Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Si Kecil Alergi Susu Sapi, Ini Cara Deteksi & Atasi Gejalanya

Annisa A   |   HaiBunda

Rabu, 26 Jun 2024 22:05 WIB

Ilustrasi Anak Alergi Susu Sapi
Si Kecil Alergi Susu Sapi, Ini Cara Deteksi & Atasi Gejalanya / Foto: iStock

Susu sapi merupakan salah satu sumber protein yang bagus untuk mendukung proses tumbuh kembang Si Kecil. Namun, tidak semua anak bisa mengonsumsi susu sapi karena alergi.

Alergi susu sapi (ASS) terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein yang terdapat di dalam susu sapi, Bunda. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, alergi susu sapi dapat dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan Si Kecil.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K) memaparkan, dampak ASS dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Simak ulasan selengkapnya di bawah ini!

Dampak alergi susu sapi pada anak

Dalam jangka pendek, anak yang mengalami ASS bisa merasakan menyebabkan ketidaknyamanan, sulit makan dan tidur. Sementara itu, dampak jangka panjangnya mencakup berat badan yang tidak optimal, malnutrisi, dan keterlambatan pertumbuhan.

"Pada anak ASS, ini nanti salah satu dampaknya anak akan sulit makan sehingga nutrisi yang masuk ke tubuh jadi berkurang. Selain itu ketika timbul alerginya, anak pada malam hari juga akan terganggu tidurnya," tuturnya di webinar Bicara Gizi Alergi Susu Sapi bersama Nutricia, Selasa (25/6/24).

Alergi bisa dicegah

Risiko alergi akan lebih tinggi apabila seorang anak memiliki riwayat alergi dalam keluarganya, seperti saudara kandung, salah satu orang tua, atau kedua orang tua.

Bahkan, risiko penurunan alergi kepada anak bisa mencapai 80 persen apabila kedua orang tua memiliki jenis alergi yang sama, Bunda. Alergi dapat diturunkan karena adanya 'bakat' atau yang disebut atopi.

Kendati demikian, anak dengan bakat alergi masih bisa mencegah terjadinya hal tersebut. Cara ini bisa dilakukan sejak masa kehamilan, Bunda.

"Pada masa kehamilan meskipun ibu mengandung bayi dengan bakat alergi karena ada riwayat alergi di keluarga, ibu hamil boleh makan apa saja, tidak ada pantangan apapun. Ibu boleh makan apa saja, kecuali yang memang menimbulkan reaksi alergi terhadap ibu tersebut," kata Dr. Budi.

Budi juga menyarankan untuk melakukan persalinan normal atau pervaginam. Pasalnya, kelahiran caesar bisa meningkatkan risiko alergi pada anak.

"Luka caesar akan menyebabkan penundaan perkembangan bakteri baik dalam usus, yaitu mikrobiota norma usus yang berguna untuk mencegah alergi. Dengan kelahiran caesar, akan ada penundaan perkembangan bakteri baik sehingga mengubah perkembangan sistem imun tubuh si anak," paparnya.

Ketika Si Kecil sudah dilahirkan, Bunda wajib memberikannya ASI eksklusif. ASI menjadi nutrisi terbaik untuk anak karena mengandung sedikit alergen makanan yang bisa memicu toleransi terhadap alergi.

"Jadi anak bisa toleran dengan protein susu sapi sehingga pada suatu saat nanti bisa menjadi remisi atau tidak lagi alergi dengan susu sapi. Di tahun pertama ada sekitar 45-55 persen anak ASS yang mengalami remisi. Kemudian di tahun ketiga biasanya terjadi 90 persen remisi," ujarnya.

Lantas, bagaimana jika pada akhirnya Si Kecil menunjukkan tanda-tanda alergi? Baca di halaman selanjutnya, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


DETEKSI GEJALA & CARA MENGATASINYA

Ilustrasi Anak Alergi Susu Sapi

Ilustrasi Susu Anak / Foto: iStock

Deteksi gejala alergi susu sapi

Gejala alergi susu sapi biasanya akan muncul lebih dari satu. Bahkan, gejalanya bisa terjadi bersamaan di saluran cerna, kulit, dan saluran napas.

Gejala ringan atau sedang biasanya meliputi gumoh, muntah, diare, konstipasi, anemia, dermatitis atopik atau eksim, pilek dan batuk kronis, serta sakit perut.

Pada gejala berat, biasanya akan terjadi gagal tumbuh akibat diare, anemia berat, kehilangan protein di saluran cerna, eksim berat, hingga syok anafilaksis yang merupakan kondisi gawat darurat.

"Gejalanya alergi sering tumpang tindih dengan permasalahan bayi lainnya yang bukan karena alergi. Jadi di sini yang pertama kali harus dilakukan adalah mengenali gejala yang muncul ini alergi atau bukan dan membawanya ke dokter," kata Dr. Budi.

"Contohnya, ada anak yang dia batuk pilek, apakah pileknya disertai dengan demam? Kemudian apakah saat siang lebih dominan dibandingkan pagi atau malam? Lalu apakah dahak dan ingusnya kental serta berwarna? Jadi harus dikenali dulu ini alergi atau tidak. Apabila jawabannya salah satunya adalah iya, ini kemungkinan infeksi, bukan alergi," ucapnya.

Banner pendidikan anak-anak gen halilintar

Cara mengatasi gejala alergi susu

Apabila anak teridentifikasi mengalami ASS, Bunda harus melakukan tindakan yang tepat. Hindari segala produk susu sapi dan turunannya, baik dalam bentuk cair atau padat.

Bunda yang masih menyusui Si Kecil juga sebaiknya ikut menghindari konsumsi bahan pangan tersebut. Namun jika tidak bisa memberikan ASI, Bunda dapat mencari susu formula yang tidak mengandung protein susu sapi, seperti susu formula hidrolisis ekstensif, susu formula asam amino, atau susu formula kedelai.

"Ketika anak sudah bisa diberikan makanan padat di usia 6 bulan, berikan makanan yang tidak mengandung protein susu sapi. Jadi hilangkan susu sapi dari diet anak, cari sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan," ujar Dr. Budi.

"Langkah selanjutnya termasuk membaca label makanan dengan cermat, dan memantau pertumbuhan anak secara rutin. Strategi penanganan ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat untuk mengurangi dampak negatif ASS," imbuhnya.


(anm/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda