada protein shake.

Meski demikian, menu makanan mulai lebih fleksibel dengan tambahan sumber protein padat dan karbohidrat sehat dalam jumlah terbatas seiring berjalannya waktu.

Efektivitas dan risiko

Meski banyak yang mengklaim merasakan manfaatnya, para ahli gizi tetap mengingatkan adanya potensi risiko. Penelitian pada 2024 sempat menunjukkan bahwa jendela makan yang terlalu sempit—kurang dari delapan jam sehari—berpotensi meningkatkan risiko masalah kardiovaskular.

Selain itu, gejala seperti kelelahan, sakit kepala, dan iritabilitas kerap muncul di awal program, terutama bagi Bunda yang terbiasa mengonsumsi kopi atau makanan manis. Ahli kesehatan menyarankan agar siapa pun yang ingin mencoba switch on diet tetap berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, terutama jika memiliki kondisi medis tertentu.

Diet ini memang dapat membantu menurunkan berat badan dalam waktu singkat, namun belum tentu cocok untuk jangka panjang.

Switch on diet menawarkan pendekatan berbeda dengan memadukan asupan tinggi protein, pembatasan makanan olahan, serta intermittent fasting untuk menata ulang metabolisme tubuh. Bagi sebagian orang, pola ini terbukti membantu menurunkan berat badan sekaligus meningkatkan energi.

Bagi yang lain, diet ini bisa terasa terlalu ketat dan sulit dijalani. Pada akhirnya, keberhasilan diet sangat bergantung pada konsistensi, kondisi tubuh, serta gaya hidup masing-masing. Pastikan juga Bunda berkonsultasi lebih dahulu dengan ahli gizi sebelum melakukan diet apapun.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda