Georgia, AS -
Di tahun 2018 ini, produk makanan
bayi Gerber mengumumkan 'Baby Gerber' 2018. Dia bernama Lucas Warren, bocah 1 tahun asal Georgia yang lahir dengan Down Syndrome.
Lucas ikut kontes Baby Gerber yang digelar sejak tahun 2010. Kata ibu Lucas, Cortney, ada saudara yang melihat kontes itu dan mendaftarkan Lucas. Menurut Cortney, Lucas anak yang ramah.
"Tapi dia senang bermain, tertawa dan senang sekali membuat orang lain tertawa," ujar Cortney kepada Today Parent.
Bill Partyka, CEO dan presiden Gerber bilang senyum Lucas dan ekspresi bahagianya mampu mencuri hati tim Gerber. Menurut Bill, tiap tahun Gerber memilih bayi yang mencontohkan warisan Gerber kalau setiap bayi adalah bayi gerber. Nah, tahun ini, Lucas benar-benar cocok dengan prinsip itu. Menanggapi hal ini, ayah Lucas, Jason berharap akan ada banyak kesempatan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus diterima di masyarakat dan nggak dikucilkan.
Apalagi, Jason yakin kalau anak berkebutuhan khusus pun punya potensi untuk berkembang seperti anak lainnya. Sementara itu, Katie Driscoll, founder dan president Changing the Face of Beauty, organisasi non-profit yang mengadvokasi persamaan orang difabel di bidang periklanan dan media mengatakan brand seperti
Gerber punya kekuatan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang penyandang disabilitas.
"Saya harap orang lain bisa melihat putra kami nggak cuma sebagai bayi dengan Down Syndrome tapi juga anak yang lucu, enerjik, juga suka musik dan bersosialisasi. Dia memang punya Down Syndrome tapi dia punya kepribadian yang mengagumkan dan tumbuh kembangnya seperti anak lain," kata Cortney.
Dia dan Jason berharap ketika Lucas tumbuh besar, dia akan bangga karena bisa menjadi
Bayi Gerber 2018. Dengan begitu, Lucas tetap percaya diri dan nggak malu meski punya keterbatasan.
Saat anak terlahir dengan keterbatasan, penting banget buat orang tua menanamkan rasa percaya diri ke mereka. Seperti kata psikolog anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima, menanamkan rasa percaya diri ke anak difabel bisa dengan menggali potensi mereka. Kemudian, apresiasi tiap capaian anak meski itu sesederhana anak bisa berjalan atau makan sendiri.
"Sekecil apapun kemampuan anak, perlu kita apresiasi mereka. Dengan begitu mereka merasa dirinya mampu sehingga mereka nggak merasa minder," kata Saskhya dalam wawancara dengan detikHealth.
(rdn/rdn)