Jakarta -
Pernah nggak Bunda memerhatikan si kecil saat sedang bermain? Misalnya nih, dia sedang suka main action figur atau boneka dengan tema anak yang selalu direbut mainannya oleh temannya.
Saat ini terjadi, mungkin kita bisa tanya pelan-pelan, Bun, siapa yang direbut mainannya, siapa yang merebut, bagaimana cara merebut, dan sebagainya. Ya, terkadang saat
anak bermain ada informasi yang bisa kita dapatkan lho.
"Bermain adalah cara anak memproses pengalaman-pengalamannya," tutur psikolog anak dan remaja dari Rainbow Castle, Devi Sani, dalam parenting club yang digelar Hijup di Sky House Exhibition Center, Chubb Square, Jl MH Thamrin, Jakarta, Jumat (13/4/2018).
Saat bermain ada juga proses emosi. Bisa juga merupakan pengaplikasian pengalaman anak yang nggak bisa diwujudkan di dunia nyata, tapi bisa dilakukannya saat bermain.
"Kalau misal tema permainannya adalah mainan dia direbut adik, maka dia lagi memproses emosi dan pengalamannya. Pada anak yang orang tuanya bercerai, bisa jadi tema mainnya adalah perpisahan dan perebutan," tutur Devi.
Kalau tema mainnya itu-itu saja, kita sebagai orang tua juga jangan protes ya, Bun. Soalnya dunia anak kan dunia main ya, jadi biarkan dia asyik dengan dunianya. Nah, kitalah yang ikut dalam dunia mereka. Izinkan
anak untuk menjadi pemimpin dalam permainan yang sedang dilakukan.
"Kalau tema mainnya itu-itu saja juga nggak usah bilang, 'kok ini lagi, ini lagi'," saran Devi.
Dari bermain bersama anak, kita juga bisa lho mengajarkan anak mengekspresikan emosi. Kemudian saat anak memakai cerita anak yang direbut mainannya, kita mencoba mengerti perasaan anak yang ada di dalam cerita dan berempati.
Selanjutnya kita bisa memberi pemahaman pada anak cara tepat untuk mengespresikan emosi marah, misalnya, bukan dengan memukul tapi dengan menyampaikan bahwa dirinya sedang marah. Misal anak bisa bilang, "Aku marah karena kamu ambil mainan aku. Kita bisa kok mainnya gantian,".
Kadang anak merasa memukul teman adalah cara paling efektif melampiaskan kemarahan dan mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Tapi kita harus ingat, sering kali mengedapankan fisik justru menimbulkan masalah baru. Gimana menurut Bunda?
(Nurvita Indarini)