Surabaya -
Nggak semua orang tahu tahu apakah dirinya memiliki
alergi pada makanan atau zat tertentu. Apalagi jika ini kelak akan diturunkan ke anak-anaknya. Makanya kadang diagnosis alergi pada anak sering kali datang terlambat.
Sering banget kan Bun, tiba-tiba
alergi anak muncul tanpa sempat kita antisipasi. Nah, biar nggak terlambat mengantisipasi alergi, kita bisa ngecek di tiga area tubuhnya lho, Bun.
Kata Prof Dr dr Budi Setiabudiawan, SpA(K), M.Kes 3 tempat itu adalah di kulit, saluran pernapasan dan saluran cerna. Pada kulit, gejala alergi yang kerap muncul antara lain urtikaria atau biduran dan eksim.
"Eksim ini paling sering terlihat pada anak dengan alergi susu, yaitu mencapai 40 persen," ungkapnya dalam Media Workshop 'Bunda Tanggap Alergi dengan 3K bersama alergianak.com di Boncafe Surabaya, beberapa waktu lalu.
Lalu gimana mendeteksi alergi melalui area saluran pernapasan? Menurut Prof Budi, Bun, anak yang sering pilek, bersin-bersin dan hidung tersumbat di pagi hari bisa jadi memiliki indikasi alergi. Bisa juga nih, kalau si kecil batuk berulang di malam dan pagi hari tanpa gejala demam atau kalau sering sesak napas.
"Untuk gejala di saluran cerna, ini biasanya sering dikeluhkan ibu-ibu muda yang baru punya anak. Ini kenapa sih anak saya ini kok sering gumoh, muntah habis minum susu," imbuh konsultan alergi imunologi anak dari Universitas Padjadjaran tersebut.
Nggak cuma gumoh, Bun. Kadang alergi pada anak diindikasikan dengan susah buang air besar. Tapi bisa juga Bun, yang terjadi sebaliknya, yakni diare, bahkan hingga berdarah.
Gejala lain yang harus kita perhatikan juga adalah kalau bayi sering kolik atau menangis tanpa sebab di malam hari.
Nah, kalau dikenali, Prof Budi berpesan agar Bunda dan Ayah segera mengkonsultasikannya ke dokter. Ini penting untuk memastikan apakah yang dialami anak betul-betul alergi, kemudian mencari tahu pemicunya.
"Nah kalau sudah tahu dia alergi terhadap makanan tertentu, berarti kita bisa kendalikan. Karena alergi itu tidak bisa disembuhkan, tetapi gejalanya bisa tidak muncul kalau kita sudah tahu pemicunya apa kemudian kita hindari," jelas Prof Budi.
Bagi bayi yang didiagnosis alergi hanya boleh diberi ASI saja. Selain itu selama menyusui bayi tersebut, bundanya diminta menghindari makanan atau minuman yang mengandung alergen.
Lalu gimana kalau bayinya terpaksa nggak bisa dapat ASI? Menurut Prof Budi, anak bisa diberi susu sapi hidrolisat ekstensif atau susu formula asam amino.
"Cuma banyak keluhan susu ini susah mendapatkannya, harganya mahal atau rasanya tidak disukai bayi. Kalau sudah mentok, boleh diganti dengan susu formula soya. Tetapi Anda perlu tahu, bila diberi soya, gejala alerginya masih bisa muncul walaupun hanya 2-4 persen saja," urai Prof Budi.
(Rahma Lillahi Sativa)