Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Duh, Nak, Jangan Gampang Terpengaruh Omongan Orang Lain

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Kamis, 23 Nov 2017 08:00 WIB

Anak kok plin-plan ya. Kemarin ngomong A, sekarang ngomong B. Waduh, ternyata dia dipengaruhi temannya.
Duh, Nak, Jangan Gampang Terpengaruh Omongan Orang Lain / Foto: Thinkstock
Jakarta - Pernah nggak sih, Bun, anak plin-plan? Sebelumnya bilang memilih A terus pilihannya berubah jadi B. Apalagi, setelah ditilik ternyata pilihan si kecil berubah gara-gara terpengaruh temannya. Duh, kalau begitu kadang ngeselin ya, Bun.

Kekesalan ini pernah dirasakan bunda tiga anak, Enny. Kata dia, si bungsu ingin dileskan bahasa Inggris. Awalnya, si anak udah milih mau les di mana nih, Bun. Setelah mantap, Enny pun melakukan pendaftaran dan sebagainya. Eh, tiba-tiba beberapa hari jelang les dimulai, si bungsu yang waktu itu duduk di kelas 3 SD minta pindah tempat les. Alasan awalnya karena tempat les kedua yang dipilih lebih dekat dengan rumah.

"Ternyata pas saya tanya lagi, dia kena pengaruh temannya. Temannya ngomong begini begini, alhasil dia minta pindah tempat les. Padahal administasi udah saya beresin. Karena anaknya kekeuh di situ jadinya ya saya turutin aja. Kesal sih karena ikut-ikutan temennya jadi pindah tempat les deh," kata Enny.

Soal anak yang pilihannya berubah-ubah apalagi karena terpengaruh temannya memang ini bisa bikin kita kesal ya, Bun. Sebenarnya, kalau ditarik ke belakang untuk anak bisa menentukan pilihan bahkan hanya untuk tahu apa yang kita mau dan yakin harus dikejar, itu merupakan sesuatu yang harusnya dibangun sedini mungkin. Demikian disampaikan psikolog anak dari Tiga Generasi, Fathya Artha Utami.

Dimulai dari hal sederhana aja, Bun. Misalnya, anak dikasih kesempatan memilih mau pakai baju apa hari ini. Terus, saat si kecil masih merangkak, kita kasih dua opsi mainan dan biarkan dia memilih. Kata Fathya, saat melatih anak menentukan, jangan disalahkan atau dikritik ya. Ketika kita terlalu sering mengkritik anak atas pilihannya, dia bisa jadi pribadi yang ragu pada apa yang dipilih.



"Anak udah milih, eh kita kritik kenapa nggak kayak temannya aja karena itu lebih oke. Alhasil anak jadi nggak terbiasa menentukan pilihannya oke apa nggak. Padahal, makin besar pilihan yang dihadapi anak kan makin rumit tapi ketika anak ragu maka dia nggak berpegang teguh pada pendiriannya. Bahkan dia merasa nggak pantas menentukan pilihannya," tutur Fathya waktu berbincang sama HaiBunda.

Nggak cuma sering dikritik atau disalahkan, 'dicekokin' atas pilihannya juga bisa bikin anak jadi peragu, Bun. Contoh simpelnya saat makan di luar, kita langsung aja nih tentukan anak makan ini tanpa bertanya dulu ke dia mau makan apa. Nanti, saat masuk usia sekolah, sekitar umur 5-6 tahun lingkup permainan anak kan lebih besar dan dia lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah. Itu artinya anak jauh dari bunda dan ayahnya.

"Jadi teman dan guru memang memengaruhi keputusan anak. Tapi saat anak udah pede dan yakin pilihan dia tepat, pengaruh temennya nggak terlalu memengaruhi kok. Makanya, yang penting buat kita para orang tua yaitu membekali anak supaya dia yakin atas pilihannya," kata Fathya.

Saat anak udah lebih besar, kita bisa juga, Bun, mulai memasukkan pertimbangan yang perlu dipunya anak saat akan memilih sesuatu. Pastinya, itu bisa dilakukan kalau diskusi dan ngobrol yang nyaman sama anak tercipta ya. Tapi, gimana kalau sebenarnya pilihan anak keliru? Apa kita langsung larang aja?

"Baiknya orang tua membalikkan lagi sebelum melarang. Tanya kalau menurut anak pilihan yang itu gimana. Kita ajak anak berpikir pilihannya bagus nggak buat dia karena menurut kita sebagai bundanya kurang bagus karena bgini begini dan baiknya seperti ini. Jadi dibentuk proses diskuski dan ingat, kita nggak nge-judge pilihan anak. Melatih anak yakin dengan pilihannya sama kayak ngajarin anak bertanggung jawab. Kunci utamanya anak nggak langsung diberi penilain baik atau buruk sebelum diajak mengkritisi dan harus dilatih sedini mungkin ya," papar Fathya.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda