Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Bayi Lahir Prematur Berisiko Tinggi Terkena Stunting? Begini Kata Dokter

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Selasa, 21 Feb 2023 21:45 WIB

hand of newborn baby who has just been born holding the finger of his father's hand.
Ilustrasi Bayi Prematur Berisiko Tinggi Stunting/Foto: Getty Images/iStockphoto/Diego Cerro Jimenez

Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang masih menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Stunting sendiri terjadi karena bayi kekurangan gizi secara kronis atau jangka panjang.

Kekurangan gizi ini tidak hanya terjadi pada saat bayi telah lahir, Bunda. Kekurangan gizi ini juga bisa terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan dan baru akan terlihat setelah usia 2 tahun.

Pada Januari 2023, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada Presiden Joko Widodo, bahkan hasil surveri Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menyatakan angka stunting menurun dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen.

Bayi prematur berisiko tinggi stunting

Bayi yang prematur atau bayi yang lahir kecil memiliki risiko lebih tinggi terkena stunting daripada bayi yang lahir cukup bulan, Bunda. Hal ini diungkapkan langsung oleh Dokter Anak Konsultan Neonatolog, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K).

"Bayi prematur atau bayi kecil memiliki risiko lebih tinggi (yakni) sekitar 15,5 persen untuk terkena tengkes atau stunting," katanya dalam acara Media Briefing Fresenius Kabi - Kontribusi Rumah Sakit Dukung Aksi Integrasi Percepatan Penurunan Prevalensi Tengkes, Senin (20/2/2023).

"Bayi prematur dikaitkan dengan usia kandungan. Kalau di bawah 37 minggu itu prematur," sambungnya.

Lebih lanjut, Prof Rina mengungkapkan Indonesia masih menduduki peringkat kelahiran prematur tinggi. Kini, Indonesia berada di posisi kelima di Asia.

"Indonesia masih juara lima untuk kelahiran prematur di Asia. Kejadian stunting disumbang 1/3 nya oleh bayi prematur. Sekitar 220-an ribu setahun. Kalau tidak diberesin, ini jadi repot," tuturnya.

Tahapan anak disebut stunting

Banyak orang yang menyebut bahwa anak yang stunting hanya memengaruhi tinggi badannya saja, Bunda. Namun, kondisi anak stunting dimulai dari gizi yang didapatkan.

Prof Rina menjelaskan stunting memang didahului oleh gizinya buruk yang didapatkan. Hal ini kemudian memengaruhi berat badannya.

"Stunting itu memang didahului oleh gizinya yang enggak bagus. Kalau gizi enggak bagus, dia enggak tiba-tiba pendek. Beratnya dulu enggak naik. Padahal enggak boleh (berat tidak naik) karena anak itu kan tumbuh," jelasnya.

Ketika sudah memasuki 6 bulan dan berat badan anak tidak bertambah, tinggi badannya pun mulai berhenti tumbuh. Lama kelamaan, tingginya tidak sesuai dengan grafik.

"Paling tidak 6 bulan anak-anak ini berat badannya terus mandek apalagi turun, tingginya juga mulai enggak naik. Lama-lama melorot dia dibandingkan grafiknya. Sehingga, alhasil dia jadi lebih pendek. Itulah stunting," ucap Rina.

Lantas bagaimana cara cegah stunting? Simak selengkapnya pada laman berikutnya, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan lagi video asupan nutrisi penting untuk cegah stunting berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]




UKUR LINGKAR KEPALA

Close-up shot of pediatrician examines two months baby boy. Doctor using measurement tape checking baby head size

Ilustrasi Bayi Prematur Berisiko Tinggi Stunting/Foto: Getty Images/iStockphoto/naumoid

Cara cegah anak stunting

Prof Rina mengatakan Bunda perlu melakukan pengukuran dan penimbangan secara berkala. Hal ini dapat menjadi acuan apakah anak tumbuh normal atau alami stunting.

Pengukuran dan penimbangan apa saja yang perlu dilakukan? Berikut ini deretannya:

1. Menimbang berat badan anak

Menimbang berat badan anak perlu dilakukan secara berkala, Bunda. Tak hanya itu, Rina menekankan bahwa penimbangan harus dilakukan menggunakan timbangan digital.

"Kalau menimbang itu enggak boleh pakai baju, pakai sepatu. Penimbangan harus pakai timbangan digital," ungkapnya.

Cara Cegah Autisme Sejak di Kandungan

2. Mengukur lingkar kepala anak

Banyak orang tua melewati proses pengukuran lingkar kepala anak karena mengetahui bentuk kepala anak berbeda dari anak lainnya. Namun, Rina mengatakan kepala anak akan terus berubah-ubah hingga berusia 2 tahun.

"Jangan lupa juga mengukur lingkar kepalanya. Lingkar kepala ini masih berkembang hingga usia 2 tahun," jelasnya.

3. Mengukur tinggi badan anak

Mengukur tinggi badan juga harus dilakukan secara berkala, Bunda. Saat mengukur, pastikan anak dipegang agar tidak melorot sehingga hasilnya lebih relevan.

"Mengukur tinggi (anak) juga harus dikerjakan. Bayi harus dipegangi agar tidak melorot. Kalau ini tidak dilakukan, bagaimana bisa tahu anak alami stunting?" ungkap Prof Rina.


(mua/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda