HaiBunda

PARENTING

Hiks! Ketika Anak Dibully karena Alergi Makanan

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Rabu, 21 Feb 2018 14:06 WIB
Hiks! Ketika Anak Dibully karena Alergi Makanan/ Foto: thinkstock
Jakarta - Anak bisa aja punya alergi makanan. Tapi jadi hal yang menyedihkan ketika kondisi si kecil yang nggak biasa itu justru membuat dia di-bully. Seperti yang dialami seorang bocah bernama Will ini, Bun. Dia dibully karena alergi makanan.
Will yang berumur 9 tahun adalah putra dari seorang ibu bernama LeAnne Ruzzamenti. Saat itu ia menghadiri sebuah kamp musim panas di pusat akuatik setempat. Ia alergi kacang, jadi ibunya memberi tahu pembinanya dan memberikan Epi-pen (injektor epinefrin) untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu alerginya kambuh.

Suatu hari saat makan siang, seorang anak laki-laki di kelompok Will mengejeknya. Anak itu mendatanginya sambil membawa sandwich berisi selai kacang dan berbicara dengan nada mengancam. Anak tersebut bilang, "Aku bisa membunuh kamu dengan sandwich ini,". Hiks pastinya Will merasa sedih dan nggak nyaman diancam kayak gitu.

Sayangnya, bullying yang dialami anak, termasuk karena mereka mengalami alergi makanan yang berpotensi mengancam nyawa, bukanlah hal baru. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology, sekitar sepertiga anak-anak dilaporkan diintimidasi karena alergi makanan, setidaknya satu kali.


Satu tahun kemudian, 34 persen anak mengatakan telah di-bully lebih dari dua kali dalam sebulan dan 69 persen mengatakan bahwa mereka masih diintimidasi. Peneliti melaporkan bullying karena alergi makanan dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup anak-anak dan meningkatnya tekanan pada anak-anak dan orang tua mereka.

Dalam penelitian ini, bullying lebih mungkin diatasi ketika orang tua mengambil tindakan selain berbicara dengan anak mereka tentang hal tersebut. Biasanya, orang tua akan memberi tahu kepala sekolah atau guru tentang alergi makanan yang dialami si anak.

"Salah satu temuan yang paling tidak pasti dalam penelitian kami mengenai topik ini adalah bahwa orang tua sangat membantu dalam mengatasinya," kata peneliti Rachel Annunziato PhD dikutip dari Parents.

Periset juga bilang penting untuk semua anak-anak, nggak cuma yang mengalami alergi makanan, tapi juga mendapat edukasi tentang tingkat keparahan alergi makanan. Soalnya, beberapa orang mungkin nggak sadar bahwa makanan yang bisa jadi alergen bisa membahayakan nyawa meski jumlahnya sedikit.

"Saya akan menyarankan orang tua untuk secara mendalam mendidik komunitas sekolah mereka tentang alergi makanan jika tidak ada cukup dukungan atau pemahaman. Sementara pendidik dan orang tua lainnya mungkin mengetahui dasar-dasar alergi makanan. Hal tersebut akan menjadi pengalaman penting orang tua dan pendidik untuk mendapatkan pemahaman yang benar dan memastikan bahwa anak-anak memahami tingkat keparahan alergi juga," kata Ruzzamenti, ibunda Will.

Ruzzamenti bersyukur bahwa komunitas sekolah anaknya mendukung dan mengakomodasi kondisi sang anak. Lalu, sebuah laporan yang diterbitkan tahun lalu di jurnal Pediatrics menyebutkan dokter spesialis anak juga harus berperan dalam menekan bullying karena alergi makanan. Mereka perlu menyadari peningkatan risiko bullying saat merawat pasien dengan alergi makanan.

"Suami saya dan saya sama-sama marah dengan kejadian tersebut, walaupun kami telah membicarakan kemungkinan kejadian ini suatu hari nanti. Lalu, kami menyadari bahwa ini adalah kesempatan bagus untuk berbicara tentang bagaimana seharusnya Will bereaksi sehingga dia dapat mempersiapkan diri ketika diejek oleh temannya. Kami bilang ke Will dia harus berani meskipun merasa takut dan ingin menangis," ujar Ruzzamenti.

Kelompok FARE (Food Alergi Penelitian & Pendidikan) telah menciptakan kampanye anti-bullying yang disebut 'It's No Joke' untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya bullying alergi makanan.

Bullying saja sudah berbahaya, terlebih lagi bullying soal alergi makanan ya, Bun. Apa jadinya kalau anak tak bisa melawan dan malah dipaksa makanan perangsang alerginya? Duh, amit-amit. Jangan sampai itu terjadi pada anak-anak kita ya, Bun. (rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Parenting Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Parenting ZAHARA ARRAHMA

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Menyusui Amrikh Palupi

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Cerita Perempuan 30 Th Alami Kanker Serviks Stadium Akhir, Ini Gejala yang Dialami

Berobat Pakai Asuransi Bayar 10% Ditunda, Ini Penjelasan OJK

Arti Nama Axel dan 30 Rangkaiannya untuk Anak Laki-laki, Modern & Damai Maknanya

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Khayru Putra Gunawan Sudrajat Kerap Dibully saat Kecil, Kini Sudah Kuliah di Australia

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK