Jakarta -
Saat ditanya umur si kecil, umumnya kita bakal menghitun sejak tanggal kelahirannya. Tapi, kalau anak lahir
prematur ada juga istilah usia koreksi, Bun. Apa itu?
dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA dari RS Bunda Jakarta menjelaskan pada prinsipnya bayi lahir yang dianggap cukup bulan yaitu saat usia kandungan 38-40 minggu. Sehingga, bayi disebut lahir prematur ketika usia kandungan bunda di bawah 37 minggu. Nah, usia koreksi pada bayi prematur dibandingkan dengan usia 40 minggu.
"Misal bayinya lahir pas usia kandungan 33 minggu. Pas umur 1 tahun, berarti usia koreksinya kita kurangi 7 minggu. Jadi umur 1 tahun adalah usia kronologis, sedangkan usia koreksinya 1 tahun dikurangi 7 minggu," kata wanita yang akrab disapa dr Tiwi ini waktu ngobrol sama HaiBunda.
Artinya, lanjut dr Tiwi, kita bisa toleransi kalau perkembangan si kecil yang lahir prematur ini sesuai dengan anak usia 10 bulan. Tapi, kalau anak bisa mengejar tumbuh dan kembang sesuai sama anak umur 1 tahun, bagus banget, Bun. Terus, apa sih pentingnya kita tahu usia koreksi pada anak yang lahir
prematur, Dok?
dr Tiwi bilang dengan tahu usia koreksi kita masih bisa mentoleransi perkembangan anak. Mungkin anak lain bisa duduk umur 8 bulan. Tapi si anak ini lahir prematur di usia kandunagn 30 minggu. Nah, usia koreksinya kan 10 minggu tuh, Bun. Pas anak usia 8 bulan kita kurangi 2,5 bulan deh.
"Misalnya dia belum bisa duduk, nggak apa-apa. Jadi dengan tahu usia kronologis ini kalau anak belum bisa mencapai perkembangan anak seusianya, masih bisa ditoleransi tapi stimulasi tetap harus dilakukan," pesan dr Tiwi.
Nah, bicara stimulasi buat bayi
prematur, dr Tiwi mengingatkan kegiatan sehari-hari juga bisa kok jadi stimulasi untuk si kecil yang lahir prematur. Untuk stimulasi pendengaran, kita bisa ngajak bayi ngobrol kapanpun atau ngajak mereka nyanyi. Pastinya, lakukan ini dengan sepenuh hati ya, Bun.
Lalu untuk mengasah kemampuan motorik kasar dan halusnya, jangan takut menengkurapkan bayi, membiarkan dia berguling-guling atau bahkan ngasih kesempatan mereka 'ngemut' tangan dan kaki. Karena kata dr Tiwi dengan begitu anak juga belajar mengenal anggota tubuhnya lho. Terus untuk stimulasi bahasa, kita juga bisa ajak anak berinteraksi, Bun. Jadi, orang tua memang harus aktif dan nggak boleh capek nih menstimulasi si kecil.
(rdn)